Brilio.net - Kadir Srimulat, komedian legendaris yang dulu kerap mengundang tawa penonton, kini menjalani babak baru dalam hidupnya. Setelah memutuskan pensiun dari panggung hiburan, Kadir sempat diterpa berbagai masalah keuangan hingga harus merelakan sebagian harta benda untuk biaya berobat.

Namanya sempat tenggelam usai lama vakum karena sakit jantung. Bahkan, penghasilan dari sejumlah usaha kecil seperti warung soto dan toko sembako hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini membuatnya jatuh bangkrut tanpa sisa tabungan.

Lewat sebuah podcast di kanal YouTube KasiSolusi, Kadir blak-blakan menceritakan bagaimana dirinya harus memulai lagi dari nol. Tanpa malu, ia akhirnya memutuskan banting setir menjadi seorang afiliator demi bisa menafkahi keluarga.

"Itu yang penting nggak malu, saya rela turunkan gengsi demi cari nafkah," ungkap Kadir.

Kini, profesi baru tersebut menjadi salah satu sumber pendapatan utamanya meski hasilnya tidak menentu setiap bulan. Intip perjuangan Kadir jungkir balik cari duit jadi afiliator usai bangkrut, Rabu (25/6).

1. Jatuh miskin usai sakit jantung

Kadir mengakui seluruh pendapatan dari bisnis kecilnya habis untuk kebutuhan rumah tangga. Ia pun terpaksa menjual rumah dan ruko peninggalan masa kejayaannya demi menutupi biaya pengobatan sakit jantung. "Saya semenjak ada COVID belakangan saya tidak punya tabungan. Uang kan? Tidak punya," ungkap Kadir dalam tayangan podcast tersebut.

2. Coba-coba jadi afiliator demi bertahan hidup

Setelah kehilangan sebagian besar hartanya, Kadir mencari cara baru agar tetap punya penghasilan. Ia pun memberanikan diri menjadi afiliator dengan memanfaatkan barang-barang di rumah untuk dipromosikan secara online. Awalnya hanya iseng, profesi ini perlahan menjadi penopang hidupnya.

3. Penghasilan setara upah minimum

Meski penghasilannya tidak selalu stabil, Kadir bersyukur karena bisa meraih pendapatan setara UMR Bekasi per bulan. Ia menjelaskan komisinya tergantung jumlah barang yang terjual melalui promosi di media sosial. "Tiap bulannya saya dapatnya UMR aja," ujarnya.

4. Komisi fluktuatif, pernah turun drastis

Penghasilan Kadir sebagai afiliator tidak selalu mulus. Pernah dalam sebulan ia hanya mengantongi Rp10,5 juta, namun di bulan lain bisa tembus Rp30 juta.

"Desember, satu bulan saya hanya dapat komisi Rp 10,5 (juta). Januari saya dapat Rp 30 juta, Februari dapat Rp 25 (juta). Habis Lebaran langsung turun, paling saya sehari Rp 200 (ribu)," ungkapnya. Kadang, ia hanya dapat Rp15 ribu sehari.

5. Tetap bersyukur meski penghasilan tidak menentu

Walaupun penghasilan sebagai afiliator masih terbilang kecil dibandingkan rekan-rekannya, Kadir memilih tetap bersyukur. Ia menganggap profesi ini sebagai titik awal bangkit di tengah kondisi sulit.

"Ini termasuk profesi baru bagi saya, saya dari nol," ujarnya.