Brilio.net - Jam makan siang sudah lewat, namun warung tenda yang berlokasi di Jalan Wulung, Papringan, Depok, Sleman, Yogyakarta itu masih ramai dikunjungi pembeli yang ingin menyantap pedas dan gurihnya ayam geprek. Di warung tenda sederhana, duduk berjajar mahasiswa, pekerja, anak-anak dan orang tua yang asyik makan ayam geprek sambil berbincang. 

Warung tenda yang menyajikan ayam geprek sebagai menu utama ini punya beragam variasi menu, dari geprek original, lombok ijo, rendang, sampai keju. Ada juga kuah tongseng, sayur labu, lodeh, dan aneka gorengan yang baru saja ditiriskan dari minyak. Berada di ujung gang, ini dia Ayam Geprek Bu Rum yang legendaris dari Yogyakarta.

ayam geprek bu rum © berbagai sumber

foto: brilio.net/Hapsari Afdilla

Bu Ruminah yang saat ini tinggal di Berbah, datang jauh-jauh ke Papringan untuk menceritakan awal mula dia merintis bisnis kuliner. 20 Tahun lalu Ruminah atau akrab disapa Bu Rum berjualan di warung tenda dekat tempat tinggalnya. Sebagai penerus sang ibu dia menjual makanan rumahan seperti lotek, soto, aneka sayur, dan lauk. 

"Awalnya itu ibu jualan soto, lotek, nasi sayur, terus ada ayam kentucky itu. Aku dari awal itu emang di warung tenda itu. Dulukan ibu saya yang jualan, terus saya kan melanjutkan, to. Tapi kalau simbah (jualan) lotek, nasi sayur, kadang-kadang ada gulai, tapi kalau gulai cuma Sabtu-Minggu,” ungkap wanita berusia 62 tahun.

Ketika ditemui di kediamannya yang sederhana di Jalan Pringgading, Papringan, Sleman, Yogyakarta, Bu Rum bercerita bahwa pembelinya yang bernama Andri saat itu minta dibuatkan sambal yang kemudian digeprek bersama ayam. "Bikin ayam geprek pertama tahun 2003. Kebetulan mahasiswa yang namanya Mas Andri itu bilang ‘Mbak Rum aku mbok dibuatin sambel. Ayamnya dimasukin sana (cobek) ditutuk', kalau dulukan ditutuk bukan digeprek."

Makanan yang dilumuri ulekan sambal dan bawang ini sempat disebut "ayam gejrot" atau "ayam ulek". Hingga akhirnya Bu Rum memutuskan menamai hidangan itu sebagai "ayam geprek".

"Iki jenenge ayam opo (ini namanya ayam apa), kalo ayam penyet kan udah ada to, mbak. Terus aku 'Wah kalo gitu dinamain ayam Geprek aja'. Geprek itu saya sendiri (yang bikin). Jadi gitu ayam geprek." jelas Bu Rum. 

Ayam geprek Bu Ruminah saat ini tersedia di 6 cabang berbeda, di antaranya ada di Wulung, Mrican, Lembah UGM, Perumnas, dan 2 gerai di Berbah. 6 gerai yang masih beroperasi itu 3 dikelola oleh Bu Rum, sementara 3 lainnya dikelola oleh anak-anaknya. Total karyawan yang dimiliki sampai saat ini 12 orang.

ayam geprek bu rum © berbagai sumber

foto: brilio.net/Hapsari Afdilla

Ketika ditanya soal persaingan yang kian ketat, Bu Rum Cuma menjawab santai dengan mengatakan bahwa rezeki tidak pernah tertukar. Dia yakin dengan mempertahankan rasa yang autentik dari ayam gepreknya, pasti masih ada orang yang akan mampir ke warung miliknya.

"Kalau saya yang penting itu rasa. Rasa itu jangan sampai dikurangi, kalau rasa sampai berkurang nanti istilahnya yang makan itu bosen." ucapnya.

Selain rasa, kenyamanan pembeli adalah nomor satu. Meskipun warung tendanya kecil dan sederhana, tapi setiap keluhan yang masuk dari pembeli, langsung ditangani oleh Bu Rum sebagai bentuk profesionalisme kerja.

"Saya itu dari dulu bener-bener menjaga biar orang makan itu nyaman, santai, nggak berisik biarpun tempatnya nggak lebar. Kalau sekarang, biarpun rasanya enak tapi duduk nggak nyaman, ada suara, berisik, jadinya nggak nikmat." katanya.