Brilio.net - Salah satu penyakit yang banyak menyerang warga Indonesia adalah usus buntu. Usus buntu tak hanya menyerang orang dewasa, namun juga anak-anak. Usus buntu (appendix) adalah organ kecil berbentuk tabung yang terletak di ujung kanan bawah usus besar.

Meskipun fungsi pastinya belum sepenuhnya diketahui, usus buntu diduga memiliki peran dalam sistem kekebalan tubuh anak dan membantu menjaga keseimbangan bakteri di usus. Namun, jika usus buntu menjadi meradang dan membengkak, kondisi ini disebut sebagai usus buntu (appendicitis) yang dapat menyebabkan gejala nyeri perut dan demam.

Jika tidak diobati, usus buntu dapat pecah dan menyebabkan peradangan parah dan infeksi di perut. Pengobatan usus buntu biasanya melibatkan pembedahan untuk mengangkat usus buntu yang meradang. Usus buntu pada anak adalah kondisi medis yang terjadi ketika usus buntu (appendix) meradang dan membengkak.

Kondisi ini dapat terjadi pada anak-anak di usia antara 8 hingga 16 tahun dan seringkali mirip dengan gejala infeksi perut atau diare. Namun, jika tidak ditangani dengan baik, usus buntu pada anak dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam nyawa. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami usus buntu.

Sebagai orang tua, kamu perlu mengetahui penyebab, gejala dan cara mencegah usus buntu pada anak. Berikut sembilan penyebab usus buntu pada anak, dihimpun brilio.net dari berbagai sumber pada Jumat (10/3).

Penyebab usus buntu pada anak.

Penyebab usus buntu pada anak © 2023 brilio.net

foto: pixabay.com

1. Infeksi bakteri: infeksi bakteri dapat menyebabkan peradangan pada usus buntu.

2. Sumbatan: sumbatan pada usus buntu dapat terjadi akibat adanya fecalith (tumpukan kotoran) atau karena pertumbuhan jaringan abnormal di dalam usus buntu.

3. Gangguan sistem kekebalan tubuh: anak-anak yang memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh yang melemah atau sedang dalam pengobatan dapat lebih rentan mengalami usus buntu.

4. Obstruksi saluran pencernaan: kondisi obstruksi saluran pencernaan seperti penyakit crohn dan kolitis ulseratif dapat meningkatkan risiko terjadinya usus buntu pada anak.

5. Histori keluarga: anak-anak yang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami usus buntu dapat memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami kondisi yang sama.

6. Makanan yang tidak sehat: makanan yang tidak sehat dan rendah serat dapat menyebabkan sembelit dan meningkatkan risiko terjadinya usus buntu.

7. Gaya hidup yang tidak aktif: anak-anak yang memiliki gaya hidup yang tidak aktif atau jarang berolahraga juga dapat memiliki risiko lebih tinggi terkena usus buntu.

8. Penyakit radang panggul: anak-anak perempuan yang mengalami penyakit radang panggul (PID) dapat mengalami usus buntu.

9. Infeksi virus: beberapa virus seperti campak, mumps, atau virus lainnya dapat menyebabkan peradangan pada usus buntu.