Brilio.net - Prabowo Subianto telah mengklaim kemenangan sebagai Presiden 2019-2014 pada Kamis sore (18/4). Klaim tersebut berdasarkan data hitung cepat milik Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Berdasarkan data BPN Prabowo-Sandi, Prabowo unggul 62 persen.

Tim BPN Prabowo Sandi saat ini juga mempertanyakan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei. Prabowo sendiri menilai ada kecurangan dalam Pilpres 2019. "Telah terjadi usaha-usaha dengan berbagai ragam kecurangan yang terus terjadi di desa, kecamatan, dan kota seluruh Indonesia," ujar Prabowo dalam konpers beberapa waktu lalu.

Tidak cuma Prabowo, Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo menganggap Pemilu 2019 tidak transparan, jauh dari prinsip jujur, adil dan transparan.

"Kami menilai pemilu sekarang tidak jujur, tidak transparan, dan tidak adil," kata Hashim, seperti dikutip brilio.net dari Liputan6, Selasa (23/4).

Politikus Partai Gerindra ini pun mempertanyakan kasus Daftar pemilih Tetap (DPT) yang bermasalah. Ada 17,5 juta DPT yang berkali-kali dilaporkan ke Komisi pemilihan Umum (KPU).

"Sampai tiga hari sebelum hari pencoblosan 17 April, masalah itu belum tuntas, belum selesai, jadi masalah tetap masalah," kata Hashim.

Adik kandung Prabowo ini juga khawatir DPT bermasalah itu memengaruhi selisih angka di hitung cepat.

"Kami khawatir dan kami mencurigai, kami cemas bahwa angka selisih yang quick count-quick count itu diambil dari 17,5 juta nama itu," kata Hashim.

Sementara itu Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Sudirman Said mengatakan Pilpres 2019 bukanlah peperangan. Masing-masing kubu tengah bersaing mengumpulkan data yang valid. Sudirman said meyakini bahwa data BPN Prabowo-Sandi valid.

"Ini bukan war kan, ini kompetisi tentu ada tim yang menghitung, ada tim yang memonitor di DPP masing-masing partai ada, tapi di tim BPN juga ada. Kita punya lapisan data yang berlapis-lapis yang Insya Allah akan memperkuat argumen kita," kata Sudirman Said.