Brilio.net - Mengelola keuangan menjadi sangat penting apalagi bagi yang telah bekerja. Menempatkan keuangan pribadi, tabungan masa depan memang harus direkap secara rinci agar jelas. Sering kali orang merasa ribet untuk melakukan hal-hal tersebut.

Bicara soal mengatur keuangan, sosok perempuan selalu dianggap sebagai orang pintar mengatur finansial. Padahal hal tersebut tidak selalu. Bahkan, menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tahun 2016 oleh OJK, tercatat kurang dari 30 persen orang Indonesia yang melek keuangan.Di mana tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap berbagai produk dan jasa keuangan masih cukup rendah.

Melalui survei tersebut, terungkap jika tingkat literasi keuangan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki dengan persentase 25,5 persen banding 33,2 persen. Hal tersebut mengungkapkan bahwa kaum perempuan masih banyak yang tidak bisa mengatur keuangan.

Berikut empat masalah yang sering dihadapi perempuan dalam mengelola keuangan.

1. Mereka tidak kenal yang namanya jasa keuangan, sekalipun mereka berpenghasilan pasti mereka simpan sendiri.

2. Ternyata masih banyak perempuan yang tidak mengerti perencanaan keuangan, masuk dan keluar uang tidak mereka catat.

3. Mereka tidak bisa memperkirakan uang untuk sehari-hari,masa depan, dan uang darurat. Semua keuangan mereka gabung.

4. Perempuan takut ke bank.

Menurut Corporate Communications and Sharia Director Pridential Indonesia, Nini Sumohandoyo banyak perempuan yang takut datang ke bank dengan segala risiko yang akan dihadapi.

"Biasanya yang mereka takutkan adalah suku bunga dan pengurangan jumlah uang karena adanya biaya administrasi," jelasnya.

Untuk menjawab permasalah tersebut, salah satu perusahaan asuransi, Prudential Indonesia mengadakan program pelatihan literasi keuangan. Program ini sejalan dengan peraturan OJK no 76/2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan bagi Konsumen dan/atau Masyarakat.

President Director Prudential Indonesia, Jens Reisch percaya pada tingginya kemampuan perempuan terhadap kemajuan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia jangka panjang.

"Kami menaruh perhatian besar pada perempuan lewat program peningkatan literasi keuangan di Indonesia yang selaras juga dengan pemerintah," katanya saat acara Literasi Keuangan untuk Perempuan di Gedung Dharma Wanita Pusat, Jakarta.

Sementara itu, Corporate Communications and Sharia Director Pridential Indonesia, Nini Sumohandoyo menjelaskan bagaimanapun perempuan memegang peranan penting dalam berbagai keputusan keuangan baik itu rumah tangga ataupun bisnis. Sejak pertama kali dijalankan tahun 2009, program ini berhasil menjangkau lebih dari 27 ribu perempuan di 24 kota seluruh Indonesia.

"Program pelatihan untuk tahun ini sendiri dimulai sejak awal Oktober di Manado kemudian, Sorong, Malang, dan di Jakarta. Pemilihan kota ini berdasarkan pada indeks literasi di bawah rata rata nasional yakni 29.66 persen," katanya.

Manado (Sulawesi Utara dengan indeks 28,7 persen), Ambon dengan indeks 26,2 persen, serta Sorong (Papua Barat dengan indeks 19,3 persen). Dari sisi Otoritas Jasa Keuangan, melalui Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan, Horas Tarihoran menyambut kegiatan positif ini.

"Dari tahun ke tahun, tingkat literasi dan inklusi keuangan telah meningkat. Hal ini tentu tak lepas dari kontribusi perusahaan dalam mengedukasi masayarat, salah satunya Prudential ini," jelas Jeans.