Masjid Pathok Negoro yang merupakan masjid milik Keraton Yogyakarta, terletak di daerah Plosokuning Sleman ini usianya memang lebih tua dari Keraton Yogyakarta. Dibangun pada tahun 1923 masjid ini masih berdiri kokoh hingga saat ini walaupun sudah beberapa kali dilakukan renovasi.

Menurut penuturan Suprobo, marbot atau pengurus masjid Selasa (23/6), Masjid Pathok Negoro ini memiliki tradisi unik yang mungkin tidak semua masjid memilikinya.

Masjid ini masih menganut adat lama, di mana adzan pada saat sholat Jumat dilakukan dua kali. Dahulu, sekitar tahun 1950 adzan pertama dilakukan lima orang sekaligus dan adzan kedua dilakukan salah seorang dari mereka.

Saat khotbah, menggunakan bahasa Arab. Baru tahun 1960, adat diubah. Muadzin yang semula berjumlah lima orang menjadi dua orang. Tetapi adzan tetap dilakukan dua kali.

"Khotbah lalu diganti menggunakan bahasa Jawa," terang Suprobo. Di bagian pintu gerbang, masjid memiliki pintu gerbang berundak. Pada tiga undakan pertama berarti Islam itu terdiri dari tiga elemen yakni iman, islam, dan ikhsan.

"Pada lima undakan kedua menunjukkan rukun Islam ada lima, sedangkan enam undakan ketiga menunjukkan rukun iman itu ada enam," jelas Suprobo lagi.

Pada momen tertentu, di masjid ini dilaksanakan kegiatan keagamaan yang diikuti keluarga kraton. Misalnya tradisi Bukhorenan. Tradisi ini menjadi bagian dari tradisi keraton yang lestari hingga sekarang. Maksud dan tujuannya tidak lain mengkaji ajaran dan tuntunan Nabi dengan membaca dan memahami hadist yang terdapat dalam Sahih Bukhari.

BACA JUGA:

Ini kenapa bulan dalam kalender Jawa mirip dengan kalender Hijriyah

Evolusi hijab dari masa ke masa di Indonesia, cantik dan bikin gemes

Ini proses pengamatan bulan untuk menentukan awal Ramadan dan Syawal

Ini kota di Amerika yang menerapkan hukum syariah Islam

Ini dia sahur ala anak kos masaknya pakai rice cooker dan setrikaan

Belajar keteguhan hati dari Bilal, budak yang jadi muazin pertama

Ini rentang waktu puasa di seluruh dunia, paling lama 22 jam