Brilio.net - Ruang Belajar Penyala (RBP), komunitas yang dirintis oleh Tirta Triana ini menjadi angin segar bagi anak-anak Maluku pasca konflik. Keterbatasan dan ketidakefesien pengajaran yang ada di beberapa sekolah membuat Tirta tergerak untuk melakukan tindakan nyata.

Gayung bersambut, anak-anak pun sangat antusias untuk bergabung belajar bersama RBP. Meski keterbatasan biaya operasional, bukan berarti menjadi halangan bagi mereka untuk terus berlajar.

Pos kamling pun menjadi salah satu alternatif mereka bertemu dan saling berbagi ilmu pengetahuan. Selain pos kamling atau pos ronda, mereka juga sering menggunakan tempat pengajian warga sebagai salah satu tempat belajar, itu jika warga sedang tidak menggunakannya.

Saat ini RBP memiliki tujuh orang relawan yang memberikan pengajaran setiap minggunya.  RBP memiliki 30 orang anak didik. Kesederhanaan tempat belajar tidak menyurutkan semangat anak-anak tersebut untuk berkumpul dan mengasah kreativitas yang mereka miliki.

"kita punya metode pembelajaran icebreaking, game, dongeng dan alat peraga, anak-anak bisa belajar sambil bermain," jelas Tirta kepada brilio.net, Senin (27/4)

Ruang belajar ini  memang hadir dengan konsep yang dekat dengan kehidupan anak-anak. Ruang belajar mengajarkan ilmu pengetahuan dengan mempraktikkan langsung hal-hal sederhana yang sering anak-anak jumpai, seperti halnya memanfaatkan sampah jadi barang yang berguna.

Melihat konsep yang diberikan oleh RBP, maka tak heran jika anak-anak yang bergabung di komunitas belajar setiap Minggu sore itu pun semakin banyak diminati anak-anak. Salut deh sama volunteer yang mengabdikan diri untuk pendidikan anak-anak di Maluku. Tetap berikan yang terbaik untuk bangsa.