Brilio.net - Budaya K-Pop masih jadi tren sampai saat ini. Dari mulai lagu, film drama, girl band, boy band, gaya berpakaian, sampai ada juga lho, die hard fans yang khusus belajar bahasa dan tulisan Korea saking ngefansnya sama artis-artis Korea.

Tapi tahu nggak, sih, bagaimana sejarah penggunaan aksara Hangeul bagi orang Korea?

Pada zaman dahulu, orang Korea menggunakan aksara Tionghoa, Hanja. Tapi karena bahasa tuturnya berbeda, banyak orang malah jadi gagal paham saat harus menulis literatur dengan bahasa Korea.

Oleh karena itu, Raja Sejong yang juga merupakan pelopor budaya di Korea, berusaha keras untuk meneliti unit dasar bahasa Korea yang akhirnya memunculkan bentuk aksara Hunminjeongeum, pada tahun 1443 saat masa kekuasaan Dinasti Joseon.

Awalnya rakyat Korea menolak menggunakan aksara ini. Mereka baru bisa menerima penggunaan aksara Hangeul sekitar abad ke-18, atau 400 tahun sesudahnya.

Karena jasanya dalam menciptakan tulisan Hangeul, rakyat Korea Selatan merayakan hari aksara atau Hangeul Proclamation Day setiap tanggal 9 oktober. Patung tembaga Raja Sejong yang dibangun tahun 2009 juga berdiri megah di Gwanghwamun Plaza, di pusat kota Seoul.

Aksara Hangeul sendiri terdiri dari 24 huruf (jamo) 14 huruf mati (konsonan) dan 10 huruf hidup (vokal). Aksara Hangeul tidak didasarkan pada suatu bahasa tulis atau meniru aksara lain, namun unik khas Korea.

Sistem penulisannya pun bersifat ilmiah, didasarkan pengetahuan kebahasaan yang mendalam dan asas-asas filosofis sehingga membuatnya praktis, mudah dipelajari, dan terlihat cantik. Kamu mau belajar menulis Hangeul?