Brilio.net - Kamu tidak akan heran mengetahui tuna netra bisa membaca krena sekarang sudah ada huruf braille. Bahkan, juga tidak kaget saat tuna netra bisa mengenali pecahan uang kertas karena sudah ada tanda khusus. Tapi, pernah nggak terfikir oleh kamu tentang bagaimana para penyandang tuna netra mengenali ukuran dalam penimbangan berat?

Untuk yang satu ini kelihatannya masih sulit. Karenanya, jarang kan kamu menjumpai tuna netra berdagang yang mengharukan menggunakan alat ukur timbangan?

Nah, atas kondisi yang masih membatasi tuna netra ini, lima orang mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi Universitas Gajah Mada (UGM) berhasil membuat sebuah timbangan digital untuk penyandang tuna netra. Mereka adalah Laely Nurbaeti, Ary Kusuma Ningsih, Dwitya Bagus, Luthfi Yahya dan Arif Abdul Aziz. Alat timbangan digital tersebut diberi nama Rama Shinta. "Timbangan ini dapat mengukur berat benda dari 0-30 kg," jelas Laely kepada brilio.net, selasa(31/3).

Dipaparkan Laely, latar belakang penciptaan dari Rama Shinta adalah keprihatinan terhadap kondisi kemiskinan di Indonesia, selain itu jumlah penyadang tuna netra semakin hari semakin bertambah tidak terkecuali untuk daerah Jogja. Tuna netra di Jogja sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan atau miras, sehingga mereka kehilangan pekerjaan. Maka dari itu, dengan dibuatnya timbangan Rama Shinta diharapkan memberikan peluang usaha untuk mereka serta meningkatkan kesejahteraan.

Rama Shinta berfungsi sebagai timbangan dagang yang dapat di manfaatkan penyandang tuna netra dalam berdagang. Rama Shinta didesain dengan menggunakan dua mode. Mode yang pertama berfungsi untuk mengukur berat benda yang ditimbang, sedangkan mode kedua berfungsi untuk mengukur benda lain yang diinginkan menggunakan keypad untuk mengaturnya. Hasil dari pengukuran tersebut kemudian akan ditampilkan pada layar LCD yang tersedia dan nantinya disampaikan berupa suara melalui speaker.

Keberadaan Rama Shinta membawa para penyandang tuna netra untuk lebih mandiri dalam membuka peluang kerja. Alat ini diharapkan dapat diproduksi secara massal, sehingga masyarakat dapat menggunakannya secara langsung.