Brilio.net - Informasi di zaman serba canggih ini mudah sekali menyebar. Jangankan menyebar melalui suatu pernyataan resmi kepada khalayak semisal konferensi pers atau media sosial, melalui perbincangan sekilas kepada seseorang pun bisa menyebar.

Nah, kamu tentu tahu apa yang harus kamu bagikan dan mana yang tidak. Bagaimana jadinya dengan orang yang berani menebar berita dusta?

Beberapa orang tetap melakukan hal yang tidak semestinya itu. Mereka menghembuskan kabar tak benar kepada khalayak, agar bisa memainkan situasi. Berikut ini adalah kabar-kabar dusta yang sempat ditebarkan sampai dipercaya banyak orang, dikutip brilio.net dari berbagai sumber pada Jumat (9/10).

1. Berita hilangnya Patrick McDermott

Mantan pacar Olivia Newton-John ini dinyatakan hilang pada tahun 2005. Dia dikabarkan hilang ketika memancing di pantai lepas California. Berita yang dihembuskan adalah McDermott tewas.

Dikutip dari NY Daily News, banyak yang skeptis terhadap kisah tragis ini, semisal sekelompok detektif swasta pencari orang hilang yang disewa oleh Dateline NBC.

Kelompok yang dipimpin oleh Philip Klein ini berhasil melacak koleksi IP address yang login ke situs Web, yang mampu membawa pada lokasi yang diperkirakan sebagai keberadaannya, yaitu pantai Meksiko-Pasifik dekat Puerta Vallarta.

Lokasi ini adalah tempat McDermott dilahirkan. Para detektif tak ragu menyimpulkan McDermott masih hidup ketika berhasil mendapatkan dokumen dan jejak suaranya.

Diketahui, motif penyebaran informasi bohong ini adalah demi mendapat asuransi sebesar $100.000 untuk putranya. Sebab McDermott mengalami kebangkrutan karena hutang $30.000. Bersamaan dengan itu, hubungannya dengan sang pacar mengalami keretakan. Kabar yang dihembuskan adalah McDermott menghilang setelah diduga jatuh ke laut dari sebuah kapal nelayan sewaan.

Mereka ini pernah kabarkan kebohongan pada publik
foto: HLN tv


2. Pengakuan Tawana Brawley diperkosa sambil membawa isu rasial

November 1987, seorang remaja kulit hitam Tawana Brawley, mengaku telah diculik selama 4 hari dan diperkosa sebanyak 33 kali oleh sekelompok orang kulit putih di Dutchess County, New York. Remaja yang kala itu beusia 15 tahun itu mengaku, tubuhnya ditelantarkan di tepi jalan dengan dibungkus kantong plastik pasca diperkosa ditambah adanya tulisan di badannya dengan kotoran yang bernada hinaan ras, seperti dilansir dari laman NY Post dan NRP. Halaman depan media di dunia diisi berita ini, terutama setelah Pendeta Al Sharpton yang reputasinya terbilang baik turut ambil bagian dalam kasus ini.

Steven Pagones, salah seorang jaksa Dutchess County turut dinyatakan tersangka setelah membela rekannya yang telah lebih dulu ditersangkakan akibat dituduh pihak Brawley tak ingin tersangkut hukum setelah jasadnya ditemukan tewas bunuh diri. Belakangan diketahui, kematia rekan Pagones yang bernama Harry Crist Jr. itu disebabkan putus cinta.

Akibat ulahnya ini, Brawley kini diharuskan membayar sebesar $ 627 kepada Pagones setiap bulan hingga akhir hidupnya. Sharpa mengaku tak perlu meminta maaf karena dia memercayai Brwley. Demikian juga Brawley, dia tak mau mengakui kebohongannya itu dan memilih menyisihkan penghasilannya sebagai perawat untuk membayar denda meskipun Pagones menyatakan bahwa akan mencabut dendanya jika Brawley mau berkata jujur pada publik.

Belakangan diketahui, kebohongan yang dilakukan Brawley ini lantaran menghindari tinggal bersama sang ayah yang baru saja bebas dari hukuman 7 tahun penjara akibat membunuh istri pertamanya.

Beberapa waktu sebelumnya juga telah terjadi kasus penghinaan rasial sehingga isu yang masih hangat ini dimanfaatkan Brawley untuk mendapat perhatian publik.

Mereka ini pernah kabarkan kebohongan pada publik
foto: NRP


3. Pengakuan Steve Rannazzisi yang berhasil menyelamatkan diri dari kejadian 9 September 2001 

Dalam suatu wawancara pada 2009, Rannazzisi menyatakan dia bekerja di kantor Merrill Lynch di lantai 54 menara selatan ketika pesawat pertama menghantam menara utara. Dia kemudian sempat melarikan diri sebelum serangan kedua datang.

Dikutip dari New York Times, kebohongannya ini memberinya dampak yang cukup baik. Aktor Ashton Kutcher memberinya peran pertama di televisi, sebagai pemeran salah satu acara di MTV, Punk'd. Program televisi lain juga datang padanya, seperti The League, Breaking Dad, bahkan dirinya dibuatkan program khusus stand up comedi, Steve Rannazzisi: Manchild.  

Komedian ini pada September 2015 menyampaikan permintaan maafnya karena telah membohongi publik selama bertahun-tahun. Sebenarnya, ia telah bekerja di Midtown hari kejadiian, dan bukan bekerja untuk Merrill Lynch.

"Saya tidak di Pusat Perdagangan pada hari itu," katanya dalam sebuah pernyataan yang diberikan oleh humasnya, Matthew Labov. "Saya tidak tahu mengapa saya mengatakan ini. Ini dapat dimaafkan. Saya benar-benar, benar-benar menyesal. "

Mereka ini pernah kabarkan kebohongan pada publik

4. Berita yang dilebih-lebihkan oleh Brian Williams

Pada 2015 news anchor ini diskors tanpa bayaran selama enam bulan sejak Februari setelah pada salah satu segmen "Nightly News"  dia melebih-lebihkan rincian perjalanannya di sebuah helikopter militer selama Perang Irak pada tahun 2003. Cerita yang dihasilkan menjadi lebih dramatis.

Bersumber dari Washington Post, hal ini diakui salah satu rekan kerja Williams, Matt Lauer dalam sebuah wawancara dengan Today pada bulan Juni. Lauer mengatakan cerita Williams memang tidak benar, termasuk tentang helikopter. Namun dia tidak mengatakan detail penyimpangannya.

Adapun mengapa Williams melakukan hal tersebut, dia menyatakan itu adalah kecerobohannya memilih kata-kata. Ingatannya bercampur aduk dengan berbagai hal. Orang-orang di jaringan malah menyebut William telah 11 kali melakukan penyimpangan pemberitaan. Kini, Williams mengisi program berita MSNBC.

Mereka ini pernah kabarkan kebohongan pada publik

foto: Washington Post

5. Kisah cinta Herman Rosenblat  dan Roma pada saat Holocaust

Rosenblat yang sering menceritakan kisah pertemuannya dengan sang istri pada banyak orang suatu kali mencoba memasukkan kisahnya itu dalam kompetisi cerpen Hari Valentine. Ternyata dia menang, karyanya tampil di halaman pertama New York Post.

Beberapa bulan kemudian Rosenblat muncul dalam program televisi kenamaan, Oprah Winfrey Show. Seorang produser film menyatakan berminat untuk menfilmkannya. Seorang sastrawan pun telah menyepakati untuk menerbitkan karya itu dalam bentuk buku.

Dikutip dari Guardian, dalam cerpennya itu, dia yang seorang Yahudi Polandia berusia 11 tahun yang tinggal di kamp pengungsian Buchenwald di bawah tekanan Nazi. Dia bertahan karena seorang perempuan belia yang setiap hari melemparkan apel padanya dari balik pagar tinggi. Namun hingga dibebaskan dari kamp tahanan, Rosenblat tak pernah tahu siapa gadis itu.

Dua belas tahun kemudian barulah dia bertemu gadis itu setelah diajak sang kawan. Gadis dengan rambut keriting bermata hijau itu dia sebut dengan 'Angel At the Fence' yang kemudian menjadi judul karyanya itu.

Mereka menikah pada 1958 dan dikaruniai seorang anak, Ken yang lahir pada 1960 dan Renee lahir pada 1962.

Kepalsuan kisah ini dikuak oleh sejarawan Holocaust terkemuka, Deborah Lipstadt melalui website pribadinya pada awal Desember 2007. Tak lama setelah itu, Danny Bloom, seorang ekspatriat Yahudi Amerika yang tinggal 60 tahun di Taiwan, mengirim email pada akademisi untuk meminta mereka mengecek kebenaran kisah Rosenblat ini.

Salah satu akademisi yang membalas email adalah Ken Waltzer, profesor yang mempelajari Yahudi di Michigan State University. Waltzer, yang menulis buku tentang anak-anak dari Buchenwald, sudah membuat pertanyaan tentatif sendiri ke dalam cerita Rosenblat. Anehnya, dari semua korban yang telah membantu penelitiannya, Herman Rosenblat adalah salah satu dari sedikit orang yang tidak menanggapi permintaan ulang Waltzer untuk wawancara.

Kepalsuan cerita yang terungkap adalah pada bagian gadis di pagar yang rutin memberinya apel, yang dia sebut-sebut malaikat itu.

Setelah kepalsuannya terbongkar, Rosenblat menuturkan,"Saya ingin membawa kebahagiaan kepada orang-orang, untuk mengingatkan mereka untuk tidak membenci, tetapi untuk mencintai dan mentolerir semua orang. Dalam mimpi saya, Roma selalu akan melemparkan saya sebuah apel, tapi sekarang saya tahu itu hanya mimpi."

Rosenblat bukan satu-satunya orang yang mengarang cerita palsu tentang tema ini, namun dialah yang paling menarik di antara yang lain. Sebelumnya ada Binjamin Wilkomirski, dengan buku Fragments: Memories of a Wartime Childhood pada 1995 atau Misha Defonseca, yang menerbitkan Misha: A Mémoire of the Holocaust Years pada 1997, di mana ia mengaku terlindung dari Holocaust karena sekelompok serigala.

Mereka ini pernah kabarkan kebohongan pada publik
foto: New York Times