Brilio.net - Kamu yang bergelut dengan dunia kesehatan pasti tak asing dengan nama Averroes. Ia adalah salah satu perintis ilmu kedokteran.

Tapi tahukah kamu siapa Averroes itu? Ternyata Averroes adalah nama barat dari Ibnu Rusyd. Ya, Ibnu Rusyd seorang filsuf ulung, ahli ilmu Alquran serta ilmu-ilmu lain seperti fisika, biologi, kedokteran, dan astronomi.

Nama lengkapnya Abu al Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd. Ia lahir di Cordoba, Spanyol pada tahun 520 H / 1126 M. Ia berasal dari keluarga terpelajar yang berkebangsaan Spanyol yang sudah terpandang sejak beberapa generasi sebelumnya. Kakaknya seorang konsultan hukum serta menjadi qadhi dan imam besar Masjid Besar Cordoba. Sedang ayahnya juga seorang qadhi.

Dikutip brilio.net dari buku Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah karya M. Natsir Arsyad, Senin (29/6), tahun 548 H / 1153 M, Ibnu Rusyd ke Maroko dalam rangka mengemban tugas yang dipikulnya dari Almohad Abdul Mu'min.

Di sana ia juga melakukan observasi-observasi astronomis. Jadi kemungkinan besar pada saat itulah ia menulis sebuah komentar tentang metafisika, sewaktu mengungkapkan tentang riset-riset yang perlu dilakukan terhadap gerak planet-planet untuk memperoleh astronomi yang bersifat fisis, bukan hanya matematis.

Tahun 578 H / 1182 M, Ibnu Rusyd menggantikan kedudukan Ibnu Thufayl sebagai kepala tabib (dokter istana) Abu Ya'kub Yusuf.

Ibnu Rusyd sangat terkenal sebagai seorang perintis ilmu kedokteran umum, seperti perintis mengenai ilmu jaringan tubuh (histologi). Ia juga berjasa dalam bidang penelitian pembuluh-pembuluh darah, serta penyakit cacar.

Buku Karangannya "Al Kulliyyat fi ath Thibb" yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh seorang Yahudi dari Padua bernama Bonacosa sebagai "Colliget" merupakan ikhtiar kedokteran yang terlengkap pada zamannya. Salinan buku yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama "General Rules of Medicine", juga sempat dicetak berulang kali di Eropa.

Dalam sejarah hidupnya, ia pernah mengalami pembuangan akibat fitnah ke Lucena, dekat Cordoba. Ia dituduh murtad dan menghina kepala negara. Tapi ia kemudian dibebaskan atas tekanan dan desakan tokoh-tokoh terkemuka pada waktu itu.

Tapi beberapa waktu kemudian, lagi-lagi karena fitnah, ia diasingkan ke Maroko hingga meninggal di sana bulan Shafar 595 H / 10 Desember 1198 M.