Brilio.net - Senin (29/2) bakal menjadi momen sejarah baru bagi lokalisasi terbesar di Jakarta, Kalijodo. Tempat “wisata syahwat” yang terletak di pinggiran ibu kota ini ini bakal rata dengan tanah. Keberadaan lokalisasi yang sudah puluhan tahun bertengger di dekat bantaran Kanal Banjir Barat itu bakalan lindap dalam sekejap.

Penulis buku Jakarta Undercover, Moammar Emka, menyatakan Kalijodo hanyalah sebuah wahana prostitusi kecil yang gampang ditertibkan karena banyak pelanggaran di dalamnya. “Terlepas dari lokalisasi, Kalijodo melanggar kawasan hijau. Pengelolanya juga belum tentu bayar pajak mulai pajak hiburan, minuman keras dan lainnya,” kata Moammar kepada brilio.net beberapa waktu lalu.

Pria yang sering “blusukan” ke lokalisasi baik kelas atas maupun bawah ini menghitung PSK Kalijodo yang tinggal di sana sekitar 200 orang. Di sana sebenarnya lebih banyak penduduk biasa dibanding PSK. “Prostitusi kelas bawah memang pasti ada preman, ada raja yang menguasai dan minuman keras,” tambah penulis buku Ada Apa dengan Mak Erot ini.

Lalu berapa sebenarnya tarif dan pendapatan yang diperoleh PSK di sana? Moammar mengungkap, yang didapatkan PSK sebenarnya kecil. Karena ada pembagian dari mucikari, atau sistem persentase.

“Kalau di Kalijodo misalnya dengan tarif Rp 200 ribu, si PSK mungkin hanya mengantongi Rp 50 ribu hingga Rp 90 ribu. Dan masing-masing mucikari menerapkan pembagian yang berbeda,” jelas Moammar.