Brilio.net - Menatap mata orang yang dicintai, teman, atau orang asing adalah naluri alami dan hal ini terbukti berdasarkan tes scan otak. Para peneliti dari National Institute of Physiological Sains (NIPS) mengamati lebih dekat pada apa yang terjadi di dalam otak saat seseorang menatap ke dalam mata orang lain. Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Neurolmage ini memberikan wawasan yang unik mengapa kontak mata perlu untuk membentuk interaksi sosial.

Sebagaimana dilansir brilio.net dari Medical Daily, Rabu (30/12), untuk penelitian ini, tim peneliti menguji mata 96 peserta yang belum pernah bertemu sebelumnya. Selama dua hari, peserta secara berkelanjutan melakukan kontak mata satu sama lain dalam tiga percobaan yang berbeda. Ketika mereka saling melemparkan pandangan, peneliti menggunakan magnetic resonance imaging (fMRI), mesin fungsional yang digunakan untuk memantau aktivitas otak.

"Kami berharap bahwa sinkronisasi kedipan mata dapat menjadi tanda bahwa membagi perhatian saat melakukan tugas itu membutuhkan perhatian bersama, dan membagi perhatian tersebut akan bertahan sebagai memori sosial," jelas penulis studi Takahiko Koike, seorang peneliti di NIPS dalam siaran pers.

Sebaliknya, peserta mulai berkedip saat mereka saling bertatapan bukan karena mereka meniru aktivitas masing-masing. Hasil fMRI scan mengungkapkan, satu daerah di otak yang disebut right inferior frontal gyrus (IFG) menyala dalam menanggapi kontak mata secara langsung. Setelah peserta saling menatap, IFG menyala pada waktu yang sama dan otak disinkronkan untuk menunjukkan bahwa saling kontak mata adalah kunci untuk mengembangkan interaksi sosial.

Studi lain yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Leiden di Belanda menegaskan, mata memiliki kekuatan untuk membangun kepercayaan. Mereka menemukan, jika dua orang asing menatap mata masing-masing dan pupil mata mereka melebar, mereka menginvestasikan tiga kali lipat jumlah uang dibandingkan dengan mata yang tidak melebar. Efek meniru ini memungkinkan orang untuk menumbuhkan rasa kepercayaan melalui kontak mata secara bersamaan. Setelah ukuran pupil disinkronkan, otak mereka tidak sadar membangun obligasi kepercayaan, mirip dengan memori sosial IFG yang dibuat dalam studi terbaru.

"Berdasarkan peningkatan sinkronisasi perilaku dan saraf selama saling menatap, kita sekarang tahu bahwa membagi perhatian sulit untuk dibangun tanpa kontak mata," kata Norihiro Sadato, penulis senior studi tersebut. "Penyelidikan lebih lanjut tentang kerja kontak mata dapat mengungkapkan peran fungsional spesifik tentang sinkronisasi saraf di antara orang-orang yang saling menatap."