Brilio.net - Untuk dapat mewujudkan mimpi salah satunya adalah belajar dari pengalaman orang-orang yang telah lebih dahulu menempuhnya. Mengobrol dengan banyak orang untuk lebih banyak dan lebih dalam mengetahui apa yang akan ditekuni. Selain itu tentu kamu harus melakukan aksi-aksi yang bisa mendekatkanmu pada pencapaian mimpi itu.

Kamu berminat masuk industri perfilman dengan menjadi penulis skenario? Nah berikut ini ada tips dari Georgia Patricia Titi Sari alias Tisa TS yang dituturkan kepada brilio.net, beberapa waktu lalu. Perempuan yang baru menerbitkan buku berjudul Pink Luv ini merupakan penulis naskah Love In Paris, London Love Story, serta serial Di Sini Ada Setan.


1. Batasan tanggung jawab seorang penulis skenario

Skenario yang menjadi tanggung jawab seorang penulis adalah sampai pada final draft. Jika sudah turun ke lapangan pengambilan adegan maka penulis naskah sudah tidak punya hak apa-apa. Penulis tidak bisa lagi walaupun sekadar mengoreksi. Dari beberapa sutradara yang pernah bekerjasama dengan Tisa, menurut pengakuannya, ada yang berupaya mengonfirmasi kepadanya sebagai penulis agar film tidak melenceng dari naskah. Ada pula sutradara yang suka mengubah-ubah naskah, namun ada pula yang begitu pakem pada naskah, seperti di PH tempatnya sekarang bekerja.

2. Jangan mudah membagikan ide cerita

Jangan sembarangan memberikan ide ke siapapun, termasuk ke prodution house atau stasiun televisi. Selain itu jika sudah punya terget PH mana yang akan dibidik rajin-rajinlah menanyakan kabar naskahmu. Selain kontak person, kata Tisa, penulis juga harus punya copy email, copy naskah, dan memastikan ada follow up terhadap naskahmu.

3. Ide tidak perlu muluk-muluk

"Berkarya nggak usah muluk-muluk. Sesuatu yang spontan kadang lebih kuat," kata dia. Selain itu penulis harus jeli melihat pasar. dia mencontohkan apa yang disukai anak muda sekarang itulah yang jadi sasaran. Anak-anak muda ini yang masih loyal ke bioskop dan konsumtif. "Kita cari tau mereka sukanya apa, itu yang kita hajar. Kuncinya di situ kita peka sama pasar," tutur perempuan yang pernah bekerja di Aneka Yess ini.

Selain itu rating juga menjadi pertimbangan penting, karena itu yang menjadi 'dewa' para produser.  Jika ingin membuat film yang berkelas dan idealis jangan harap akan laku di industri. Antara industri dengan idealis menurut Tisa harus dijembatani. Masing-masing harus menurunkan sedikit-sedikit egonya. Kalau ngotot mau industri tapi idealismenya tinggi jangan harap.

4. Perhatikan attitudemu.

Selain bagusnya tulisanmu, yang akan dilihat pihak PH adalah pertama attitude. Tak jarang banyak penulis yang mendua ke PH ain, padahal sudah dikontrak eksklusif. Kedua, mentalnya. Jika tulisannya gagal terus menerus apakah mau terus coba dan coba lagi. Ketiga, kreativitas. Apakah mampu terus menyajikan cerita yang menarik. Selain itu jangan sulit dihubungi ya, karena itu bisa berpengaruh pada proses produksi.

5. Humble pada siapa saja

Menjadi seorang penulis skenario, tak hanya jadi penulis saja. Tetapi juga harus menguasai ilmu public relation dan marketing. Minimal bisa mempromosikan diri sendiri dan menjalin hubungan baik dengan orang-orang sekitar. Termasuk ke penggemar karya dan orang-orang media. Contoh mudahnya setiap ada novel baru yang terbit Tisa rutin mengirim novel gratis. Hal inilah yang jarang disadari para kreator.

6. Kuncinya ada pada diri sendiri

Tisa mengambil hikmah dari bencana bajir beberapa tahun silam. Lebih dari sebagian besar koleksinya rusak akibat banjir. Padahal buku koleksi Tisa sudah mencapai kurang lebih 4000-an. Sedih menang, tapi itulah yang justru membuat passion menulis makin meggila. Semenjak kejadian itu dia menyadari bahwa menyimpan karya paling besar ada pada diri sendiri, buklan secara fisik, karena secara fisik bisa sewaktu-waktu hilang.

"Ada pepatah kita harus bekerja keras sampai idola kita jadi saingan kita. Tapi karena aku nggak suka saingan pepatahnya aku belokin, kita harus bekerja keras sampai idola kita jadi sahabat," aku pengarang tulisan bergambar berjudul Toto dan Titi ini.