Brilio.net - Kamu pernah denger nggak, pertanyaan ringan dari teman atau saudaramu yang terheran-heran saat nonton TV dan melihat salah satu grup band tiba-tiba nongol lagi. Mereka mengira band itu sudah bubar.

"Lho, mereka masih ada ya? Ini nih, lagu barunya? Kirain udah bubar, nggak pernah nonton di TV."

"Bukannya band itu udah nggak jalan ya? Nggak pernah on-air di TV sih."

Beberapa kalimat tanya di atas memang sering terlontar di sebagian masyarakat Tanah Air. Nggak heran lagi memang, kalau band yang sudah nggak pernah muncul di TV berarti sudah diklaim bubar.

Tapi pertanyaannya, apa memang seperti itu? Apakah band-band yang sudah tidak muncul di TV berarti sudah nggak laku atau malah sudah bubar? Hmmm.. Ya belum tentu. Enam band dari Jogja ini contohnya.

Rata-rata dari mereka adalah band nasional yang namanya sudah membahana dan tentu saja sudah pernah berseliweran di layar kaca. Namun semakin ke sini, beberapa dari grup band ini memang jarang muncul lagi di TV.

Keenam band ini nyatanya sekarang sudah berjalan sendiri tanpa mayor label (perusahaan rekaman besar). Mereka berkarya dan mendistribusikan karyanya secara mandiri dan rata-rata sudah tak lagi menganggap TV sebagai media paling tepat untuk urusan promosi.

Ada yang menganggap mereka sudah bubar, namun siapa sangka jadwal off-air alias manggung di luar TV sungguh banyak dan jadwalnya super padat. Siapa saja mereka?

Berikut ulasannya, deretan band nasional Jogja yang jarang muncul di TV tapi jadwal manggung di luarnya nggak pernah abis, seperti dirangkum brilio.net, Senin (17/7):


1. Letto

MUSISI JOGJA OFF-AIR PADAT © 2017 brilio.net

foto: istimewa


Band Jogja yang memulai kariernya dengan album 'Truth, Cry and Lie' (2005) ini dulunya bernaung di Musica Studio's. Namun kontraknya berakhir pada album keempat mereka 'Cinta ...Bersabarlah' (2011). Mereka memutuskan untuk pisah dari Musica sejak 2014 silam.

Siapa sangka band yang kini sudah berjalan secara mandiri ini juga sudah sangat sering diisukan bubar atau nggak laku lagi, lantaran sudah tak pernah tampil di TV. Menanggapi hal itu, mereka mengaku memang sudah 'malas' untuk memenuhi undangan manggung dari TV dengan berbagai alasan.

"Beberapa kasus, memang kami menolak (undangan manggung dari TV) dengan halus," kata Agus Riyono, gitaris Letto ketika ditemui brilio.net beberapa waktu lalu.

Kini, band yang kini beranggotakan enam personel ini mengaku bebas ketika tak ikut perusahaan rekaman besar dan jarang masuk TV. Alasannya, strategi promo yang sudah mereka lakukan sendiri terbukti berjalan efektif dan jadwal manggungnya bisa dibilang tak pernah berhenti. Letto diakui Patub pernah menerima langsung 11 undangan manggung dalam waktu sebulan.

"Untuk data top dan bottom, kalau untuk top-nya kami pernah dalam sebulan ada 11 kali main. Bottomnya satu kali pentas juga sudah pernah. Ini adalah statistik kami sendiri sejak kita nggak pernah punya single/album lagi dengan Musica, kira-kira mulai pertengahan 2014," imbuh pria yang akrab disapa Patub ini.


2. The Rain

MUSISI JOGJA OFF-AIR PADAT © 2017 brilio.net

foto: kapanlagi.com


Empat pemuda paruh baya yang dulunya bernama No Rain ini juga bisa dibilang jadwal manggung off airnya selalu ada. Meski memang, terkadang The Rain masih mau memenuhi undangan acara musik beberapa stasiun televisi jika jadwal mereka masih memungkinkan untuk datang.

"TV masih sering kok, ngundang The Rain. Dan sebenernya kita nggak pernah nolak kalau empat personel available. Kami berusaha masih jaga hubungan baik dengan media apa pun. Cuma memang masalahnya, di luar The Rain masing-masing personel juga ada pekerjaan lain (non musikal), yang jadi kendala kenapa kita jarang nongol di TV. Biasanya harus diatur jauh-jauh haru sebelumnya, biar kami sempat izin ke kantor," ujar Iwan Tanda, gitaris The Rain, ketika dihubungi brilio.net beberapa waktu lalu.

Menurut Iwan, kesibukan masing-masing personel tidak membuat The Rain stop untuk berkarya dan menolak undangan manggung dari mana saja. Justru saat weekend, hampir semuanya disikat habis oleh mereka.

"Kalau off-air rata-rata 1-2 kali tiap weekend (sekitar 4-8 panggung dalam sebulan)," kata dia.


3. Sheila On 7

MUSISI JOGJA OFF-AIR PADAT © 2017 brilio.net

foto: facebook.com/sheilaon7fanspage


Band legendaris idola generasi 90an ini jangan ditanya. Sheila On 7 memang sudah jarang terlihat di TV, namun siapa sangka jadwal panggung off-airnya juga tak pernah habis.

"Off-air rata-rata 1-2 kali tiap weekend. Bisa ditambah jadwal-jadwal lainnya yang ada di weekdays," kata Adam Subarkah, bassis Sheila On 7, ketika berbincang dengan brilio.net beberapa waktu lalu.

Selain itu, pengalaman padatnya jadwal manggung mereka juga diceritakan Tomo Widayat, additional gitar sekaligus keyboard Sheila On 7. Menurut Tomo, jadwal mereka ini rata-rata sangat padat selama sebulan.

"Selama aku ikut mereka, udah pernah 12 kali manggung dalam sebulan," ujar Tomo ketika dihubungi brilio.net, Senin (17/7).

Menurut Adam lagi, Sheila On 7 semakin ke sini memang membatasi untuk tampil di TV. Alasannya zaman sekarang acara musik di TV kualitasnya bisa dibilang sudah tak sebagus dan seramai dulu.

"Intinya kita sebagai musisi juga harus selalu berusaha memilih acara TV yang pas untuk perform. Baik secara konsep acara, dealing, waktu dll. Lagian pilihan acara musik di TV yang bagus/sesuai memang tidak banyak," imbuh Adam menutup perbincangan.


4. Shaggydog

MUSISI JOGJA OFF-AIR PADAT © 2017 brilio.net

foto: kapanlagi.com


Band ska legendaris asal kota gudeg ini diam-diam juga 'berbahaya'. Meski dari awal karier sampai sekarang berkomitmen menjadi band indie (bekerja mandiri tanpa perusahaan rekaman besar yang mainstream), nyatanya band yang sudah berusia 20 tahun ini tetap bersinar meski sangat jarang tampil di TV seperti rekan-rekan musisi Jogja lainnya.

"Pada dasarnya TV memang sebagai salah satu pemicu ketenaran, karena cakupannya yang luas. Awam indonesia mana yang tidak melihat TV? Bagaimana pun itu adalah tolok ukur (sebagian masyarakat). Buat Shaggydog, TV itu salah satu medium dari banyak medium promosi yang ada dengan masing-masing varian konsumennya. Jadi bukan kita yang menanti undangan TV, tapi ada saatnya kita menggunakan TV sebagai medium promosi. Pilihannya berada di kita," kata Satria Hendrawan, drummer Shaggydog, ketika dihubungi brilio.net beberapa waktu lalu.

Namun, meski Shaggydog jarang tampil di layar kaca, Yoyok, sapaan akrab drummer Shaggydog ini mengatakan bahwa sampai saat ini jadwal manggung off-airnya masih selalu ramai. Bahkan selain di Indonesia, Shaggydog pernah bikin 'heboh' jagat musik Tanah Air karena bisa turut memeriahkan event musik internasional SXSW di Amerika pada 2016 lalu.

"Sekarang rasionya antara 6 sampai 8 kali per bulan atau bahkan lebih kecil dari itu, yang sebenarnya ada kesengajaan kita menguranginya dari 8 sampai 10 kali per bulan. Kenapa? Kita mencoba mengejar kualitas dari pada kuantitas, baik itu dari segi performa, mau pun penghasilan," ujar Yoyok.


5. Jikustik

MUSISI JOGJA OFF-AIR PADAT © 2017 brilio.net

foto: kapanlagi.com


Band ini sering disebut-sebut 'satu angkatan' dengan Sheila On 7. Setelah ditinggal Pongki Barata dan Mirza 'Icha' Hakim, band ini memang sempat meredup dan kerap dikira masyarakat bubar jalan. Apalagi ketika semakin jarang on-air di TV.

Padahal justru sebaliknya. Setelah Jikustik diperkuat oleh vokalis barunya, Brian Prasetyoadi, Jikustik tetap bisa bertahan dan berkarya tanpa menghilangkan benang merah musiknya. Jadwal manggung off-airnya pun semakin deras kembali.

Menurut Adhitya Bhagaskara, pemain keyboard Jikustik, mereka jarang muncul di layar kaca bukan karena menolak atau bukannya tidak diundang, namun Jikustik selalu melihat efektivitasnya. Selain biaya produksinya tinggi, Jikustik memang sudah mantap melakukan strategi promonya dengan cara mereka sendiri.

"Karena kita sekarang mandiri untuk promonya, sering tanpa label dan sponsor, kita pilih media yang lebih cepat viral dan masuk akal di segi ekonomi," kata Adhit, sapaan akrabnya, ketika dihubungi brilio.net beberapa waktu lalu.

Selain tak efektif untuk promo di zaman sekarang, Jikustik pun juga merasa kecewa karena beberapa acara musik TV sudah tak seperti dulu lagi.

"Dan ada sedikit kekecewaan kami dengan TV sekarang. Acara musik bukan murni musik, tapi lebih ke acara hiburan campuran yang kehilangan tujuan, jadi lebih baik kami pilih media lain dulu saja," tutup Adhit yang juga berprofesi sebagai produser musik ini.


6. Endank Soekamti

MUSISI JOGJA OFF-AIR PADAT © 2017 brilio.net

foto: facebook/endanksoekamti


Trio pop-punk yang super kreatif dan banyak inovasi dalam berkarya ini termasuk 'junior' bila dibandingkan band-band Jogja yang sudah disebutkan di atas. Namun siapa sangka, kalau Endank Soekamti kini bisa dikatakan band yang paling produktif daripada kelima band di atas. Meski pun sebenarnya mereka juga sangat jarang muncul di TV.

Menurut komandan band ini, Erix Soekamti, Endank Soekamti memang hampir bisa dibilang ogah main di TV sejak memutuskan untuk bekerja mandiri di label rekamannya sendiri, yakni Euforia Record dan media digital milik mereka lainnya. Bagi Erix dkk, manggung di TV justru malah bikin rugi Endank Soekamti.

"Bukannya menolak, bukan masalah tidak mau atau nggak ada yang ngundang main di TV karena posisi Endank Soekamti sendiri. Di mana posisi kita di daerah, itu membutuhkan transportasi akomodasi yang besar dibandingkan kalau kita ada di Jakarta," ujar Erix ketika berbincang dengan brilio.net beberapa waktu lalu.

Erix memaparkan bahwa stasiun televisi kebanyakan tak pernah akan mau rugi dan selalu memberikan reward yang sebenarnya sangat kurang untuk band daerah seperti Endank Soekamti.

"Karena TV-TV itu juga nggak mau rugi. Biasanya TV hanya bisa memberikan kita uang saku sekitar Rp 500 ribuan, kalau nggak salah. Nah, kalau biaya segitu kita gunakan untuk biaya produksi, transportasi, akomodasi, dari Jogja menuju Jakarta lalu sewa hotel, ya menurutku nggak worthed aja. Jadi mendingan fokus memberdayakan apa yang kita miliki. Yaitu media digital yang kita udah punya sendiri," kata dia.

Soal jadwal manggung off-airnya, tentu Endank Soekamti ini bisa disandingkan dengan band seniornya, Sheila On 7. Dalam sebulan mereka bisa belasan kali berpindah-pindah kota untuk manggung. Namun, belum lama ini mereka memutuskan untuk membatasi dan lebih selektif untuk memilih undangan manggung dengan berbagai alasan yang masuk akal.

"Dalam sebulan kami hanya membatasi off-air maksimal 13 event. Pertimbangannya ya masalah kesehatan, masalah kesibukan di luar band, waktu untuk keluarga, dan lain-lain. Memang sepertinya maksimal cuma bisa segitu. Kalau lebih ya, bakal mbrodol (badan remuk, tidak sehat)," imbuh Erix menutup perbincangannya.


7. Seventeen

perjuangan seventeen © 2018 berbagai sumber

Seventeen sendiri mulai terbentuk pada 1999 dengan nama Sweet Seventeen yang digawangi oleh Andi (drum), Bani (bass), Herman dan Yudhi (drum), Doni Gembor (vokal). Seperti kebanyakan band lainnya, Seventeen pun sempat beberapa kali berubah formasi hingga akhirnya berjalan dengan empat personel.

Berkarier di industri musik selama hampir 20 tahun, jalan yang dilalui Seventeen pun tak berjalan mulus. Berbagai lika-liku perjalanan pun sudah pernah dilalui Seventeen, hingga akhirnya membuat mereka menjadi band Indonesia asal Jogja yang dikenal publik hingga sekarang.

Tsunami yang terjadi di lima kabupaten di Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12) lalu menjadi kenangan pahit bagi penggemar Seventeen dan industri musik Tanah Air. Tsunami yang disebabkan oleh erupsi Anak Gunung Krakatau tersebut menelan ratusan korban jiwa, tiga di antaranya adalah personel Seventeen, yakni Bani (bassis), Herman (gitaris), dan Andi (drummer).

Tak salah rasanya jika kepergian Bani, Herman dan Andi menyisakan duka mendalam bagi dunia musik Indonesia, khususnya keluarga besar Seventeen. Apalagi ketiga personel tersebut merupakan sosok yang membentuk Seventeen dari awal hingga sekarang.