Brilio.net - Mendaki gunung belakangan ini sudah menjadi tren di hampir semua kalangan. Tidak cuma anak muda, orangtua sampai anak-anak pun ikutan. Bahkan, pada awal tahun 2014 lalu tercatat Eka Meidya Putra bocah 4,8 tahun sudah 3 kali mencapai Puncak Gunung Merapi Burni Telong di Kabuaten Bener Meriah, Aceh, dengan ketinggian 2.623 mdpl.

Naik gunung yang dulunya wah kini jadi 'biasa' saja. Tapi, meskipun begitu kamu mesti tetap harus melakukan persiapan yang baik sebelum muncak, biar pendakianmu jadi perjalanan yang asyik.

Berikut ini brilio.net bakal paparkan berbagai sensasi yang bakal kamu dapat ketika naik gunung, berdasarkan wawancara dengan beberapa anak gunung yang jam terbang naik gunungnya sudah banyak:

1. Kamu jadi merasa rendah di hadapan-Nya
Ketika sudah mampu menggapai puncak, kamu bakal melihat pemandangan hamparan bumi yang sangat-sangat luas tak bertepi. Ketika itu kamu bakal merasakan betapa kecilnya dirimu.

Kalau kamu justru ngerasa sebaliknya, ngerasa hebat karena mampu menaklukkan puncak, kayaknya ada yang salah dari dirimu. Cobalah memunculkan perasaan dari perspektif lain supaya yang hadir adalah kerendahan hati bukannya kepongahan.

2. Terlatih kebersamaan
Ini berlaku kalau kamu naik secara bergerombol. Kamu nggak bisa dong mikir dirimu sendiri aja, semisal jalan sendiri dan ninggalin teman-temanmu gitu aja di belakang. Kalau ada apa-apa, kamu pasti butuh pertolongan mereka, dan berlaku sebaliknya.

Jadi, nggak bisa dong kamu yang diberi terus, kamu juga harus memberi. Semisal ada yang lelah istirahat semua, kalau yang satu kehabisan air yang lain memberi. Itulah kebersamaan.

3. Ada sensasi sewaktu mengendalikan emosi
Naik gunung yang membutuhkan tenaga identik dengan kondisi lelah. Nah, pada titik ini ada kecenderungan bagi siapa saja naik emosinya. Tentu kamu nggak perlu menciptakan kondisi yang semakin keruh. Sudah pada capek malah dapat omelan atau sikap menjengkelkan lainnya sebagai efek emosional dari lelah fisik tadi.

Di sinilah setiap orang harus bisa tetap easy going sampai menginjak puncak dan turun lagi. Kalau mau emosi, simpen dulu dan luapkan kalau sudah di bawah. Bener nggak?

4. Belajar tanggung jawab dengan pilihan
Nah, ini bisa jadi sensasi juga buat kamu yang mau naik gunung. Kalau sudah memutuskan, harus tanggung jawab dong dengan segala konsekuensinya. Nggak boleh plin-plan, misalnya baru sampai sepersekian perjalanan sudah nyerah, milih balik arah karena keinget sesuatu kerjaan yang belum selesai, dll.

Kalau sudah mutusin naik gunung, harus komitmen dan konsisten. Tinggalkan dulu hal lain dan fokus di sini dulu. Termasuk siap dengan berbagai kondisi yang tidak terduga. "Pantang pulang sebelum puncak idaman" harus kamu pancangkan di dadamu.

5. Kamu bisa lebih deket satu sama lain
Karena terkondisikan untuk saling mendorong dan berbagi selama perjalanan ke puncak, maka setelahnya kamu bisa jadi lebih dekat dengan teman seperjalananmu sewaktu naik gunung. Baik-baik maupun buruk-buruknya tergambar jelas selama perjalanan mendaki. Dengan begitu, pertemanan kamu bisa lebih langgeng karena sudah saling memahami satu sama lain.

6. Jangan lupa safety
Meskipun bisa ngeberat-beratin bawaanmu dan cenderung agak ribet, tapi yang namanya perlengkapan safety perlu adanya. Kamu nggak tau apa yang akan terjadi nanti, maka lebih baik sedia payung sebelum hujan kan? Peralatan safety yang penting antara lain sleeping bag, senter, jas hujan, kompas, masker, P3K serta obat-obatan pribadi.

7. Jangan sampai nyampah!
Jangan lupa bersih-bersih sebelum kamu meninggalkan area camp-mu sebab belum pernah ada cleaning service di gunung. Jadi kamu mesti aktif menjaga kelestarian lingkungan gunung yang bakal kamu daki.

Usahakan juga tidak langsung membakar sampah-sampah yang kalian sisakan karena termasuk merusak alam. Lebih utama mengumpulkan dan membuang ke tempat sampah ketika kamu sudah sampai di bawah untuk diolah secara lebih tepat oleh petugas terkait.

8. Setia pada rombongan
Ini tak kalah penting, kamu harus setia pada rombonganmu bagaimanapun keadaannya. Jangan sekalipun meninggikan ego "aku bisa ke puncak dengan cepat" dsb lantas berpisah dari rombongan. Perlu diperhatikan juga, rombongan jangan terlalu besar karena dikhawatirkan justru sulit dalam maengkondisikannya. Idealnya, satu kelompok cukup 5-6 orang.