Brilio.net - Dalam kehidupan kita sering menjumpai orang-orang berprestasi. Tapi pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa mereka bisa menjadi orang "super" begitu, ya? Murni karena bakat dari lahir atau bisa dibuat (diperjuangkan) melalui latihan?

Dilansir brilio.net dari The Telegraph, Rabu (19/8) penelitian menunjukkan dengan jelas bahwa untuk memenangkan sesuatu atau mencapai prestasi yang diinginkan, upaya dan latihan adalah panduan terbaik daripada kemampuan alami. Sebut saja durasi waktu berlatih bagi para peraih prestasi harus sangatlah banyak. Belum lagi kalau menemui kegagalan, mereka harus bangkit lagi untuk mencoba kembali.

Namun tentu saja, bakat bawaan memang berperan, kalau tidak, orang-orang yang berlatih bersama mengerjakan sesuatu hanya akan mencapai titik level yang sama, tanpa ada yang menonjol keterampilannya. Selain itu juga ada faktor keberuntungan yang berperan dalam pencapaian prestasi seseorang.

Menilik sejenak ke masa-masa seseorang masih anak-anak. Pada masa inilah bakat akan terlihat dan bagaimana ke depannya agar bakat anak terarah sesuai yang dia tunjukkan atau justru melenceng dari situ.

Kalau ada orangtua atau mungkin kamu sebagai kakak atau om dan tante dari anak-anak usia sekolah (sekitar 8-9 tahun), menemui anak-anak tersebut memiliki bakat tertentu, diimbau untuk tak langsung mengarahkannya ke sana. Sebab kecenderungan mereka bisa saja berubah sewaktu-waktu.

Sekali pun setiap anak dianugerahi keterampilan tertentu, pilihan terbaik adalah membiarkan mereka mencoba apa saja yang mereka inginkan supaya memiliki banyak pengalaman dan wawasan, dan tidak bergantung pada aktivitas tertentu. Selain itu juga mempertimbangkan apakah anak menikmati bakat sebagai sarana kesenangan dan ekspresi diri, atau mereka memang memiliki kemampuan lebih baik daripada orang lain. Bukan berarti anak yang kompetitif dan berbakat, mengharuskan orangtua beranggapan harus mendorong mereka menekui bakat yang sudah tampak itu.

Bila mengaitkan preferensi anak, kemampuan dia berkompetisi, hasrat orangtua, dan mental juara, maka perlu dipertimbangkan: siapa yang sebenarnya ingin menjadi juara? Apakah anak atau orangtua (yang berharap anaknya memenuhi ambisinya supaya anaknya berprestasi?).

Nah, ketika memang keinginan anak serta bakatnya sudah selaras dengan harapan orangtua, tinggal bagaimana memberikan sarana terbaik bagi anak untuk mengembangkan bakatnya. Tentu saja juga perlu adanya latihan rutin dan penggemblengan mental tahan banting supaya tidak gampang menyerah.

Kalau kamu, apa bakatmu? Sudahkah kamu memperjuangkan apa yang kamu inginkan? Apa pun bakat dan preferensimu, nikmati dan lakukan yang terbaik. Prestasi atau penghargaan yang akan menyusulmu. Semangat, guys!