Brilio.net - Membeli car seat untuk bayi jadi pilihan yang sering dilakukan oleh keluarga yang baru memiliki momongan. Namun menurut sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari Oregon Health & Science University  mengungkapkan bahwa banyak orangtua membuat kesalahan serius ketika mendudukkan bayi mereka ke car seat.

"Car seat jauh lebih sulit dan jarang digunakan dengan benar," kata pemimpin peneliti Dr. Benjamin D. Hoffmans seperti dilansir brilio.net dari Medical Daily, Selasa (5/1).

Hoffman dan rekan-rekannya mengamati 291 keluarga yang keluar dari rumah sakit dengan bayi yang sehat antara November 2013 dan Mei 2014. Para peneliti meminta orangtua untuk memosisikan bayi mereka yang baru lahir di car seat dan menggunakan car seat jika mereka belum melakukannya.

Teknisi keselamatan mobil dipanggil untuk mengevaluasi posisi duduk bayi di car seat. Alhasil, teknisi menemukan bahwa 95 persen orangtua membuat setidaknya satu kesalahan dalam posisi duduk bayi di car seat dan pemasangan car seat di kursi mobil.

Menurut tim peneliti, kecelakaan mobil mengakibatkan sekitar 8.500 bayi membutuhkan rawat inap dan kunjungan gawat darurat dan 135 kematian bayi pada tahun 2013. Mereka memperkirakan bahwa kursi mobil dapat mengurangi risiko kematian bayi dan cedera sebesar 71 persen bila car seat digunakan dengan benar.

Studi ini juga didukung penelitian dari Pennsylvania State College of Medicine di Harshey, Amerika Serikat, yang menyebut bahwa posisi duduk dan tidur yang salah bisa memicu kematian pada anak-anak. Hal ini biasanya terjadi saat anak-anak dibiarkan duduk di car seat, kereta dorong, ayunan, atau baby bouncer. Umumnya, penyebab kematian adalah sesak napas. Posisi yang salah bisa terjadi secara tidak sadar saat anak-anak tertidur.
 
Peneliti State College of Medicine of Harshey, Erich K Batra, menjelaskan, bayi sebaiknya ditidurkan di ranjang yang relatif luas dan hindari satu ranjang dengan ayah dan ibunya. Jika harus membawa anak menggunakan car seat dalam perjalanan di mobil maka harus dipastikan dalam pengawasan.
 
Batra melanjutkan, para peneliti menerima data dari US Customer Product Safety Commission bahwa pada periode 2004 hingga 2008 ada 47 laporan kasus kematian anak-anak berusia di bawah dua tahun di car seat, kereta dorong, ayunan, dan baby bouncer. Sebanyak 31 dari 47 kasus kematian terjadi di car seat, lima di kain gendongan, masing-masing empat di kereta dorong dan baby bouncer, serta tiga di kereta dorong.

Menurut Batra jumlah tersebut belum mencerminkan angka sesungguhnya namun hanya sebatas kasus yang dilaporkan konsumen atau produsen ke komisi. Sangat mungkin ada kasus kematian serupa namun tidak dilaporkan oleh keluarga.
 
Ia menambahkan, setengah dari kasus kematian di car seat disebabkan terjerat tali dan sisanya karena sesak napas akibat posisi duduk atau tidur yang salah.
 
"Jika orang berpikir anak-anak tidak usah dipasangkan tali pengaman di tubuh mereka (saat di mobil) agar lebih nyaman, maka itu adalah hal yang salah," tegasnya.
 
Dokter ahli bedah tulang dari Rumah Sakit Anak Cincinnati, Shital N Parikh, pernah melakukan studi melibatkan anak berusia di atas satu tahun. Menurut dia, car seat merupakan tempat yang paling besar kemungkinannya menyebabkan cedera bahkan kematian pada anak.
 
"Yang paling umum adalah anak-anak jatuh dari car seat yang sedang tidak digunakan di mobil, tapi di rumah," ungkapnya.
 
Ia melanjutkan, banyak orangtua yang turut membawa car seat ke dalam rumah karena tidak ingin membangunkan anaknya. Tali pengaman tidak dipasang dan car seat ditaruh di tempat tinggi.
 
Bayi berusia empat tahun pun punya kekuatan untuk bergerak dari car seat sehingga bisa jatuh. Membiarkan anak yang sedang tidur di car seat tidak dalam pengawasan empat sampai lima menit saja bisa berakibat fatal.
 
"Ini harus menjadi perhatian. Terkadang, meski hanya ditinggal beberapa menit pun bisa berakibat fatal," pungkasnya.