Brilio.net - Baru-baru ini warganet dibuat haru oleh kisah yang dibagikan oleh pria bernama Aceng Faridudin Lutfi. Aceng membagikan foto bersama teman sebangkunya semasa sekolah. Mereka bertemu dan mengabadikan foto di pinggir jalan.

Penampilan teman Aceng terlihat sangat berbeda, yakni berpakaian lusuh dan kotor. Diduga sahabatnya itu mengidap gangguan jiwa. Dalam postingan di Facebook yang diunggah pada 10 Juni, Aceng menuturkan kesedihannya melihat kondisi sahabatnya yang begitu berbeda.

"Dulu kita main bersama

Satu sekolah, Satu kelas, satu bangku," kata Aceng dengan menyertakan emotikon sedih.

Tak hanya itu saja, ia juga menuturkan bahwa dirinya sangat merindukan masa-masa bersama sahabatnya itu.

"Kawan

Bisa kah kamu seperti dulu kawan," tanya Aceng.

Menurut dari penuturannya di Facebook, pria yang tinggal di Sukabumi tersebut dulu sering menghabiskan waktu bersama sahabatnya itu. Namun kini ia bertemu kembali dengan kondisi sahabatnya yang jauh berbeda.

"Dan sekarang kita nongkrong bersama," lanjut Aceng.

Aceng diketahui bertemu pria berambut gimbal di daerah Gerbitung, Sukabumi. Ia menegaskan meski ia bertemu pria itu dalam keadaan gila, pria di sampingnya itu tetaplah sahabatnya.

"Tapi tetap kita berteman walau ada beda sedikit," tutup Aceng.

Unggahan Aceng berhasil menarik simpati masyarakat luas, di mana mereka begitu terharu dengan persahabatan keduanya. Mereka salut dengan Aceng, meski temannya tak seperti dulu lagi. Aceng tetap menganggapnya sebagai sahabat baik dan melupakannya sama sekali.

Kisah tersebut membuat masyarakat penasaran tentunya, mereka bertanya-tanya apakah teman Aceng masih mengingat dirinya? Atau apakah orang yang mengalami gangguan jiwa memiliki memori yang cukup kuat mengenai masa lalunya?

Brilio.net mencoba menghubungi salah satu psikiater RSUD Dr Sutomo-FK Unair, dr. Nalini Muhdi SpKJ (K) pada Rabu (12/6). Menurutnya seseorang yang mengalami gangguan jiwa masih memiliki ingatan yang cukup kuat, baik itu temannya, anak, istri atau suami dan keluarganya.

"Untuk memorinya gitu ngerti, masih bisa mengingat. Kecuali jika mereka mengalami yang dinamakan Peyorasi berat ya, karena proses yang lama dan mengalami proses peyorasi kemunduran mental yang itu mungkin bisa saja, tapi itu jarang, maksudnya setalah melalui prosesnya lama. Tapi kebanyakan mereka adalah orang-orang yang memorinya tidak terganggu. jadi secara kognitif, daya ingatnya itu masih baik. Hanya saja proses berfikirnya yang terganggu," ujarnya.

Dokter Nalini juga menjelaskan bahwa kondisi demikian masih bisa disembuhkan, meski tak memiliki kemungkinan besar untuk hal itu, namun dr. Nalini menjelaskan bahwa ada beberapa kategori mengenai penyembuhan untuk mereka yang mengalami gangguan jiwa.

"Jadi gangguan jiwa berat atau supreme-nya atau orang psikotik lah itu sepertiga dari mereka itu sembuh sempurna, kemudian sepertiganya lagi sembuh sosial, jadi dia bisa bekerja, bisa sekolah, dia bisa berinteraksi dengan lingkungannya, mungkin cuma hanya tergantung pada obat," jelasnya.

Dokter Nalini menambahkan, "sepertiga yang terakhir itu adalah tidak bisa sembuh, meskipun dia mau minum obat seumur hidup itu untuk mengendalikan proses berifikirnya agar tidak kacau, tidak agresif dan sebagainya. Jadi pertiga sembuh sempurna sepertiga sembuh sosial, sepertiga tidak bisa sembuh."

Menurut dr. Nalini pula, orang yang mengalami gangguan jiwa hanya kehilangan pemahaman atau relasi dengan dirinya maupun orang lain, namun untuk ingatan akan suatu hal mereka masih mengingatnya.

"Gangguan jiwa berat itu orang yang kehilangan pemahaman atau relasi dengan dirinya sendiri maupun orang lain, jadi itu terganggu. Dan juga batasan-batasan tentang dirinya dan orang lain. Makanya dia bisa ngamuk, bisa mukul, tanpa menyadari itu kan artinya dia nggak punya kesadaran relasi dengan dirinya maupun orang lain, maupun batasan-batasan atau limitasi antara dirinya maupun orang lain," kata dr. Nalini.