Brilio.net - Akibat penyebaran virus corona (Covid-19), pemerintah mengeluarkan anjuran agar masyarakat menjaga jarak antar sesama. Jika sebelumnya diberlakukan jaga jarak sosial (social distancing), kini malah anjuran itu diperketat menjadi jaga jarak fisik (physical distancing). Tujuannya untuk membatasi pergerakan penyebaran virus.

Kendati beberapa waktu lalu dikumandangkan untuk melakukan berbagai aktivitas dari rumah (#dirumahaja), namun masih ada perusahaan yang belum memberlakukan anjuran tersebut. Masih ada karyawan yang tetap harus bekerja dari kantor.

Dalam kondisi seperti itu, penyeberan virus corona tak hanya berdampak pada kesehatan fisik semata, namun juga bisa menimbulkan masalah pada kesehatan mental pekerja. Kondisi ini menuntut seorang manajer harus membantu karyawan berjuang melawan depresi, cemas atau gangguan kesehatan mental lainnya. Memang sih, isu kesehatan mental tidak ada dalam deskripsi pekerjaan seorang manajer. Tetapi dalam kondisi seperti sekarang, seorang manajer harus memahami hal tersebut.

Kesehatan Mental Corona © 2020 brilio.net (womansday.com)

Berdasarkan survei tahun 2019 yang dilakukan perusahaan asuransi Willis Towers Watson, hanya seperempat pengusaha dari kelas menengah sampai besar yang mengatakan bahwa mereka melatih manajer di perusahaan mereka untuk memerhatikan kesehatan mental karyawannya.

Karena itu seorang manajer harus paham cara mengetahui dan mendekati karyawan yang memiliki masalah kesehatan mental dengan cara yang sopan dan tetap produktif.  Terutama saat isu penyebaran virus corona menjadi kekhawatiran semua pihak.

Meskipun kesehatan karyawan secara fisik baik-baik saja, tetapi mental mereka sedang diuji dengan beredarnya kabar dan berita tentang penyebaran virus corona. Inilah empat hal yang harus diketahui seorang manajer untuk mengatasi masalah kesehatan mental karyawan.

1. Lihat tandanya

Kesehatan Mental Corona © 2020 brilio.net (elements.envato.com via business.tutsplus.com)

Ketika Anda melihat perubahan pada seorang karyawan yang berbeda dari biasanya, misalnya karyawan A menjadi lebih sarkastik, lebih terlihat berantakan, lemas atau bisa juga terlihat tidak konsentrasi terhadap pekerjaannya, maka dengan tanda-tanda seperti ini, jangan menganggap dia akan mendatangi Anda dan memberitahu apa yang terjadi.

Menurut American Psychiatric Association (APA), hanya 20% karyawan yang merasa nyaman jika mereka membicarakan masalah kesehatan mental di tempat kerja. Orang-orang takut bahwa masalah kesehatan mental itu akan memengaruhi karier mereka.

Ketika hal ini terjadi, Anda harus mulai mendatanginya atau menghubunginya. Tidak usah malu ataupun gengsi, tidak perlu takut hilang batasan antara manajer dan karyawan.

2. Jangan langsung memberi diagnosis 

Kesehatan Mental Corona © 2020 brilio.net (hrmorning.com)

Jangan pernah langsung menanyakan kepada mereka bahwa Anda mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Gunakan kata-kata pertanyaan seperti “Kamu tidak terlihat seperti biasanya, ada apa?”

“Apakah kamu baik-baik saja? Kamu itu kerjanya bagus, tapi kok akhir-akhir ini ada perubahan ya. Kamu kenapa? Biarkan saya bantu kalau ada apa-apa.” Anda juga bisa mengingatkan bahwa karyawan tersebut bisa berbicara tentang apa saja kepada Anda.

3. Buang stigma negatif

Kesehatan Mental Corona © 2020 brilio.net (womansday.com)

Cobalah untuk membuang stigma negatif dengan membangun hubungan. Jika karyawan tersebut belum juga mengatakan kepada Anda, mungkin mereka takut akan stigma kesehatan mental karyawan terganggu akan memeranguhi kariernya. Katakan pada mereka bagaimana Anda juga sebagai manajer pernah membuang stigma negatif di pikiran Anda.

Semakin banyak pembicaraan bahwa Anda tidak peduli dengan stigma, semakin terbukti Anda akan membantunya berjuang dengan masalahnya. Tetapi, jangan pernah Anda membandingkan kisah Anda dengan kisah mereka. Itu hanya akan memperburuk keadaan.

4. Tahu kapan harus berhenti 

Kesehatan Mental Corona © 2020 brilio.net (Talenta.co)

Jika Anda sudah mencoba berbagai hal di atas tetapi tidak juga berhasil dan karyawan Anda juga secara langsung mengatakan tidak ingin membahas situasinya atau tidak ingin mendapat bantuan, Anda dapat mundur, dengan asumsi kinerja karyawan tersebut tidak terpengaruh oleh apapun.

Jika hal seperti ini terjadi, tetap awasi kinerja karyawan Anda di kemudian hari. Jika ada perubahan, langsung ditindaklanjuti. Anda juga bisa berkonsultasi pada bagian HRD dan jelaskan apa yang Anda amati.

Anda juga dapat mulai memberlakukan work from home bagi karyawan Anda. Selain mengurangi gangguan mental pada karyawan, cara kerja dari rumah juga merupakan imbauan.

Anda juga dapat mulai menggunakan aplikasi dalam mengelola karyawan. Salah satunya seperti Talenta yang saat ini mengadakan program #Wfhbukanliburan. Program ini adalah serangkaian kampanye dalam mendukung imbauan pemerintah untuk melakukan work from home serta mendukung bisnis tetap produktif di tengah krisis penyebaran virus corona dengan memaksimalkan penggunaan teknologi HRIS.