Brilio.net - Sampai saat ini virus Corona atau COVID-19 masih menjadi permasalahan hampir diseluruh dunia. Meski demikian, bukan berarti wabah satu ini tidak bisa diperangi. Salah satu cara yang dilakukan beberapa negara adalah dengan tidak mengizinkan penduduknya untuk keluar rumah dalam waktu yang tidak ditentukan. Hal ini dilakukan untuk menekan jumlah penyebaran Corona yang terbilang cukup cepat.

Dilansir dari laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), virus Corona biasanya ditularkan melalui pernapasan (dari orang yang bersin atau batuk) daripada melalui benda mati. Namun, CDC mencatat bahwa bukti menunjukkan bahwa virus Corona dapat tetap bertahan selama berjam-jam di permukaan beberapa benda yang terbuat dari berbagai bahan, termasuk pakaian.

Terkait pakaian ini para spesialis kesehatan masyarakat pun angkat bicara. Salah satunya Carol Winner. Dikutip dari laman Huffpost Winner, pakaian ternyata dapat menahan partikel pernapasan, termasuk pakaian yang kita gunakan setiap hari. Partikel-partikel ini dapat mengering seiring berjalannya waktu dan menonaktifkan virus. Tetapi proses ini tidak akan terjadi dengan cepat. Para ilmuwan pun masih mempelajari lebih banyak tentang virus ini setiap hari.

foto: pixabay.com



"Kami tahu bahwa partikel pernapasan dapat mengering dalam beberapa kondisi dalam pakaian. Apalagi pakaian yang mempunyai serat alami," kata Winner seperti dikutip brilio.net dari laman Huffpost, Kamis (19/3).

"Kami pun mendengar bahwa panas dan kelembapan dapat memengaruhi kelangsungan hidup virus di permukaan. Namun pada saat suhu di Australia 80 derajat (Fahrenheit), nyatanya Tom Hanks masih terkontaminasi," lanjut Winner.

Sementara itu, Robert Amler, dekan Fakultas Ilmu dan Praktik Kesehatan di New York Medical College dan mantan kepala medis CDC, mengatakan kepada HuffPost bahwa durasi virus tergantung pada jenis kain.

"Beberapa peneliti percaya bahwa serat dalam bahan berpori dapat menangkap partikel virus. Selain itu, bahan tersebut bisa mengeringkannya dan memecahnya," kata Amler dikutip dari Huffpost.

Asumsi dari Amler ini diperkuat dengan pernyataan Dr Janette Nesheiwat yang mengatakan bahan polyester seperti spandex dapat menahan kuman lebih lama dari pada kain berbahan dasar katun. Maka, penting untuk mencuci legging, pakaian dalam dan gaun dengan hati-hati.

"Bahan spandex seperti polyester dapat menahan kuman lebih lama dari kain berbahan dasar kapas, tetapi semua jenis kain dapat terkontaminasi," kata Nesheiwat.

Karena informasi dan penelitian yang berkaitan dengan COVID-19 terus berkembang, Winner menekankan bahwa sejauh ini penelitian yang berfokus benda-benda tertentu saja. Menurut Winner, pengetahuan tentang virus yang menempel pada benda sebatas pada kardus, baja, tembaga dan plastik. Tombol-tombol pintu dan area lalu lintas tinggi.

"The National Institute of Allergy and Infectious Disease telah memberi tahu kami bahwa beberapa virus dapat tetap aktif setelah dua atau tiga hari pada plastik dan stainless steel, 24 jam di atas kardus dan empat jam di atas tembaga," katanya.

Padahal, ada benda lain yang bisa lebih mudah terkontaminasi akibat virus ini. Beberapa di antaranya adalah kancing, ritsleting, dan perangkat keras pakaian lainnya dapat dibuat dari bahan-bahan itu.

foto: pixabay.com  



2 dari 2 halaman



Tips mencuci pakaian untuk menangkal COVID-19

Winner memberi tips cara mencuci pakaian di tengah virus Corona yang semakin menyebar ini. Dilansir dari HuffPost, Winner mengatakan ada pedoman khusus yang harus ikuti untuk membantu membunuh virus. Salah satunya menggunakan pengaturan air panas pada saat mencuci.

"Kapan pun memungkinkan, gunakan air panas, karena membantu membunuh virus. Panas ekstra, dan waktu dalam pengering, masuk akal, karena partikel yang menempel pada pakaian akan mengering yang kemungkinan akan menonaktifkan virus," ujar Winner.

Sementara itu, Profesor Program Ilmu Laboratorium Klinik di Texas State University, Rodney E Rohde, menegaskan kembali pentingnya mencuci pakaian dalam air hangat dan memperhatikan detergen yang digunakan.

"Saya akan menyarankan mencuci pakaian dalam deterjen yang mengandung senyawa pemutih. Virus tidak bekerja dengan baik di lingkungan yang keras ini," kata Rohde dikutip brilio.net dari HuffPost.

American Chemistry Council pun telah menyusun daftar produk (termasuk detergen) untuk digunakan melawan patogen virus yang tercakup dan COVID-19. Dalam hal mencuci pakaian ini, Nesheiwat pun menyarankan agar memisahkan pakaian orang sakit dan yang sehat di saat mencuci.

"Yang terbaik adalah selalu mencuci pakaian orang sakit secara terpisah. Pakaian bisa membawa staph, E.coli, flu, dll," ujar Nesheiwat.