Brilio.net - Beberapa waktu lalu dunia global dihebohkan dengan sikap Federal Bureau of Investigation (FBI) yang bersikukuh ingin membobol smartphone miliki pelaku penembakan San Bernardino. Sikap FBI ini pun ditentang banyak pihak, termasuk Apple, merek smartphone milik sang pelaku.

Setelah ditolak oleh Apple, FBI diduga meminta bantuan Cellbrite, sebuah perusahaan teknologi di Israel guna membobol smartphone sang pelaku. Nahasnya, belum lama ini sang pembobol iPhone justru mengalami kebobolan.

Seperti dikutip brilio.net dari laman Motherboard, Selasa (7/2), data sebesar 900 GB milik Cellbrite dilaporkan telah dicuri oleh seorang hacker, termasuk di dalamnya aneka software yang dipakai Cellbrite untuk membobol smartphone.

Lalu software apa yang digunakan perusahaan tersebut untuk membobol smartphone?

Sang hacker pun buka-bukaan dan mempublikasikan software pembobol iPhone itu di internet. Menurut pengakuan si hacker, tool pembobol smartphone milik Cellbrite sekilas mirip dengan perangkat lunak jailbreak, tetapi dengan beberapa modifikasi untuk keperluan forensik, seperti penambahan kemampuan brute force PIN.

"Script Python berfungsi penuh untuk menjebol celah keamanan juga tercantum di dalamnya," ujarnya.

Para peretas mengklaim sejumlah besar data yang dicuri tersebut berasal dari remote server milik Cellbrite. Bentuk awalnya berupa image dari Universal Forensic Extraction Device (UFED).

Namun juru bicara Cellbrite mengatakan, data yang dicuri hacker tidak mengandung source code apa pun.

"Beragam file yang disebutkan adalah bagian dari paket distribusi kami, dan tersedia untuk konsumen," kata juru bicara Cellbrite.