Brilio.net - Seorang pria bernama Toni, seorang kreator sekaligus tokoh peduli lingkungan, baru-baru ini mencurahkan isi hatinya di media sosial. Dalam sebuah video, ia menceritakan perjalanan panjangnya sejak 2017 dalam mengembangkan inovasi ramah lingkungan tersebut. Toni mengaku berjuang sendirian, bahkan merakit sendiri mesin hingga penyaring asap untuk memastikan hasil produksinya memenuhi standar uji emisi.

Meski telah melalui berbagai uji, mulai dari uji reb, uji tekan, uji bakar hingga uji abrasi, Toni merasa hasil kerja kerasnya tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah. Ia menegaskan bahwa semua perangkat, mulai dari mesin hingga bank sampah yang dikelolanya, dibangun dari tabungan pribadi dan lahan milik sendiri.

Curahan hati Toni menggambarkan betapa sulitnya pejuang lingkungan mandiri berhadapan dengan birokrasi dan minimnya dukungan nyata. Ia menyoroti banyaknya organisasi dan forum lingkungan yang menurutnya hanya sekadar formalitas tanpa dampak nyata di lapangan.

Lantas seperti apa curhatan pria tersebut? Brilio.net merangkumnya dari akun TikTok @toni.ban_bar pada Rabu (1/10), berikut ini ulasan lengkapnya.

Rakit Mesin Pembuat Paving Block Sendiri

curhat pria paving block © 2025 TikTok

Curhat pria berhasil buat paving block dari sampah plastik tapi diacuhkan oleh Pemerintah
© 2025 TikTok/@toni.ban_bar

Sejak 2017, Toni sudah memulai eksperimennya dalam mengolah sampah plastik menjadi paving block. Ia mengaku pada awalnya semua dilakukan secara manual.

“Dari 2017, saya punya inovasi mengubah sampah plastik menjadi paping blok. Dulu saya manual. Sekarang saya punya mesin, saya ngerakit sendiri,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menciptakan penyaring asap secara mandiri agar proses produksi ramah lingkungan. Hasil temuannya bahkan telah lolos uji emisi, sekaligus melewati berbagai uji kualitas lainnya.

“Terus saya punya penyaring asap, saya ngerakit sendiri. Dan itu udah lolos uji emisi. Padahal udah menempuh uji reb, uji tekan, uji bakar, uji abrasi. Namun nyatanya apa? Nggak ada dukungan, percuma,” tambahnya.

Namun, semua kerja keras tersebut ternyata tidak diimbangi dukungan dari pemerintah. Toni mengaku kecewa karena inovasinya yang bisa menjadi solusi sampah plastik justru belum mendapat ruang berkembang secara maksimal.

Jadikan Lahan Pribadi sebagai Bank Sampah

curhat pria paving block © 2025 TikTok

Curhat pria berhasil buat paving block dari sampah plastik tapi diacuhkan oleh Pemerintah
© 2025 TikTok/@toni.ban_bar

Dalam curhatnya, Toni juga memperlihatkan bagaimana usaha bengkel las yang dulu ia miliki kini berubah menjadi gudang sampah. Tempat tersebut dipenuhi dengan barang-barang dan juga sampah yang telah dipilah.

“Tapi sekarang nih, jadi gudang sampah nih. Saya rela, saya rela. Ini dulu kantor nih,” kata Toni sambil menunjukkan ruangan yang kini dipenuhi tumpukan sampah plastik untuk diolah.

Lebih jauh, ia memanfaatkan lahan pribadi di belakang rumah untuk dijadikan bank sampah sekaligus pusat pengetahuan lingkungan bagi warga sekitar.

“Saya tata belakang rumah menjadi knowledge center. Jadi bank sampah nih. Saya tata demi lingkungan,” jelasnya.

Sayangnya, bukannya mendapat dukungan, ia justru kerap menghadapi larangan dan aturan yang menurutnya menghambat.

“Tapi mana? Malah larangan, larangan, larangan. Aturan, aturan, aturan, aturan dibuat hanya untuk dilanggar,” keluh Toni dengan nada kecewa.

Kritik terhadap Organisasi dan Pemerintah

curhat pria paving block © 2025 TikTok

Curhat pria berhasil buat paving block dari sampah plastik tapi diacuhkan oleh Pemerintah
© 2025 TikTok/@toni.ban_bar

Toni menegaskan bahwa tujuannya bukan mencari keuntungan pribadi, melainkan murni ingin memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat.

“Kalau ini untuk kepentingan pribadi, saya akan bangun di sini kontrakan bukan bank sampah kayak gini,” tegasnya.

Namun, ia merasa pemerintah dan berbagai organisasi lingkungan tidak benar-benar hadir untuk membantu. Toni menilai banyak asosiasi dan forum lingkungan hanya sebatas formalitas tanpa aksi nyata.

“Asosiasi hanya mencari sensasi, organisasi hanya basa-basi. Forum-forum hanya kumpul-kumpul doang, hanya untuk diskusi. Mana dampaknya ke lingkungan? Nggak ada,” ujarnya.

“Hanya memanfaatkan anggota untuk menyerah anggaran doang. Dari CSR, dari IPR, dari dana-dana hibah pemerintah. Nggak ada penggunaannya,” lanjut Toni.

Kurangnya Dukungan Pemerintah

curhat pria paving block © 2025 TikTok

Curhat pria berhasil buat paving block dari sampah plastik tapi diacuhkan oleh Pemerintah
© 2025 TikTok/@toni.ban_bar

Toni menjelaskan beberapa alat yang dipakainya memang dimodalkan dari pihak BUMN yaitu Indonesia Power UBP Saguling. Sementara dirinya bertugas untuk merakit sendiri alat tersebut dengan latar belakangnya yang merupakan tukang las.

"Ini memang saya rakit sendiri, tapi ini modal dari Indonesia Power UBP Saguling. Itu saya rakit sendiri karena basic saya tukang las," ungkapnya.

Toni menegaskan bahwa yang dia kritisi adalah kebijakan pemerintah yang saat ini kurang menguntungkan para inovator peduli lingkungan.

"banyak invator itu nggak didukung baik dari segi regulasi, pemasaran, bahkan saat ini pejabat tinggi negeri itu melarang penggunaan insinerator," lanjutnya.

Menurut Toni, alat insinerator cukup efektif untuk menangani darurat sampah. Dia juga menanyakan solusi lain jika alat tersebut memang dilarang.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)

1. Apa itu paving block dari sampah plastik?
Paving block dari sampah plastik adalah inovasi bahan bangunan yang dibuat dengan mendaur ulang plastik menjadi material padat dan kuat untuk jalan atau halaman.

2. Mengapa inovasi Toni penting?
Karena sampah plastik merupakan masalah besar lingkungan, inovasi ini dapat mengurangi jumlah sampah sekaligus menghasilkan produk yang bermanfaat.

3. Apakah paving block dari sampah plastik sudah teruji kualitasnya?
Menurut Toni, produknya telah melalui uji reb, uji tekan, uji bakar, uji abrasi, dan uji emisi sehingga layak digunakan.

4. Mengapa Toni merasa tidak didukung pemerintah?
Toni menilai meski ia sudah berinisiatif sendiri, pemerintah dan organisasi lingkungan tidak memberi dukungan nyata, hanya aturan dan formalitas.

5. Apa yang bisa dilakukan masyarakat?
Masyarakat bisa mendukung dengan ikut mengelola sampah, membeli produk inovasi lokal, serta mendorong pemerintah untuk memberi perhatian lebih.