Brilio.net - Yahoo Jepang nggak main-main. Semua karyawan, jumlahnya sekitar 11.000 orang, sekarang wajib pakai teknologi AI generatif dalam keseharian kerja. Targetnya jelas: produktivitas harus naik dua kali lipat sebelum tahun 2028.
Langkah ini bukan sekadar eksperimen iseng. Diungkap brilio.net, Kamis (24/7) dari TechRadar, perusahaan mulai dengan mengotomatisasi sekitar 30 persen pekerjaan harian. Artinya, banyak tugas yang dulunya dilakukan manual sekarang bakal diserahkan ke AI. Mulai dari cari data, bikin laporan, nulis ringkasan rapat, sampai proofreading dokumen dan urusan pengeluaran kantor.
BACA JUGA :
Cara daftar Yahoo email baru, cepat dan mudah
Sekilas terdengar praktis. Tapi mengubah cara kerja ribuan orang jelas bukan hal gampang. Ada adaptasi, ada resistensi, ada juga kebingungan.
Cara Karyawan Capai Target Tinggi Berbekal AI
foto: Shutterstock.com
BACA JUGA :
Seluruh akun email Yahoo telah diretas, kasus terbesar dalam sejarah
Salah satu alat yang dikembangkan Yahoo Jepang adalah SeekAI. Sistem ini dirancang untuk menjalankan berbagai perintah berbasis prompt. Mau isi formulir biaya? Tinggal ketik. Cari data? Bisa. Bikin agenda rapat? Bisa juga. Tujuan akhirnya bukan cuma bikin kerjaan jadi cepat, tapi juga memberi ruang bagi karyawan untuk fokus pada hal-hal yang lebih besar. Komunikasi strategis, berpikir kritis, sampai pengambilan keputusan bernilai tinggi.
Bukan cuma urusan efisiensi, ini juga soal mengubah pola kerja. Yahoo Jepang ingin AI jadi mitra kolaboratif, bukan sekadar alat. AI bantu kerjaan teknis yang berulang, manusia fokus di sisi strategis dan kreatif.
Lalu bagaimana dengan kekhawatiran soal AI “mengambil alih” peran manusia?
Ternyata Yahoo Jepang sadar betul soal itu. Dalam penjelasannya, mereka menegaskan bahwa kehadiran AI bukan untuk menggusur, tapi memperkuat. AI tetap hanya alat. Nilai manusia tetap penting, terutama untuk hal-hal yang butuh empati, intuisi, dan konteks. Makanya pendekatan Yahoo Jepang ini dianggap lebih realistis. Bukan revolusi yang bikin panik, tapi evolusi yang ngajak semua pihak belajar bareng. Bukan soal mengganti manusia dengan mesin, tapi soal membentuk ulang cara kerja yang lebih seimbang.