Brilio.net - Keberadaan Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan hal yang tidak terelakkan lagi dimasyarakat. PSK banyak mendapatkan diskriminasi dari lingkungan masyarakat. Mereka sebagai kaum marjinal yang seolah tidak dapat diterima dengan baik oleh lingkungan sekitarnya. Bahkan para PSK juga tidak terlepas dari tindakan kekerasan baik secara fisik ataupun secara psikis.

Lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memberikan pelatihan jurnalistik kepada Perempuan Pekerja Seks (PPS) agar memiliki kemampuan lain yang dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki melalui sebuah karya jurnalistik. Adalah Erwin Rasyid, Dea Tiara Sandinia Amri, Zulhilmi Hanif, Bryan Bimantoro dan Laila Rezvina. Kegiatan tersebut diberi nama 'Jurrnalisme Advokasi Perempuan Pekerja Seks (PPS)'.

Para anak muda ini bertekad untuk membantu PPS untuk bisa menghasilkan karya jurnalistik yang dapat mereka gunakan sebagai advokasi mereka kemasyarakat, sehingga stigma negatif terhadap PPS dapat berkurang. Advokasi melalui karya jurnalistik adalah salah satu cara untuk PPS menyuarakan aspirasi mereka.

Pelatihan mereka lakukan di dua kawasan yang ada di Jogja, yaitu kawasan Pasar Kembang (sarkem) dan di Terminal Giwangan. Kawasan tersebut selama ini memang sering menjadi tempat PPS menjajakan diri. Pelatihan dilakukan dua kali dalam sebulan dan akan dilaksanakan selama 4 bulan.

Para PSK ini diberi pelatihan jurnalistik oleh mahasiswa UMY, hebat!

Para PSK akan diajarkan dasar-dasar jurnalistik hingga ke teknis peliputan berita dan menulis berita. Hasil dari pelatihan ini akan menghasilkan sebuah buku yang berisikan tentang tulisan para PPS.

"Harapannya PPS bisa memiliki skill dan kemampuan di bidang jurnalistik dan meningkatkan kemandirian. Serta karya dari teman-teman yang telah dibukukan dapat dibawa ke konferensi internasional," kata Dea kepada brilio.net, Sabtu (11/4).