Brilio.net - Kamu tahu orang narsis, kan? Orang yang kerap membanggakan atau mengagumi dirinya sendiri. Mereka memiliki sifat impulsif (bertindak tanpa berpikir panjang) dan dianggap pengambil risiko tangkas, mengingat mereka sendiri selalu merasa kemampuannya luar biasa. Benarkah faktanya demikian?

Dilansir brilio.net dari PsyPost, Jumat (9/10), Amy Brunell, penulis utama studi terkait dan profesor psikologi di Ohio State University, Mansfield, Amerika Serikat, menyatakan bahwa hubungan narsisme dengan pengambil risiko sangatlah kecil. Hal ini jelas berbeda dengan kebanyakan penelitian yang telah ada, yang menyatakan orang narsis mengatakan diri mereka pengambil risiko dalam situasi tertentu sehingga bermakna serupa pada faktanya. Brunell menyatakan bahwa bisa jadi orang narsis sedang membual tentang kemampuan mereka dalam menghadapi risiko.

Penelitian yang dilakukan Brunell dan asistennya, Melissa Buelow, ini melakukan tiga percobaan melibatkan 936 mahasiswa. Menurut studi ini, peneliti mengevaluasi partisipan dengan dua alat ukur narsisme yang berbeda. Dalam sebuah studi terkait, mereka juga menunjukkan secara spesifik dalam tiga sifat narsis (kebesaran/ merasa wah, merasa selalu berhak, dan eksploitasi terhadap sesuatu), untuk menentukan apakah salah satu dari partisipan memiliki kemungkinan terkait dengan pengambil keputusan yang berisiko.

Partisipan menuntaskan berbagai tugas pengambilan keputusan untuk mengukur pengambilan risiko. Dalam sebuah tugas, mahasiswa memainkan permainan komputer di mana mereka bertugas untuk memompa 30 balon, dan mereka akan mendapatkan "upah" sebesar 5 sen untuk setiap pompa sampai mereka memutuskan untuk berhenti. Tapi, jikalau balon meletus, maka partisipan kehilangan semua uangnya.

Dalam eksperimen permainan kedua, Iowa Gambling Task, partisipan disajikan empat deck virtual kartu di layar komputer. Dengan masing-masing kartu yang mereka pilih, mereka akan bisa menang atau kalah soal uang. Beberapa deck yang "baik", bisa membuat mereka memenangkan lebih banyak uang, dan beberapa deck lainnya akan bisa membuat mereka kehilangan kartu.

Dalam eksperimen menggunakan permainan itu, para peneliti ingin tahu berapa banyak orang yang mendapatkan skor tinggi narsisme bersedia mengambil risiko dibandingkan mereka yang memiliki skor lebih rendah.

Ada perbedaan kecil dalam cara partisipan menanggapi. Misalnya, orang yang memiliki skor tinggi dalam sifat narsisme "kebesaran" (mereka memiliki perasaan bahwa diri itu penting), lebih cenderung mengambil risiko dalam salah satu eksperimen. Namun tak satu pun dari perbedaan itu memiliki makna lebih menurut tim peneliti.

Hanya saja, Brunell dan tim menyatakan bahwa sekalipun tidak ada kaitan orang narsis dengan berani mengambil risiko seperti hasil eksperimennya, bukan berarti penelitiannya ini menunjukkan orang narsis selalu menghindari pengambilan keputusan berisiko dalam segala situasi. Sebagai contoh, penelitian ini mencakup mahasiswa yang tidak selalu bertindak sama dengan cara yang diambil orang yang tua. Dalam penelitian ini juga ditemukan ada partisipan yang mengambil risiko yang justru melukai mereka sendiri.

"Orang narsis dapat bertindak dengan cara berbeda dalam situasi di mana risiko dari keputusan mereka, yang setidaknya menjadi beban oleh orang lain," pungkas Brunell.