Brilio.net - Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Begitulah kira-kira kalimat yang pas untuk menggambarkan nasib Kukuh Lutfi Syamsiar (21), salah satu mahasiswa bidik misi Universitas Gadjah Mada (UGM). Belum rampung membayar cicilan laptop tiap bulan, laptop yang dia idam-idamkan sejak lama itu raib digondol maling.

Kisah getir perjuangan mahasiswa Satra Indonesia UGM itu bermula di tahun 2013. Sebagai seorang mahasiswa, memiliki laptop adalah suatu keharusan untuk penunjang dalam menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Karena itulah, Kukuh harus memutar otak agar bisa mempunyai laptop sendiri. Satu-satunya jalan yang bisa dia pilih yaitu dengan cara mengkredit.

Keputusan untuk mengkredit laptop telah diambil. Dengan mengandalkan Rp 600 ribu dari beasiswa bidik misi, dia mencicil Rp 270 ribu setiap bulan selama 1,5 tahun. Namun baru 5 kali membayar angsuran laptop, nasib sial menghampiri Kukuh. Laptop kreditannya itu digondol maling.

"Kejadian pagi hari, saat saya tertidur sebentar setelah belajar untuk persiapan UTS," kisahnya kepada brilio.net, Minggu, (28/3).

Dia kemudian melaporkan ke pihak kepolisian terdekat. Meski sudah melapor, kasus tersebut nyatanya tidak mendapatkan tidak lanjut. "Kasus kehilangan laptop hampir terjadi setiap hari. Jadi, ya begitulah," lanjutnya.

Di sisi lain, Kukuh harus menyelesaikan cicilan laptop kreditannya tersebut karena memang tidak ada asuransi. "Kreditan murah karena untuk bidik misi tanpa asuransi, sehingga ketika hilang nggak ada ganti," kenangnya.

Belum lagi kalau dia telat membayar cicilan. Dia harus membayar denda Rp 15 ribu per hari. Padahal, sudah menjadi hal lazim jika kiriman beasiswa bidik misi sering terlambat. Bahkan, sampai berminggu-minggu. Untuk menyiasatinya, sembari kuliah, Kukuh juga kerja serabutan. "Saya pernah kerja di kafe, ikut penelitian dosen, proyek universitas," tambahnya.

Tanpa adanya laptop, sempat membuat mahasiswa asal Jember ini kewalahan. Dia harus meminjam laptop teman-temannya. Tak jarang pula dia mengerjakan tugas tengah malam. "Nunggu ada laptop teman yang nganggur. Saya nggak mau ganggu kerjaan mereka. Kadang main ke perpus dan harus mengantre," kenangnya.

Kini, berkat kerja kerasnya, mahasiswa yang gemar melukis dan menjadi seniman teater ini dapat melunasi cicilannya sekaligus bisa membeli laptop dan smartphone baru. "Dari kejadian itu, saya jadi paham kalau nikmat Allah itu terus bertambah," imbuhnya sambil tersenyum.