Brilio.net - Penyakit sel sabit atau kelainan bentuk darah merah merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan belum ditemukan obat untuk menyembuhkan kelainan tersebut. Kelainan ini membuat penderitanya harus melakukan transfusi darah terus menerus demi bertahan hidup. Selain transfusi darah, untuk penderita sel sabit akut harus melakukan kemoterapi selama hidupnya.

Seperti dilansir brilio.net dari sciencedaily, Selasa (28/7), University of Illinois Hospital baru saja membuat dunia kesehatan terkejut dengan keberhasilan para pekerja medis di tempat tersebut menyelamatkan nyawa seorang wanita asal Chicago bernama Leshea Thomas dari penyakit kanker kelainan sel darah.

Leshea, 33, merupakan seorang ibu rumah tangga yang telah mengalami kelainan sel sabit sejak usia 8 bulan. Penyakit yang dideritanya kurang lebih 25 tahun tersebut semakin parah dan diakhir tahun 2014 membuatnya harus dirawat intensif di rumah sakit. Selama hidupnya, Leshea mengandalkan transfusi sel darah yang dilakukannya berulang kali. Namun, karena penyakit sel sabit tersebut, Leshea harus merasakan sakit yang bertambah saat mengetahui sumsum tulang belakangnya mengalami kerusakan yang tidak memungkinkan memproduksi sel darah merah, hal itu semakin memperparah kondisi wanita satu anak tersebut. "Aku hanya ingin terus berjuang bertahan hidup demi berada disamping anakku setiap hari," cerita Leshea.

Selama rawat inap di rumah sakit, Leshea harus menitipkan anaknya kepada keluarganya. Salah satu jalan yang dapat ditempuh Leshea untuk bertahan hidup adalah dengan kemoterapi, namun dokter Damiano Rondelli yang menanganinya menolak melakukan hal tersebut sebab menurutnya kemoterapi tidak akan memberikan penyembuhan apa pun.

Akhirnya dokter Damiano Rondelli memutuskan untuk melakukan transplantasi sel induk. Keputusan Rondelli sempat ditentang berbagi ahli kesehatan sebab sebelumnya transplantasi sel induk belum pernah dilakukan dan akan membahayakan nyawa pasien jika gagal. Namun setelah melakukan riset panjang, Rondelli percaya bahwa dia dapat melakukan transplantasi itu.

Jenis transplantasi sel induk ini dapat dilakukan apabila pasien memiliki saudara kandung yang sehat dan siap menjadi donor yang kompatibel. Beruntung, Leshea memiliki adik yang bersedia untuk menyumbangkan sel induk darahnya. Sel induk yang akan didonorkan dikumpulkan melalui mesin penyaring yang akan menyaring sel induk dalam darah. Sel induk dimasukkan ke dalam tubuh Leshea melalui infus. Sel induk akan tumbuh berkembang di dalam tubuh Leshea.

Enam bulan setelah melakukan transplantasi sel induk, Leshea pun diumumkan sembuh dan terbebas dari penyakit sel sabit. Leshea menjadi pasien pertama di dunia yang sembuh dari penyakit sel sabit tanpa harus melakukan kemoterapi dan juga menjadi pasien pertama yang berhasil melakukan transplantasi sel induk. "Sel-sel donor telah mengambil alih peran sepenuhnya dan setelah melakukan tes darah, Leshea resmi sembuh dari penyakit sel sabit," ujar Rondelli.