Brilio.net - Bintang termasuk benda langit yang mempunyai ukuran cukup besar dan memiliki sumber cahayanya sendiri. Bintang yang berada di jagat raya pun ternyata tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang. Sehingga bintang pun memiliki usia yang berbeda-beda meski dengan kasat mata semuanya terlihat sama.

Dilansir brilio.net dari sciencemag, Jumat (15/5), dari penelitian yang dilakukan astronomi NASA ternyata usia dari sebuah bintang dapat dihitung. Perhitungan ini berupa memprediksi berapa lama bintang tersebut berotasi.

Perhitungan akurat tentang usia bintang disampaikan dalam pertemuan American Astronomical Society oleh Soren Meibom yang berasal dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.

Awalnya banyak astronomi yang tidak terpikirkan untuk mengetahui usia bintang. Padahal dengan mengetahui usia dari sebuah bintang, maka sistem terbentuknya benda-benda langit lainnya dapat diketahui dan kemungkinan adanya kehidupan di planet lainnya selain bumi bisa saja ditemukan. Semakin lama usia sebuah planet, maka itu akan mengungkap lamanya jagat raya ini terbentuk.

Mengukur usia bintang dapat berawal dari mengetahui posisi keberadaan bintang tersebut di dalam sebuah sistem gugus bintang. Bintang yang berada di satu gugus dengan kecemerlangan cahaya dan warna cahaya yang sama menjadi bintang yang seusia. Namun dengan banyaknya bintang di galaksi yang tidak berada dalam satu gugus, maka hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para astronomi.

Meibon dan tim melakukan observasi di Wahana Kepler mengatakan bahwa rotasi dari sebuah gugus dapat berumur 1 miliar tahun. Dengan mengetahui usia gugus bintang, selanjutnya akan dianalisis rasio bintang-bintang yang berada di sebuah rotasi. Jika diamati dengan teleskop canggih, usia bintang juga dapat ditebak dari bintik yang ada di tengahnya, maka bintang tersebut semakin tua. Sebab bintik hitam akan mengurangi kecemerlangan cahaya bintang.

Untuk memperhatikan bintik hitam di bintang ini hanya dapat dilakukan dengan peralatan canggih bernama Hectochelle, salah satunya terdapat dalam teleskop MMT di Mt Hopkins Arizona Selatan.

Penelitian dilakukan Meibom selama empat tahun dan berhasil mengungkap bahwa ada hubungan antara massa bintang dan rotasi bintang, sehingga massa berpengaruh pada rotasi dan rotasi berpengaruh pada usia bintang. Meibom dan tim masih melakukan penelitian tentang gugus bintang tertua demi mengungkap pemahaman terbentuknya jagat raya.