Brilio.net - Sejak tahun 2000-an kamu tentu sering menyaksikan bentuk perayaan kelulusan sekolah dengan mencoret-coret seragam disertai konvoi. Tidak hanya anak-anak SMA, bocah-bocah SMP pun sudah mulai meniru kebiasaan ini. Komentar-komentar yang menyesalkan parade ini tak jarang muncul, namun tetap saja tak mampu membendung derasnya style perayaan anak muda zaman sekarang ini.

Aris Setiawan, salah seorang guru di sebuah SMA di Kalimantan yang lulus pada tahun 2002 menyebut aksi ini pada tahun ia lulus nyaris seperti hal yang wajib, hanya sekitar 10% yang tidak ikutan. Tapi, tahukah kamu kapan sebenarnya aksi coret-coret ini bermula?

Menurut penuturan Sutarno, yang megalami kelulusan SMA tahun 1973, pada masanya belum ada perayaan konvoi maupun coret-coret seragam. Aksi ini ditengarai bermula pada awal 1990-an sejak diberlakukannya Ebtanas, sebagai perayaan atas terlewatinya satu step ujian yang dirasa sangat menjadi beban. "Awal-awal mereka cuma protes, karena anak-anak zaman dulu kan patuh-patuh," ungkap ayah dua anak yang kini menjadi pendidik di salah satu PTS di Yogyakarta ini.

Semakin ke sini, perayaan ini semakin marak, bahkan seperti tahapan wajib. Jika belum corat-coret belum terbukti lulus, kira-kira demikian penggambarannya. Yang membuat miris ialah adanya aksi coret-coret sebelum tahu lulus atau tidaknya.

Dikutip dari Kaskus, salah seorang dengan akun Uthe18 menceritakan bahwa awalnya aksi coret-coret dilakukan setelah pengumuman kelulusan, kemudian sekitar tahun 1996-1997 pengumuman dikirimkan ke rumah, tapi malah anak-anak banyak yang nekat ke sekolah dan melakukan aksi coret-coret seragam tanpa tau lulus atau tidak. Jadilah tradisi coret-coret sebelum pengumuman kelulusan.