Brilio.net - Seorang remaja Maroko berusia 18 tahun dengan ‘bom waktu’ di wajahnya akan pulang minggu ini setelah ahli bedah berhasil melakukan operasi tujuh kali untuk mengangkat penyakitnya di New York.

Zoubir Lahdodi lahir dengan kelainan vena, yang menyebabkan pembuluh darahnya membesar. Sebelum operasi, dia kesulitan untuk makan, tidur, bernapas dan berbicara.

Sekitar delapan bulan lalu anggota keluarga Lahdodi di-email oleh Dr Milton Waner, direktur Vascular Birthmarks Institute di Lenox Hill Hospital di New York yang berisi penawaran bantuan. Waner, yang beberapa kali merawat pasien dengan kelainan vena sebelumnya tidak pernah menemui kasus separah Lahdodi. Akhirnya, segera ia mulai membuat pengaturan perjalanan untuk membawa Lahdodi ke New York.

Melalui berbagai kegiatan amal dan Lenox Hill Hospital, Waner berhasil membawa Lahdodi dan ibunya untuk menempuh 3.600 mil dari Casablanca ke New York City, di mana mereka tinggal di Ronald McDonald House. Rumah sakit ini juga menutupi seluruh biaya perawatan.

"Ini menjadi segera jelas bagi saya bahwa Zoubir memiliki kondisi yang sangat serius. Ini sangat parah, dan itu membahayakan hidupnya," kata Waner kepada FoxNews seperti dilansir brilio.net, Rabu (23/12).

Waner menjelaskan malformasi vena adalah kelainan genetik yang terjadi di dalam rahim, tetapi bukan kondisi warisan. Kasus Loudid ini dianggap sebagai kelainan mosaik, di mana ia hanya melibatkan bagian tubuh.

"Ini adalah kelainan genetik, dan kami telah mengidentifikasi beberapa gen yang terkait dengan malformasi vena," kata Waner. "Ini jelas merupakan kelainan genetik, tetapi gen abnormal tidak terjadi di seluruh tubuhnya hanya di daerah tertentu wajah."

Waner memaparkan bahwa kondisi pasien dengan malformasi vena akan terus membesar dan kondisi pasien akan memburuk. Kualitas hidup juga sangat berdampak, terutama saat benjolan sederhana atau memar pada daerah yang muncul pada bagian tubuh yang bisa mematikan.

"Ini tanpa henti," kata Waner. "Pada tahap tertentu, satu atau lebih dari 'kapal' ini akan pecah. Biasanya itu terkait dengan trauma minor atau bisa spontan, dan ini akan membesar yang menimbulkan perdarahan masif dan perdarahan ini bisa berakibat fatal. Selain masalah ini, malformasi vena Zoubir ini telah mengganggu saluran napasnya sehingga di beberapa titik itu akan mempengaruhi kemampuannya untuk bernapas."

Salah satu tantangan Waner dan timnya hadapi adalah prosedur operasi yang bisa saja mengganggu salah satu 'kapal' hingga pecah, menyebabkan perdarahan yang tidak terkendali. Waner mengatakan bahwa dalam keadaan ini pasien mungkin kehilangan hingga satu liter darah hanya dalam waktu 60 detik.

"Kami menghadapi beberapa saat yang sangat sulit di ruang operasi," kata Waner. "Beberapa saat yang sangat berbahaya, tapi kami datang melalui OK. Dia sekarang dalam posisi di mana ia tidak lagi dalam bahaya, dan tidak lagi mengancam kehidupannya."