Brilio.net - Bukan rahasia lagi bahwa kalangan medis mengimbau kamu untuk tak terlalu keras mendengarkan suara dari headphone. Menurut data Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang dilansir brilio.net dari TODAY, Jumat (4/9), lebih dari 1 miliar orang muda berisiko kehilangan pendengaran karena perangkat audio pribadi, seperti smartphone, dan suara bising di tempat-tempat hiburan seperti festival musik yang kebisingannya bisa mencapai 120 desibel selama berjam-jam.

"Kemungkinan terbesar penyebab kerusakan pendengaran pada generasi milenium adalah penggunakan iPod dan smartphone," kata Sreekant Cherukuri, dokter THT dari Munster, Indiana dan pendiri MD Hearing Aid.

Cherukuri memperkirakan gangguan pendengaran yang dialami remaja zaman sekarang sudah sudah lebih tinggi sekitar 30% bila dibandingkan dengan remaja era 1980-an atau 1990-an. Hal ini dikaitkan kalau dulu remaja mendengarkan suara melalui Walkman dengan baterai AA dan headphone di telinga, yang membuat suara akan terdistorsi bila didengarkan pada volume tinggi dan masa pakai baterai yang tak tahan lama. Sedangkan, sekarang banyak gadget canggih dan baterai tahan lama sehingga intensitas mendengarkan suara juga berjam-jam lamanya.

Maka dari itu, Cherukuri menekankan kamu untuk berhenti menggunakan headphone, terutama yang berspeaker mini, yang menempatkan suara lebih dekat dengan gendang telinga. Pasalnya, cara ini bisa meningkatkan volume suara sebanyak 9 desibel.

Lantas, bagaimana suara keras bisa merusak pendengaran?

Bermula dengan penghantaran suara dari daun telinga ke bagian dalam telinga yaitu koklea, di mana sekitar 20.000 sel-sel rambut mengirimkan suara ke otak. Namun jika suara yang diterima terlalu keras, dan mendengarkan terlalu lama, dapat merusak sel-sel rambut tersebut. Lebih buruk lagi, menyebabkan mereka mati.

Menurut National Institutes of Health, setiap tingkatan lebih tinggi desibel, volume lebih dari 50% pada kebanyakan smartphone, dianggap berbahaya setelah 15 menit, lho. Para ahli menyatakan kerusakan permanen dapat terjadi dalam hitungan menit, dan tidak dapat diubah.

Hal semacam ini akan lebih berbahaya bila terjadi pada anak-anak. Nicole Raia, audiolog klinis di University Hospital di Newark, New Jersey, menyatakan bahwa dia melihat tinnitus (tanda awal gangguan pendengaran) pada orang muda, namun tidak jelas terdeteksi sampai mereka berusia 20-an dan 30-an. Diperparah dengan fakta bahwa protokol audio skrining tidak terlalu mumpuni, sehingga banyak anak dengan kerusakan halus dapat melewati tes pendengaran.

Sebuah studi tahun 2014 mengungkapkan saraf sinapsis dapat lebih rentan terhadap kerusakan dari sel-sel rambut di telinga bagian dalam. Saat hewan muda terpapar suara keras, bahkan hanya sekali, mereka mengalami percepatan kehilangan pendengaran di kemudian hari.

"Hal itu disebabkan bahwa dalam beberapa menit paparan suara, poin antara sel-sel rambut dan neuron terluka dan hilang secara permanen," kata penulis studi tersebut, Sharon Kujawa, sekaligus direktur departemen audiologi di Massachusetts Eye and Ear Infirmary.

Bagaimana cara yang tepat mendengarkan suara melalui headphone?

Para ahli mengatakan cara terbaik melindungi telinga kamu adalah menerapkan aturan "60/60", yakni jaga volume MP3 player di bawah 60% dan hanya mendengarkan maksimal 60 menit dalam sehari.

Kalau kamu mendengarkan suara saat di tempat bising seperti bus sekolah atau di dalam kereta, pasti kamu menaikkan volume suara, jadi gunakan headphone yang menutupi kebisingan luar. Pergunakan pula pelindung telinga kalau kamu sedang menonton konser atau sedang di tempat dengan dentuman suara maha dahsyat.

Sayangi telinga kamu ya, guys!