Satryo Soemantri Brodjonegoro, sosok yang kini menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) dalam Kabinet Merah Putih, sedang hangat diperbincangkan. Dikenal sebagai akademisi berprestasi, langkahnya kini menjadi sorotan seiring dengan aksi demonstrasi pegawai Kemendikti Saintek di Jakarta.
Aksi protes yang berlangsung pada Senin (20/1) di depan kantor kementerian ini menyoroti isu dugaan arogansi dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan kementerian. Massa yang mengenakan seragam hitam mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap keputusan dan gaya kepemimpinan Satryo yang dianggap tidak sesuai prosedur.
Namun, di balik kontroversi ini, perjalanan hidup Satryo patut dicermati. Sebagai anak dari mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Soeharto, Soemantri Brodjonegoro, Satryo memiliki latar belakang yang kuat. Mari kita telusuri lebih dalam.
1. Latar belakang keluarga dan pendidikan
Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir pada 5 Januari 1956 di Delft, Belanda. Ia adalah putra dari Soemantri Brodjonegoro, yang pernah menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (1967-1973) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1973). Keluarga ini memiliki pengaruh besar dalam dunia pendidikan dan pemerintahan Indonesia.
Ia menempuh pendidikan tinggi di bidang teknik mesin dan meraih gelar Ph.D dari University of California, Berkeley pada tahun 1985. Sebelumnya, ia juga menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Tokyo, Jepang. Rekam jejak akademiknya menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap pendidikan dan riset.
Di dunia akademik, Satryo mulai dikenal sebagai dosen Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB). Kariernya semakin bersinar ketika terpilih menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB pada tahun 1992, yang menjadi pijakan awal untuk kontribusi lebih besar dalam pendidikan tinggi.
2. Karier di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Pada tahun 1999, Satryo diangkat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Selama delapan tahun menjabat, ia membawa berbagai pembaruan signifikan, termasuk transformasi institusi pendidikan tinggi menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yang kini dikenal sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH).
Di bawah kepemimpinannya, konsep World Class University diluncurkan pada tahun 2007. Program ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing universitas-universitas Indonesia di tingkat global melalui kolaborasi internasional, peningkatan publikasi ilmiah, dan partisipasi dalam QS World University Rankings.
Kontribusinya diakui oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah Jepang yang menganugerahkan penghargaan The Order of the Rising Sun pada tahun 2016 atas perannya dalam mempererat hubungan pendidikan antara kedua negara.
3. Keterlibatan di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Setelah menjabat sebagai Dirjen Dikti, Satryo melanjutkan kiprahnya sebagai Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) periode 2018-2023. Di posisi ini, ia fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional.
Sebagai akademisi, Satryo dikenal produktif dengan lebih dari 99 publikasi ilmiah. Ia juga berkontribusi dalam pengembangan fakultas teknik di berbagai universitas, termasuk menjadi anggota tim Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk Universitas Hasanuddin.
4. Kekayaan yang jadi sorotan
Saat menjabat sebagai Mendikti Saintek, Satryo melaporkan total kekayaannya mencapai Rp46,05 miliar pada Desember 2024. Harta ini terdiri dari tanah dan bangunan, alat transportasi, serta kas dan setara kas. Namun, sorotan terhadap kekayaannya menjadi isu tersendiri di tengah dugaan arogansi dan ketidakadilan prosedur di kementerian.
Seperti diketahui, puluhan ASN berbaris di lobi depan gedung. Mereka membentangkan spanduk-spanduk bernada satir yang secara tak langsung ditujukan kepada Prof Ir Satryo Soemantri Brodjonegoro.
Beberapa spanduk demo yang terlihat berkelir hitam bertuliskan "Institusi Negara bukan perusahaan pribadi Satryo dan istri". Sementara spanduk lain berlatar putih bertuliskan "Kami dibayar oleh negara, bekerja untuk negara bukan babu keluarga".
5. Penghargaan dan pengakuan
Berkat kontribusinya, Satryo menerima sejumlah penghargaan, termasuk Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB pada tahun 2010 dan penghargaan internasional dari Jepang. Penghargaan ini mencerminkan dedikasi panjangnya dalam memajukan pendidikan dan teknologi.
Sebagai seorang menteri, Satryo dihadapkan pada tantangan besar untuk membangun sistem pendidikan tinggi yang inklusif dan kompetitif. Namun, isu-isu terkini menguji integritas dan kebijakan kepemimpinannya.
Recommended By Editor
- Momen Presiden Prabowo puji kinerja Menko Pangan Zulkifli Hasan, ini pencapaiannya
- Heri Hermansyah dilantik jadi rektor baru UI, ini rencananya soal gelar doktor Bahlil Lahadalia
- Bantahan Budi Arie soal kabar rumahnya digeladah terkait judi online Komdigi, singgung soal fitnah
- Projo tanggapi isu Budi Arie terlibat judi online, sebut sang menteri pelopor pemberantasan judol
- Tetap sederhana saat jadi menteri, momen Abdul Mu'ti pilih tak makan siang di resto mahal bikin salut