Peneliti dari Universitas Arktik Norwegia bahkan menjelaskan bahwa jumlah cekungan tersebut tidak hanya satu. Ada beberapa cekungan serupa yang melepaskan gas metana dalam jumlah besar. Dengan demikian, ledakan berskala besar dapat membahayakan kapal yang melintas tepat di atas kepala. Fenomena ini, pada akhirnya terkait dengan hilangnya kapal dan pesawat di Segitiga Bermuda ribuan kilometer jauhnya di Samudera Atlantik.

Segitiga Bermuda © 2023 brilio.net


foto: slideplayer.com

Seorang ilmuwan Rusia bernama Igor Yeltsov menjelaskan bahwa dasar laut di segitiga Bermuda secara aktif terurai karena adanya gas metana. Penguraian ini terjadi dalam skala yang besar layaknya longsoran yang terjadi karena reaksi nuklir. Dari sana, produksi gas yang besar menyembur ke atas. Yetlov menambahkan, hal ini yang menyebabkan temperatur laut tiba-tiba memanas dan kapal tenggelam di air laut yang sudah tercampur kandungan gas yang besar tersebut.

Diperkirakan air laut yang sudah mengandung gas metana dalam jumlah besar akan berbusa dan kehilangan daya apungnya, bahkan dapat menenggelamkan kapal secara tiba-tiba dan tanpa peringatan. Meski bangkai kapal tidak pernah ditemukan, hal itu disebabkan oleh tersebarnya puing-puing kapal di tengah derasnya arus teluk. Hal ini cukup menakutkan mengingat kejadian di sana selalu menghilang tanpa jejak.

Segitiga Bermuda © 2023 brilio.net

foto: britannica.com

Dari beberapa argumen yang beredar, alasan inilah yang paling logis kenapa kapal dan pesawat bisa menghilang saat melewati Segitiga Bermuda. Di masa lalu, berbagai macam dugaan mistis kerap disangkutpautkan dengan peristiwa ini, seperti anomali magnetik, cuaca buruk, kesalahan manusia, bahkan alien dituding sebagai penyebab banyak insiden terkait Segitiga Bermuda.