Bubarnya negara komunis itu membuat nasib Krikalev jadi terkatung-katung di Stasiun Luar Angkasa MIR. Saat meminta pulang ke Bumi, pemerintah Rusia justru menolak. Alasannya karena dunia astronomi bukan lagi prioritas utama negara yang telah berubah jadi federal tersebut.

Pemerintah Rusia lebih fokus pada perbaikan ekonomi ketimbang memulangkan seorang kosmonaut dengan biaya jutaan dolar. Selain itu, pemerintah Rusia mengatakan tidak punya uang untuk membawa Krikalev pulang ke Bumi.

Pasalnya, saat itu kondisi keuangan Rusia memang sedang kolaps. Bahkan, pemerintah negeri beruang merah itu sampai menjual berbagai peralatan ruang angkasa miliknya. Rusia menjual kursi roket Soyuz hingga Stasiun Ruang Angkasa MIR itu sendiri pada negara lain untuk menambah kas negara.

kisah unik Sergei Krikalev Berbagai sumber

foto: Twitter/@MikeDoris

Austria membeli satu kursi roket Soyuz seharga US$7 juta. Jepang membeli satu kursi lainnya seharga US$12 juta. Rusia bahkan berencana menjual cepat Stasiun Ruang Angkasa MIR kendati sedang ada program yang masih berjalan, dan masih ada Krikalev disana.

Nasib Krikalev sebagai insinyur penerbangan untuk pulang masih mengambang. Sekalipun diperbolehkan pulang, tak ada negara yang bisa jadi tempat mendarat. Kazakhstan, negara satelit yang jadi lokasi peluncuran roket, sudah mengalami perubahan setelah Uni Soviet dibubarkan.

Kondisi tersebut membuat Krikalev terlantar di luar angkasa. Dia menjadi kosmonaut yang paling lama tinggal di MIR. Namun untuk menyemangati diri, Krikalev meminta dikirimkan madu. Namun, tidak ada madu saat itu. Sebagai gantinya, ia malah dikirimi lemon dan horseradish, lobak pedas yang tumbuh di Rusia dan Hongaria.

kisah unik Sergei Krikalev Berbagai sumber

foto: Twitter/@historyinmemes

Di dalam MIR sebenarnya ada kapsul Raduga yang secara spesifik didesain untuk kembali ke Bumi. Namun saat akan menggunakan Raduga, Krikalev dihadapkan pada pilihan yang cukup sulit. Jika pergi dari MIR, maka saat itu adalah akhir dari stasiun ruang angkasa tersebut.

Namun jika bertahan di ruang angkasa, maka kesehatan, bahkan nyawanya akan terancam. Pasalnya, salah satu efek samping terlalu lama di luar angkasa adalah penyusutan massa otot (muscle atrophy). Selain itu dia bisa terpapar radiasi, risiko kanker, dan mengalami pelemahan sistem imun dari hari ke hari.

Namun, tak berselang sampai setahun, kabar baik pun diterima oleh Krikalev. Setelah berada di luar angkasa selama 10 bulan atau 311 hari dan mengelilingi Bumi 5.000 kali, Krikalev akhirnya bisa pulang.

Pada 25 Maret 1992, pemerintah Jerman membayari biaya kepulangan Krikalev dengan membayar US$24 juta. Uang tersebut dipakai untuk membeli tiket bagi pengganti Krikalev dari Jerman, Klaus-Dietrich Flade.

kisah unik Sergei Krikalev Berbagai sumber

foto: Twitter/@latestinspace

Krikalev pun akhirnya bisa pulang dengan selamat meski hampir sekarat setibanya di Bumi. Ia terlihat masih menggunakan pakaian ruang angkasa yang bertuliskan USSR dan emblem bendera Uni Soviet.

Saat tiba, wajah Krikalev pucat dan tulang-tulangnya tak bisa menopang berat tubuhnya. Hanya satu hal positif yang didengar Krikalev, yaitu ia lebih muda 0,002 detik dibanding manusia di seluruh Bumi.

Kepulangan Krikalev membuatnya dijuluki sebagai "orang Uni Soviet terakhir" di luar angkasa. Meski begitu, pengalaman pahit di luar angkasa tersebut tidak membuat Krikalev trauma dan tetap menjalani karirnya sebagai antariksawan.

Dua tahun setelah kepulangannya ke Bumi, Krikalev diangkat menjadi pahlawan Rusia. Ia ditugaskan kembali ke ruang angkasa, sebagai kosmonaut Rusia pertama yang terbang di shuttle NASA milik Amerika Serikat.

kisah unik Sergei Krikalev Berbagai sumber

foto: Twitter/@mission_rf

Krikalev juga jadi orang pertama yang merasakan pengalaman di International Space Station (ISS).

Untuk mengabadikan kisahnya, perjuangan unik kosmonaut Sergei Krikalev yang sempat tak bisa pulang ke Bumi ini dijadikan film dokumenter Out of the Present.