Brilio.net - Sebagai komunitas pecinta alam tentu memiliki target untuk bisa merasakan keindahan alam dari atas ketinggian dengan mendaki gunung-gunung baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti halnya dengan Mapala UI yang mengadakan ekspedisi Seven Summits dunia. Ekspedisi tersebut merupakan pelopor kegiatan pendakian Seven Summits dunia di Indonesia.

Belum lama ini, Tim Vinson Massif Mapala UI telah berhasil menginjakkan kaki di puncak Vinson Massif (4.987 mdpl) yang merupakan puncak tertinggi benua Antartika pada 6 Januari 2018. Tepatnya pada pukul 16.30 waktu Chile, atau 7 Januari 2018 pukul 02.30 WIB.

Wakil pendaki Mapala UI Dedi Satria (M-737-UI) telah menyelesaikan puncak ke-6 dalam upaya Mapala UI meneruskan pendakian Seven Summits dunia. "Pencapaian yang luar biasa. Telah lama kami menanti dan mempersiapkan untuk menggapai puncak ini. Akhirnya kami dapat mencapai puncak ke-6 dalam rangkaian Seven Summits, puncak di benua paling dingin," ujar manajer tim pendakian Vinson Massif, Ade Wahyudi, (M-713-UI) dalam siaran pers yang brilio.net terima, Selasa (9/1).

Berasama timnya, Dedi mengaku telah mempersiapkan pendakian ini sejak Februari 2017. Ia berangkat pada tanggal 25 Desember 2017, tepatnya pada pukul 19.00 dan pada 26 Desember lalu sudah mendarat di Punta Arenas, Chile. Akibat cuaca yang tidak mendukung, tim baru dapat melanjutkan penerbangan ke Antartika pada tanggal 1 Januari. Sementara pendakian baru dimulai pada tanggal 2 Januari 2018.

Pada hari pertama pendakian tersebut, tim mencapai low camp (camp pertama) ditemani dengan cuaca yang amat baik. Perjalanan dari base camp sampai low camp ini memakan waktu selama kurang lebih 4 jam 30 menit.

Kemudian pada tanggal 3 Januari 2018, tim menetap di low camp sambil berlatih kembali mengenai cara berpindah menggunakan fixed rope. Baru pada tanggal 4 Januari, tim melanjutkan perjalanan ke high camp. Di high camp, tim menetap selama dua hari untuk beristirahat dan bersiap melakukan summit (perjalanan ke puncak) pada 6 Januari 2018. Akhirnya, pada tanggal 6 Januari, tim berhasil mencapai puncak Vinson Massif, titik tertinggi di Antartika.

Sebelumnya, Dedi juga telah berhasil mencapai Puncak Carstensz (Indonesia) bersama dengan anggota Mapala UI lainnya, yaitu Mahendratta S (M-554-UI), Fandhi Achmad (M-658-UI), dan Ahmad Nadil (M-912-UI) pada Mei 2016. Tidak lama berselang, tepatnya pada September 2016, Dedi berhasil mencapai Puncak Elbrus (Rusia) bersama Fandhi dan Ade Wahyudi (M-713-UI). Kemudian pada Februari 2017, Dedi serta Agam Napitupulu (M-183-UI) berhasil mencapai puncak Aconcagua (Argentina).

Sementara itu, Mapala UI sendiri sebelumnya telah mengadakan ekspedisi Seven Summits dunia. Ekspedisi tersebut merupakan pelopor kegiatan pendakian Seven Summits dunia di Indonesia. Pada tahun 1972, tim pendaki Mapala UI menjadi tim pertama yang menginjakkan kaki di Puncak Carstensz, yaitu puncak tertinggi di kawasan Australasia. Selama beberapa tahun berikutnya, menyusul empat puncak lain yang berhasil dijamah oleh tim Mapala UI, yaitu puncak Kilimanjaro (1983), McKinley (1989), Elbrus (1990) dan Aconcagua (1993).

"Lima puncak sudah dicapai oleh Mapala UI pada ekspedisi Seven Summits saat itu, namun belum berhasil meneruskan ke puncak Vinson Massif dan Everest karena tewasnya pendaki utama ekspedisi tersebut, yaitu Norman Edwin dan Didiek Samsu, dalam upaya pendakian Aconcagua pada tahun 1992. Setelah lama tidak melanjutkan upaya pendakian Seven Summits, Mapala UI pada akhir tahun 2017 mengirimkan salah satu pendakinya, Dedi Satria ke Vinson Massif, puncak tertinggi Antartika. Ketika kami dapat kabar Dedi telah mencapai puncak Vinson, rasa bangga dan semangat kami terangkat kembali," ujar Ketua Mapala UI, Yohanes Poda (M-954-UI).

"Semoga tim selalu dimudahkan sampai Everest, puncak tertinggi dunia, sehingga akhirnya Seven Summits Mapala UI dapat terselesaikan," tutupnya.