Brilio.net - Adalah benar bahwa menjadi seorang perempuan itu pasti selalu merasa serba salah. Apalagi kalau sudah menyangkut soal anak dan pekerjaan. Tiba-tiba akan muncul rasa bersalah dan atau khawatir khas ibu-ibu, karena tidak melakukan cukup baik dalam mengurus anak dan keluarga, itu lah disebut mom guilt.
Fenomena ini semakin familiar di telinga, terutama di era digital yang serba cepat dan penuh tuntutan. Ada sisi di mana seorang ibu ingin sukses dalam berkarier, bisa mandiri, produktif, syukur-syukur bisa financial freedom. Namun, bersamaan dengan itu hati kecil terus bergumam "aku harusnya punya banyak waktu untuk anak."
Rasa mom guilt itu semakin dipertebal dengan pertanyaan atau komentar, "Lho, anaknya ditinggal kerja? Terus siapa yang jaga?" Makin-makin deh rasa bersalahnya, bahkan untuk hal yang sebenarnya nggak salah-salah amat.
Meski mom guilt terasa menekan, banyak ibu yang mencoba untuk mengelola dan menghadapinya dengan berbagai cara, salah satunya adalah Salma seorang ibu asal Pandeglang, Banten. Wanita berusia 28 tahun ini bercerita, dia sempat keteteran dalam mengurus anaknya yang masih batita, juga anak keduanya yang masih new born. Ternyata dikaruniai dua anak bukan cuma memberikan rasa bahagia, tapi juga rasa bersalah dan amarah dalam hidupnya.
"Ibuk sering emosi dan gampang marah sama kakak, sampe puncaknya kakak turun berat badan karna ibuknya masih adaptasi dan kaka kurang terperhatikan," ujar Salma kepada Brilio.net, Senin (21/4)
Suasana kantor
© 2025 brilio.net/Hapsari Afdilla
Menangis jadi reaksi alami Salma dalam mengekspresikan rasa bersalahnya. Salma mencap dirinya sebagai ibu yang payah. Lebih sering memberikan luka dibandingkan tawa. Dengan rasa frutasi dia berkata ke suaminya "ayah, kasian ya anak-anak dapet ibuk yg payah kaya ibuk ni," katanya.
Perasaan serupa dengan cerita berbeda juga datang dari ibu muda asal Jogja. Anaknya yang baru usia 3 bulan tiba-tiba menolak minum susu dari dot. Padahal besoknya sang ibu harus bergulat kembali dengan urusan kantor. Alih-alih dapat bantuan, dia malah dikompori mertua dengan berkata "Bagaimana ini, adek nggak mau minum susu dari dot? Besok dikasih minum teh aja, ya?" Kalut sudah pikiran si ibu.
"Gara-gara itu aku sampai susah tidur selama 3 hari, sekalinya tidur malah mimpi buruk terus. Aku udah cari cara, mulai dari ngebujuk anaknya, pakai gelas khusus, sampai pakai pipet, biar anaknya mau minum."
Selepas masalah minum susu dari dot, muncul lagi perkara baru. Suatu malam anaknya rewel dan nggak mau tidur sampai larut malam. Padahal di kepala si ibu, dia sudah punya bayangan akan melakukan pekerjaan yang tertunda jika sang anak sudah tertidur. Tapi malam itu semua rencana yang telah disusun buyar. Sang anak menangis sambil dipeluk ayahnya. Sementara si ibu juga menangis sambil memeluk dirinya sendiri.
Kalau Dwiyana punya pengalaman mengiris hati sendiri. Dulu, ketika dia masih bekerja, wanita asal Magelang ini menyesal karena tak bisa melihat perkembangan anaknya secara utuh. "Ya kayak kehilangan momen golden age gitu, akunya suka melow."
Perasaan mom guilt ini semakin terasa ketika Dwiyana masuk shift kerja siang atau malam. Dia bercerita anaknya suka menunggu ibunya pulang dari balik jendela.
"Pernah nangis karna pulang gak sesuai jadwal, bayinya udah celingak-celinguk di jendela nunggu ibunya, dan banyak hal lainnya." ungkap wanita yang akrab disapa Dwi.
Jalan Pintas Menghadapi Mom Guilt.
Ibu memangku anaknya sambil mengoperasikan laptop
© Pexels.com/berbagai sumber
Jadi pada dasarnya mom guilt yang muncul secara alami dan jadi bagian normal yang tak terelekkan dari peran sebagai ibu, justru menambah luka dan stres bagi para ibu di mana pun. Untungnya ibu-ibu saat ini sadar bahwa mom guilt tidak boleh dibiarkan menjadi emosi yang dominan. Harus ada cara untuk menyelesaikannya, salah satunya dengan bercerita kepada pasangan.
Menenangkan, kata yang dipilih Salma ketika ditanya peran suami dalam membantu menghadapi perasaan mom guilt ini. Sang suami menekankan kalau tidak ada orang yang sempurna, termasuk seorang ibu.
"Suami meyakinkan aku, kalo aku tuh sebenernya udah berusaha sebaik yang aku bisa, dan ngingetin kalo ga ada manusia yang sempurna, begitu juga ibu, ga ada ibu yang sempurna," kata Salma.
Memiliki pasangan yang bisa diajak kerja sama, terutama urusan domestik, juga bisa jadi solusi untuk menghadapi mom guilt. Dwiyana yang sadar tidak bisa selamanya menukar shift kerja, akhirnya berbagi waktu dengan suami dalam mengurus putranya.
"Akhirnya pembagian tugas rumah sama bojo (suami) biar aku bisa maksimal sama anaknya," lanjut Dwi.
Di samping punya partner yang supportive, menjauhi sumber stres juga yang bisa mengurangi perasaan bersalah sebagai ibu. Terkadang media massa, drama televisi, atau iklan kerap menampilkan citra ibu ideal yang selalu hadir, lembut, sabar, dan mengutamakan keluarga di atas segalanya. Gambaran ini tanpa sadar menciptakan standar yang nyaris mustahil, karena ibu bukanlah robot.
Melansir dari laman Betterup.com, cobalah terapkan pola asuh yang sadar. Teknik ini mendorong orang tua untuk menggunakan kesadaran dan kecerdasan emosional ali-alih bersikap reaktif. Dimulai dengan menyadari pikiran, perasaan, dan perilaku diri sendiri serta belajar mengelolanya. Semakin baik kamu mengelola perasaanmu, kecil kemungkinan kamu akan menyalahkan diri sendiri.
Menjadi Ibu yang Bahagia, Bukan Sempurna.
Ibu menggendong anaknya
© Pexels.com/berbagai sumber
Mom guilt bukan musuh yang harus disingkirkan, tapi sinyal yang bisa didengarkan dengan bijak. Memberikan yang terbaik buat anak sah-sah saja. Tapi juga perlu ditakar, agar tidak menjadi beban yang merampas kebahagiaan dan rasa cukup sebagai seorang ibu.
Sudah bukan zamannya menuntut ibu serba bisa, serba kuat, dan serba-serbi lainnya. Bagaimana pun mereka tetap manusia, yang punya sisi lemah dan butuh dukungan. Ibu yang bahagia dan penuh cinta jauh lebih berharga dibanding ibu yang terus merasa bersalah.
Pada akhirnya tidak ada kitab 'menjadi ibu yang baik dan sempurna'. Namun satu hal yang pasti, setiap usaha adalah bentuk cinta yang layak dihargai oleh orang lain, terutama oleh diri sendiri.
Recommended By Editor
- Eks finalis Miss Indonesia ini dinyinyiri salah pilih suami imbas pilih jadi IRT, beri balasan menohok
- Viral wanita bangga jadi IRT, jual es usai resign dari maskapai penerbangan, kisahnya tuai pro kontra
- Tak selalu berujung drama, wanita ini beruntung hidup bareng mertua bisa hemat Rp10 juta sebulan
- Ingatkan orang tua jangan berharap punya anak penurut, ini penjelasan Kak Seto
- Jangan asal ngatur, begini 9 cara membina anak agar berprestasi tanpa mengekang
- Konflik ibu dan anak siapa yang harus mengalah? Benarkah jadi orang tua posisinya serba salah?