Brilio.net - Menikah dengan pasangan beda negara memang jadi tantangan tersendiri. Selain harus saling memahami latar belakang dan budaya yang berbeda, mereka juga harus menyesuaikan tinggal di tempat yang bukan asal mereka. Misalnya saja ketika Warga Negara Indonesia (WNI) menikah dengan pria dan atau wanita bule.

Hal itulah yang kini dirasakan oleh pasangan Mita dan suaminya. Mita adalah wanita kebangsaan Indonesia yang kini menetap di Swedia. Setelah 3 tahun menikah dan menetap di Swedia, dia bertekad ingin mencari kerja sebagai tambahan pemasukan.

Brilio.net melansir dari kanal YouTube Family Indonesia Sweden, Minggu (6/11), Mita mulanya bekerja sebagai cleaning service di tempat kerja suaminya. Dia bekerja selama 4 jam setiap hari. Besaran gaji yang diterima sebagai cleaning service yakni 6.000 krona atau setara Rp 8 juta per bulan.

wni kerja buruh di swedia © berbagai sumber

foto: YouTube/Family Indonesia Sweden

"Pertama kali kerja itu aku jadi cleaning service, tukang gosok WC di tempat kerjanya suamiku," tutur Mita.

Usai mengalami musibah yaitu keguguran saat mengandung anak pertama. Mita kemudian bekerja kembali di sebuah pabrik. Kali ini jam kerja Mita cukup panjang yaitu sekitar 8 jam sehari, dengan waktu 5 hari kerja.

Diakui Mita, pekerjaannya itu seperti buruh pabrik seperti pada umumnya. Namun penghasilan yang didapat sebagai buruh cukup besar bagi orang Indonesia, yaitu sekitar 28.000 krona atau setara Rp 40 juta, jika dikonversi pada Minggu (6/11).

wni kerja buruh di swedia © berbagai sumber

foto: YouTube/Family Indonesia Sweden

"Ini kerjanya tuh bukan kerja kayak kantoran, aku emang kerja buruh pabrik. Itu gajinya 28.000 krona tiap bulan," ungkapnya.

 

 

Pendapatan yang besar tentu saja diikuti dengan biaya hidup yang mahal. Apalagi 28.000 krona itu belum dipotong pajak, yakni sebesar 6.000 krona. Sehingga total gaji bersih yang diterima Mita mencapai 22.000 krona atau setara Rp 30 juta.

Meski gajinya banyak, namun ia mengaku biaya hidup di Swedia cukup mahal. Ia pun curhat bagaimana membeli bahan makanan khas Indonesia membutuhkan biaya yang tidak murah.

"Di sini biaya hidup mahal, untuk beli cabe, beras. Apalagi aku orang Indonesia, harus makan beras. Kalau aku nggak makan beras, lidahnya ini nggak enak, " jelasnya.

Di Swedia, roti terbilang murah. Namun, karena sudah terbiasa makan beras, ia tidak menjadikan roti sebagai bahan makanan pokok. "Kalau aku tiap hari makan roti dan keju, aku cepet kaya, tapi aku jadinya kurus, dan aku bisa masuk rumah sakit, " curhatnya.

wni kerja buruh di swedia © berbagai sumber

foto: Instagram/@ed.mseviana

Ibu dua anak ini juga bercerita bahwa untuk bisa bekerja di Swedia, pelamar setidaknya harus menguasai bahasa Swedia. Sebab mesin yang beroperasi menggunakan instruksi berbahasa Swedia, sehingga cakap berbahasa Swensk itu jadi point penting.

"Oh iya, ini salah satu persyaratan kerja di Swedia ya guys. Sebenarnya kita itu harus bisa berbahasa Swedia," tambah Mita.

Selain mendapat penghasilan yang lumayan, Mita mengaku kerja di Swedia menyenangkan karena meski pekerja sakit, pihak perusahaan tidak memotong gaji. Belum lagi waktu bekerja yang cuma 8 jam sehari, serta tiga kali istirahat