Brilio.net - Pernyataan Wakil Presiden Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, yang menyebut bahwa parfum mewah seperti Louis Vuitton (LV) dan Gucci menggunakan kemenyan sebagai salah satu bahan bakunya, langsung mengundang perhatian dan perbincangan hangat di masyarakat. Gibran menegaskan bahwa kemenyan, yang selama ini sering diasosiasikan dengan tradisi mistis dan pengobatan alternatif, sebenarnya memiliki nilai tinggi setara dengan komoditas besar seperti nikel. Pernyataan ini memicu rasa penasaran, khususnya bagi para pecinta parfum, apakah benar kemenyan menjadi bahan rahasia di balik aroma wangi parfum ternama dunia.
Fenomena ini menarik karena kemenyan memang tidak hanya dikenal dalam konteks ritual keagamaan, melainkan juga dalam dunia parfum modern. Kemenyan, yang berasal dari resin pohon Boswellia, menghasilkan aroma hangat, berasap, dan resinous yang unik dan sulit ditiru. Aroma ini memberikan kesan mendalam dan nuansa oriental pada parfum, sehingga kemenyan dipandang sebagai bahan aromatik yang berharga dalam komposisi wewangian premium. Namun, perlu dipahami bahwa dalam industri parfum, kemenyan sering digunakan dalam bentuk sintetis atau olfaktori yang meniru aroma aslinya daripada resin mentah secara langsung.
Selain penggunaannya dalam parfum mewah, kemenyan juga memiliki berbagai aplikasi lain yang makin memperkuat statusnya sebagai bahan berharga. Minyak kemenyan (benzoin oil) tidak hanya digunakan sebagai bahan baku parfum, tapi juga menjadi komponen utama lilin aromatik, perasa dalam makanan dan minuman, serta bahkan obat-obatan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai dan fungsi kemenyan jauh lebih luas daripada sekadar bahan dupa atau ritual. Dengan berbagai manfaat multifungsi tersebut, wajar jika kemenyan semakin dikenal sebagai komoditas bernilai tinggi yang layak dikembangkan hilirisasinya di bidang industri parfum hingga produk konsumen lainnya.
Fakta kemenyan sebagai komponen penting dalam parfum
Benarkah kemenyan jadi rahasia wangi parfum ternama
© 2025 brilio.net/AI
Kemenyan, secara ilmiah dikenal sebagai frankincense, telah lama menjadi salah satu bahan aromatik premium dalam komposisi parfum. Resin pohon Boswellia yang diolah menghasilkan aroma khas yang hangat, berasap, dan sedikit manis, memberikan karakteristik unik bagi parfum kelas dunia. Beberapa brand parfum ternama seperti Louis Vuitton dan Gucci memang mencantumkan “incense” atau aroma kemenyan sebagai salah satu komponen utamanya, walau biasanya dalam bentuk aroma sintetis agar stabil dan ekonomis dalam produksi massal.
Wewangian kemenyan memberikan kesan “oriental” dan “mystical” yang disukai oleh banyak penggemar parfum, karena aromanya mampu bertahan lama dan mudah berpadu dengan berbagai bahan lain seperti minyak esensial, bunga, dan rempah-rempah. Penggunaan kemenyan bukan hanya soal aroma, tetapi juga menambah nilai filosofis dan historis parfum, mengingat bahan ini sudah digunakan ribuan tahun di ritual keagamaan dan meditasi sebagai simbol kesucian dan keabadian.
Hilirisasi kemenyan
Gibran juga menyinggung bahwa pengembangan kemenyan bukan sekadar bahan parfum biasa, tapi bagian dari strategi hilirisasi yang bisa meningkatkan nilai tambah komoditas lokal. Ini membuka peluang ekonomi baru bagi petani kemenyan dan industri kreatif Indonesia dalam pasar internasional.
Pernyataan Wapres Gibran telah ikut mengubah paradigma masyarakat yang selama ini kerap menganggap kemenyan hanya sebagai benda mistis. Kini, kemenyan mulai dipandang sebagai komoditas bernilai tinggi yang berpotensi besar di industri parfum dan produk aroma lainnya.
Seni dan sains dalam parfum
Rahasia keharuman parfum terkenal tidak hanya dari bahan baku, tapi juga dari keahlian ahli parfum yang meracik wangi agar seimbang dan unik. Penggunaan kemenyan sintetis memungkinkan parfum tetap konsisten kualitasnya tanpa menghabiskan sumber daya alam asli secara berlebihan.
Jadi, kemenyan tidak lagi sekadar bahan dupa tradisional, melainkan sudah menjadi bintang di balik harum parfum dunia, yang menggabungkan nilai historis, ekonomi, dan seni dalam satu resin aromatik yang memikat.
Recommended By Editor
- Kenapa emak ngelarang nyendok sayur pakai sendok makan? Ini alasannya bukan cuma soal etika
- Lebih dari sekadar camilan, cokelat ternyata pernah menjadi mata uang di zaman Aztec
- Kenapa cabai terasa pedas? Ini Jawaban dari sisi sains
- Rahasia di balik garis di pisau cutter, trik yang jarang diketahui
- Bukan sekadar hiasan tapi punya manfaat, ini fungsi rahasia loop di belakang kemeja
- Siapa sangka, debu di rumah ternyata berasal dari tubuhmu sendiri

































