Brilio.net - Setiap tanggal 17 Agustus adalah momen paling membahagiakan bagi masyarakat Indonesia. Tahun ini, masyarakat Indonesia merayakan HUT RI ke-77.

Merayakan HUT RI bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah menulis puisi. Selain itu, puisi hari kemerdekaan RI juga bisa menjadi inspirasi ucapan Selamat HUT RI ke-77.

Karya sastra puisi tentang kemerdekaan menjadi bentuk penghormatan. Tak hanya itu, puisi tentang hari kemerdekaan juga mengobarkan rasa nasionalisme. Puisi Kemerdekaan tak hanya mengobarkan jiwa nasionalis, namun bisa menyentuh karena artinya sangat mendalam untuk Indonesia.

Puisi kemerdekaan telah banyak ditulis seperti oleh Chairil Anwar, NN, Asty Kusumadewi, dan yang lainnya. Tema yang diangkat pun banyak mulai dari perjuangan pahlawan, hari kemerdekaan, hingga kekayaan negeri Indonesia.

Dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Rabu (3/8), berikut 40 puisi tentang kemerdekaan.

Puisi kemerdekaan semangat juang.

Puisi pembakar semangat kemerdekaan © 2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

1. Bela Negara oleh Dilla Hardina Agustiani.

Kobar semangat terus membara
Menyulut asa tuk bela negara
Berkorban jiwa serta raga
Usir penjajah dari tanah air kita
Ratusan nyawa pahlawan telah melayang
Mereka dengan gagah berani berperang
Menebas ketidakadilan walau penuh rintang
Agar tak ada lagi rakyat yang terkekang
17 Agustus kita telah merdeka
Perjuangan para pahlawan tak sia-sia
Terluka parah bahkan hilang nyawa pun rela
Demi melihat generasinya hidup damai sentosa

2. Merdeka dalam Pandemi oleh Firoh.

Agustus menyapa
Hari kemerdekaan akan tiba
Hari kemenangan indonesia
Hari berkibar x bendera
Hidup Negri ku ,,,,, hidup negri ku ,,,,,
tanah air ku indonesi ,,,
Hari kemerdekaan indonesia tahun 2021
Sangat berbeda dari tahun sebelum
Saat kedatangan tamu (virus corona)
Kami semua tak bisa merayakan
Bersama,
Indonesia ku,,,
Tetap kibarkan benderamu
Tegakkan tiangmu ikat benderamu
Kibarkan ,,,,,kibarkan,,,,
Angkat tangan mu, berikan hormat mu,
Indonesiaku merdeka,,, merdeka,, dan tetap merdeka 17 Agustus 1945

3. Pahlawanku Oleh Reza Hidayat.

Pahlawanku..
Bagaimana ku bisa
Membalas jasa-jasamu
Yang telah kau berikan untuk bumi pertiwi

Haruskah aku turun ke medan perang
Haruskah aku mandi berlumuran darah
Haruskah aku tertembak peluru penjajah
Aku tak tahu cara untuk membalas jasamu

Engkau relakan nyawamu
Demi suatu kemerdekaan yang mungkin
Tak bisa kau raih dengan tanganmu sendiri
Pahlawanku.. engkaulah bunga bangsa

4. Diponegoro oleh Chairil Anwar.

Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Padang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

5. Hari Itu, Bangsaku Bahagia oleh Asty Kusumadewi.

Indonesia adalah negara kaya
Negara penuh budaya
Negara yang selalu jaya
Di setiap generasinya

Namun, ada kisah nyata dibalik itu semua
Penjajahan dimana-mana
Perjuangan melawan penjajah durjana
Dengan semangat juang 45

Pertumpahan darah di tanah air
Saksi bisu perjuangan bangsa
Dengan satu keinginannya
Tekad kuat untuk Merdeka!

Merdeka, Merdeka, Merdeka!
Hari Itu Bangsaku Bahagia
17 Agustus 1945
Indonesia merdeka dari segala sengsara dan lara

6. Saya Indonesia, Saya Pancasila Oleh Asty Kusumadewi.

Merdeka harga mati!
Merdeka harga mati!
Merdeka harga mati!
Seruan panglima kepada anggotanya

Masih ingat bung Tomo dengan semangatnya
I Gusti Ngurah Rai dengan Puputan Margarana
Palagan Ambarawa dengan tumpah darahnya
Bekerjasama untuk tanah air kita Merdeka dari para penjajah durjana

17 Agustus 1945
Proklamasi dibacakan
Riuh tangis haru dikumandangkan
Jatuhnya Jepang dan merdekanya Negara Indonesia

Rumusan Pancasila tersusun secara nyata
Bukti jadi dasar Negara Indonesia
Lambang negara Bhineka Tunggal Ika
Saya Indonesia, Saya Pancasila

7. Indonesia Sudah Merdeka oleh Asty Kusumadewi.

Penjajah melawan Indonesia
Peperangan di belahan penjuru Nusantara
Bambu runcing senjata utama
Memperjuangkan Indonesia merdeka

Konon katanya, sepotong roti lebih berharga
Soedirman jadi korbannya
Pengkhianat bangsa tunduk menggadaikan harga dirinya
Bersyukur, Jenderal dilindungi oleh Yang Maha Esa

Indonesia sudah merdeka
Kapten Pattimura dengan pedangnya
Jenderal Soedirman dengan tandunya
Pangeran Diponegoro dengan gerilyanya
Melawan penjajah sebegitu kuatnya

Ucapkan syukur kepada Tuhan kita
Dengan segala upaya
Dengan pertumpahan darahnya
Indonesia, sudah.. Merdeka!!

8. Musium Perjuangan oleh Kuntowijoyo.

Susunan batu yang bulat bentuknya
berdiri kukuh menjaga senapan tua
peluru menggeletak di atas meja
menanti putusan pengunjungnya.

Aku tahu sudah, di dalamnya
tersimpan darah dan air mata kekasih
Aku tahu sudah, di bawahnya
terkubur kenangan dan impian
Aku tahu sudah, suatu kali
ibu-ibu direnggut cintanya
dan tak pernah kembali

Bukalah tutupnya
senapan akan kembali berbunyi
meneriakkan semboyan
Merdeka atau Mati.

Ingatlah, sesudah sebuah perang
selalu pertempuran yang baru
melawan dirimu.

9. 17 Agustus oleh A.J Anwar.

Orang jahat selalu lebih kukuh dalam niat busuknya
Tak perlu banyak orang untuk merusak sebuah negara
Cukup beberapa koruptor untuk
menyikat ludes uang rakyat
Beberapa pejabat bebal menggagalkan pembangunan
Beberapa politisi memecah belah rakyat
Beberapa provokator licik untuk memicu kerusuhan
Beberapa orang fanatik membenturkan agama
Beberapa tangan terselubung merawat prasangka
Beberapa preman meresahkan masayarakat

Cukup "setitik nila merusakkan susu sebelanga"
Dan bahwa jumlah mereka melimpah, tak pernah cuma seberapa, maka negara hanya punya peluang terbuang
Dan Selamat Hari Kemerdekaan
saudara sebangsa
Selamat Hari Kemerdekaan
Mari berbaris membelanya!

10. Mengenang oleh Yuliani Megantari.

Muak jadi budak
Mereka maju dengan penuh yakin
Menentang benteng besi bersama
Sembilan obor telah menancap di sudut- sudut bumi
Bumi yang telah basah

Ketika mereka bergegas
Di pintu pagi yang cemas
Aku hanya dapat menanti kabar dari langit dan bumi
Dentang jam berbunyi detik demi detik
Mereka telah pergi

Kembali pada cahaya, yang menjadi air
Mengalir pada muara yang tak pernah berbatas
Kembali pada api, tanah pijakan ibu pertiwi
Terbang ke atas langit tak berlapis yang menyatu bersama udara

Merongga dalam kekekalan
Bumi telah mencatat nama mereka
Pada sebuah puisi yang kurangkai ini
Dan terkenang menjadi dongeng anak negeri

Puisi kemerdekaan menyentuh jiwa.

Puisi pembakar semangat kemerdekaan © 2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

11. Untukmu Pahlawanku.

Cucuran keringat di tubuhmu
Darah yang mengalir dalam ragamu
Tak patahkan semangat juangmu
Untuk meraih harapan, kemerdekaan

Tekadmu yang membara
Dengan gagah tegap kau berdiri
Tak pedulikan rasa sakit
Demi sang bumi pertiwi ini

Namun…
Kini perjuanganmu itu seperti tak berarti
Tangisan sedih rakyat kecil menjadi-jadi
Korupsipun seperti sudah menjadi tradisi.

12. Merdeka Indonesiaku oleh Rodiyah Allahuan.

Hari ini … tujuh belas Agustus
Indonesia memperingati hari lahirnya
Gema merdeka dikumandangkan
Dari segala penjuru negeri ini

71 tahun silam …
Indonesia dijajah oleh kaum penjajah
Banyak darah ditumpahkan, nyawa dikorbankan
Demi untuk satu kata MERDEKA

Kini … Indonesia telah merdeka
Rakyat dapat tersenyum bangga
Sang saka merah putih berkibar sempurna
Mengudara di angkasa raya

Jayalah Negeriku
Makmurlah bangsaku
Kau tetap Indonesiaku
MERDEKA..MERDEKA..MERDEKA

13. Di Bawah Kibaran Merah Putih Aku tersimpuh oleh M. Taufiq.

Di bawah kibaran merah putih
bayangnya berdansa dengan pasir yang kupijak
menekuk, meliuk, menggelora

Aku tersimpuh
di bawah naungan merah putih
yang enggan turun, enggan layu
setelah lama badai menghujamnya

Mencari pijakan, aku harus bangkit
menepis debu yang menggelayutiku
menebalkan lagi tapak kakiku
ini waktuku berdiri!
Tak lagi aku lengah, takkan
ini tanah bukan tanah tanpa darah
ia terhampar bukan tanpa tangis
terserak cecer tiap partikel mesiu di sana

Jika pada patahan waktu yang lalu
aku bersembunyi, berkarung
pada lipatan detik ini, aku bukanlah kemarin
aku adalah detik ini, aku akan menjadi esok

Aku terhuyung
memegang erat tiang merah putih
aku memanjat asa, memupuk tekad
Indonesia, pegang genggam beraniku!

14. Pahlawan yang Hilang.

Dimana lagi kau kutemukan keberanianmu
Dimana lagi kan kutemukan pekik teriak semangatmu
Dimana lagi ku temukan sosok sepertimu
Wahai pahlawan

Beribu hari telah kulalui
Jutaan hari telah kuhitung dengan jemari
Namun tak mampu juga kutemukan
Sosok pahlawan sejati

Kumeniti jalanan penuh duri dan ranjau
Menyusuri gurun pasir yang kering kerontang
Dimanakah kan kutemui lagi
Sosok sepertimu wahai pahlawanku

15. kau melebur di sana oleh NN.

kau melebur disana
di permulaan musim gerhana
yang terselubung aroma darah
dan tanah yang berembun air mata

kau melebur di sana
kala sang surya mengelupaskan kulit kami
hingga kawanan peluhmu yang siaga
menghalau kepulan debu
yang mengepung dari negeri asing

kau melebur di sana
saat air bah berlarian
memanjati hamparan tanah usang
dengan jeritan malang
serta busung lapar

kau melebur di sana
saat air mata telah mengguruh menjadi telaga
hingga timba yang kau ayunkan
menandaskan kepingan dahaga
yang merintih di setiap gigir luka kami

16. Apa Kata Bung Hatta oleh Hati Nurahayu.

Banyak kata untuk negeri
Terjujur dari jiwa yang murni
Indonesia ada selalu di hati
Terucap pesan yang terpatri

Persatuan satu harus miliki
Jangan pudar karena dari para pembenci
Memecah belah negeri
Karena ingin kita dikuliti

Jatuh bangunnya negeri
Ingatlah selalu tertanam di diri
Bersatu padu selalu ada di jiwa kami
Penjajah pemecah belah takut kekuatan ini

17. Tanyaku Sederhana oleh Muhammad Sifak Almurtadho.

Aku adalah seribu tahun lalu
Mencoba melawan semua kalah dan luka untuk kubawa pergi
Merenggut semua kalimat asa untuk merdeka
Angkasa surya menopang semua deru ombak derita
Ringkus habis semuanya!
Tanpa ada orang yang tersisa
Semua tulisan-tulisan dari penyair terkenal ini
Adalah bukti nyata
Kalau dulu negara ini menelan jutaan jiwa
Sampai merdeka!
Saat ini, negara ini dijajah mati oleh pribumi sendiri
Bukannya benar pertanyaanku?
Sudahi semua pertikaian ini, atau merdeka dua kali?
Ringkus peristiwa!
Kita merdeka karena kita berbeda!

18. Hari merdeka oleh Irham Wahyu S.

Sorak gempita
Di hari Jumat, 17 Agustus 1945
Merdeka..
Merdeka..
Merdeka..

Teriak rakyat di penjuru Indonesia
Alhamdulillah…
Syukur…
Jawaban doa dari pejuang selama berabad-abad…

Bebas…
Tak terkekang…
Bangkit…

Geliat roda kehidupan bangsa…
Gelorakan jiwa…
Sucikan nurani…
Tebalkan tekad…
Untuk Negeri tercinta…

Terarah…
Terukur…
Lagu pembangunan
Demi kejayaan Indonesia

19. Kemerdekaan ini oleh Reyhandi.

Kemerdekaan ini adalah usaha
Usaha tanpa menyerah para pahlawan

Kemerdekaan ini adalah keringat
Yang setia mencucur ruah hingga habis

Kemerdekaan ini adalah lelah
Lelah yang setia menghantu

Kemerdekaan ini adalah darah
Karena berjuta ton darah raib untuk kemerdekaan, tergadai

Kemerdekaan ini adalah nyawa
Karena di indonesia ini beratus ratus tahun silam nyawa melayang

Semuanya untuk indonesia
Semuanya untuk senyum anak indonesia
Semuanya untuk masa depan indonesia yang lebih cerah.

20. Untukmu Pahlawan Indonesiaku oleh NN.

Demi negeri
Engkau korbankan waktumu
Demi bangsa
Rela kau taruhkan nyawamu
Maut menghadang di depan

Kau bilang itu hiburan
Tampak raut wajahmu
Tak segelintir rasa takut
Semangat membara di jiwamu
Taklukkan mereka penghalang negri

Hari-hari mu di warnai
Pembunuhan dan pembantaian
Dan dihiasi Bunga-bunga api
Mengalir sungai darah di sekitarmu
Bahkan tak jarang mata air darah itu yang muncul dari tubuhmu

Namun, tak dapat runtuhkan tebing semangat juangmu
Bambu runcing yang setia menemanimu
Kaki telanjang yang tak beralas
Pakaian dengan seribu wangian
Basah di badan keringpun di badan
Yang kini menghantarkan Indonesia
Ke dalam istana kemerdekaan.

Puisi tentang Hari Kemerdekaan.

Puisi pembakar semangat kemerdekaan © 2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

21. Terbanglah Indonesia oleh Rayhandi.

Terbanglah Indonesia
Terbang ke langit bebas
Gapai bintang hingga jauh melambung
Tunjukkan pada dunia merah putihmu

Terbanglah Indonesia
Takkan ada yang bisa mengikatmu
Juga mengurungmu
Kita bukan jangkrik di dalam kotak
Kita bebas merdeka

Terbanglah indonesia
Terbanglah kemana kau ingin terbang
Lihatlah kemana kau ingin lihat
Cintailah apa yang kau ingini
Kebebasan bersandar di raga kita
Karena kita merdeka

Terbanglah Indonesia
Dunia harus tahu Indonesia bangsa yang hebat
Bangsa yang menghargai perdamaian
Tapi bukan berarti bisa diam jika kebebasan kita di renggut
Takkan kita biarkan hak kita di injak-injak

Terbanglah Indonesia
Di ujung samudera kedamaian kita memuncak
Berdiri di atas gunung
Kita jaga laut kita-kita jaga bumi kita
Takkan kita biarkan Indonesia hancur kembali
Karena Indonesia sudah merdeka di tahun empat lima

22. Di Balik Seruan Pahlawan oleh Zshara Aurora.

Kabut..
Dalam kenangan pergolakan pertiwi
Mendung..
Bertandakah hujan deras
Membanjiri rasa yang haus kemerdekaan
Dia yang semua yang ada menunggu keputusan Sakral

Serbu..
Merdeka atau mati! Allahu Akbar!
Titahmu terdengar kian merasuk dalam jiwa
Dalam serbuan bambu runcing menyatu
Engkau teruskan menyebut ayat suci
Engkau teriakkan semangat juang demi negeri
Engkau relakan terkasih menahan tepaan belati
Untuk ibu pertiwi

Kini kau lihat
Merah hitam tanah kelahiranmu
Pertumpahan darah para penjajah keji
Gemelutmu tak kunjung sia
Lindungannya selalu di hatimu
Untuk kemerdekaan Indonesia Abadi

23. Hikmah Kemerdekaan oleh Yamin.

Tujuh puluh empat tahun silam
Ku belum dipertemukan
Raga belum terwujud
Nyawa belum bersemayam

Tapi tampak sinyal kehidupan
Di usiaku yang separuh baya ini
Aku hanya bisa menikmatimu
Belum bisa memberi warna

Teruntuk negeri ini
Pagi merayap siang
Tepat pukul sepuluh detik-detikmu diperdengarkan
Pekik merdeka menggema mengangkasa ke penjuru negeri
Dengan rasa haru ke sambut pekikmu

24. Terima kasih pahlawan oleh Rayhandi.

Karena jasamu kita merdeka
Hidup di ujung barat hingga timur
Tanpa takut dan gugup yang membara

Kau rela mati demi kami
Kau rela miskin demi kami
Kau rela menderita demi kami
Untuk kami kau rela hancur

Berkatmu indonesia bisa merdeka
Mengepak sayap melesat langit
Berkatmu indonesia bisa jaya
Menembus zaman hingga canggih

Tak terbayang jika keberanian itu tak tumbuh di hati kalian
Tak terbayang jika kesabaran itu tak menyertai derita kalian
Tak terbayang jika semangat itu tak membakar bara kalian.

Kami anak muda kami bangsa Indonesia
Berterima kasih untuk jasa jasamu para pahlawan
Karena perjuangan yang luar biasa kalian
Indonesia bisa menikmati udara kemerdekaan.

25. Prajurit Jaga Malam oleh Chairil Anwar.

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu…
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

26. Atas Kemerdekaan oleh Sapardi Djoko Damono.

kita berkata: jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya: langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawalaterjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk

mengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba
sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah

27. Merdeka atau Mati oleh Yamin.

Darah di tanah tak bertuan menggenang
Ratusan nyawa melayang
Bergelimpangan di medan perang
Mengangkat panji kemenangan

Seorang pejuang berteriak lantang
Gagah berani memegang senjata lawan penjajah
Dua kata menjadi pilihan
Merdeka atau mati

Tubuh kekar dihujani peluru
Penuh lubang di sekujur tubuh
Darah bercucuran mereka tetap tegak berdiri
Sekali lagi lantangkan merdeka atau mati

28. Merdekalah Bangsaku oleh Yamin.

Sejarahmu terus terkenang diingatanku
Tujuh belas Agustus saksi bisu hari kobebasanku
Para pahlawan bertaruh keras pertahankan keutuhanmu
Sebagai kenangan sepanjang hidup

Indonesia kini merdeka
Berkibarnya sang merah putih bawa napas lega tanpa nestapa
Mengenang cerita berderailah air mata
Kemerdekaan hilangkan jeritan lara

Indonesia merdeka...
Lahirkan pemuda pemudi bangsa
Terbang ke awan menguak kedamaian
Menengok ke kanan bawa kebaikan
Kaki cengkeram erat semboyan kemerdekaan

29. Pejuang Kemerdekaan oleh Rahmy Ardhy.

Merah darahmu menggelora
Semangat juangmu membara
Tak pernah padam
Meski harus berkorban nyawa

Meski harus menderita
Kau telah memperjuangkan
Kemerdekaan Indonesia
Dengan perkasa

Dengan susah payah
Tanpa keluh kesah
Tak akan kami sia-siakan hasil
Perjuanganmu
Akan kami isi dengan membangun negeri
Agar Indonesia semakin mandiri.

30. Dirgahayu Negeriku oleh Joeti.

Kami mencintaimu
Dengan ribuan gugusan
Pulau-pulaunya

Kami mencintaimu
Dengan jutaan
Keanekaragaman budayanya

Lahir di tanah ibu pertiwi
Dan akan tetap menjaga
Keindahan negeri
Hingga tulang belulang

Kami menyatu dengan
Tanah negeri ini

Puisi tentang Kemerdekaan, menyentuh hati.

Puisi pembakar semangat kemerdekaan © 2022 berbagai sumber

foto: freepik.com

31. Kusuma Bangsa oleh UNM.

Penjajah mengoyak kedamaian negeri ini
Mereka menindas
Mereka memaksa
Mereka merampas

Perjuangan bangkit melawan
Maju ke medan laga
Memanggul senjata
Menyerukan kebenaran

Perjuangan itu tidak sia-sia
meskipun mereka harus dibayar darah dan nyawa
Indonesia merebut kembali kedaulatannya.

Kita bisa menikmati
indahnya negeri ini
berkat kegigihan dan keberanian
para pejuang sejati
merekalah kusuma bangsa ini

Lanjutkan semangatnya
Kobarkan kegigihannya
untuk membangun Indonesia tercinta

32. Hari Kemerdekaan oleh Sapardi Djoko Damono.

"Akhirnya tak terlawan olehku
tumpah di mataku, dimata sahabat-sahabatku
ke hati kita semua
bendera-bendera dan bendera-bendera

bendera kebangsaanku
aku menyerah kepada kebanggan lembut
tergenggam satu hal dan kukenal
tanah dimana ku berpijak bergerak

awan bertebaran saling memburu
angin meniupkan kehangatan bertanah air
semat getir yang menikam berkali
makin samar

mencapai puncak ke pecahnya bunga api
pecahnya kehidupan kegirangan
menjelang subuh aku sendiri
jauh dari tumpahan keriangan di lembah

memandangi tepian laut
tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
makin bercahaya makin bercahaya

dan fajar mulai kemerahan"

33. Zamrud Khatulistiwa oleh Nurul Lathifah.

Dimulai dengan langkah satu pasti
Terucap sejuta ikrar dan janji
Dari kami putera puteri bangsa

Bersatu lebur dalam Bhineka Tunggal Ika
Menjunjung tinggi moral, undang-undang, dan Pancasila
Zamrud Khatulistiwa, itulah namamu

Kau ciptakan satu tumpuan jejak para pahlawan
Kau agunkan satu kemerdekaan dan perdamaian
Di bawah naungan sang merah putih
Kibarkan kearifanmu wahai zamrud khatulistiwa
Menyongsong masa depan dengan warna merahmu
Tentramkan naluri dunia dengan warna putihmu

Dalam singgasana langit
Dan perdamaian bumi pertiwi
Terpangku sejuta napas terakhir
Sebagai pesan para pahlawan
"Tetaplah setia kepada Indonesia"

Abadikan cintanya dalam ruang gelap gulita
Demi misi satu Indonesia merdeka
Tercipta dalam lingkup realita
Bahwa sang merah putih, telah kembali bangkit
bahwa sang zamrud khatulistiwa
Masih menjadi paru-paru dunia

Rekam senyum anak Indonesia
harumkan nama bangsa di mata dunia
Tunjukkan kepada dunia
Bahwa zamrud khatulistiwa, bukan sekadar nama!

34. Doa Seorang Serdadu Sebelum Perang oleh W S Rendra.

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,

perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna

Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari

-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah?
Sementara kulihat kedua lenganMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu

Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

35. Pemuda Pahlawan oleh Riky Fernandes.

Gelagat keharuan tercium bagai bangkai kecoa yang mulai hancur.
Waktumu tidak banyak di atas fana.
Rapatkan jari-jemarimu agar sampai menuju menara
Bulatkan tekadmu untuk melawan arus kebencian setiap manusia-manusia itu.
Kukuhkan dua kakimu sampai ke kepala.

Tarik tali pelontar kain merah putihmu.
Usah kau sujud di atas tanah itu.
Tancapkan saja tiang semangatmu setinggi mungkin.
Senyummu kian memanis dengan topi jerami berwarna gelap.

Dan saat itulah kau akan tahu betapa sulitnya hidup.
Dengan hias keringat tanpa peduli hari telah mencapai senja.

36. Harapan Remaja Indonesia oleh Mentista Kusumawati.

Tiga setengah abad kita dijajah
Dirundung kegelisahan dan ketakutan
Saat itu jangankan untuk sekolah
Bergerak pun kita tak mampu

Kini saatnya… bangkit
Tuk melanjutkan segala kemerdekaan
yang pernah terukir dulu

Dengan menggali potensi dan budaya
Di dalam negeri ini yang masih terpendam
Demi tanah air kami
Demi Indonesia kami

Mestinya mata kami semakin lelah
Usia kami habis dimakan waktu
Demi negeri kami
Kami rela mati untuknya

Demi bunda tercinta
Kan kami junjung nama harum
Di mana pun kami menginjakkan
Kaki di muka bumi ini

Dan selama itu jantung kami
Putra, Putri bangsa masih berdetak
Darah dalam diri kami masih mengalir
Kami kan tetap sekuat tenaga
Hingga tetes darah penghabisan

37. Karawang Bekasi oleh Chairil Anwar.

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat

Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

38. Pengorbanan oleh Siti Halimah.

Mengucur deras keringat
Membasahi tubuh yang terikat
Membawa angan jauh entah kemana
Bagaikan pungguk merindukan bulan
Jiwa ini terpuruk dalam kesedihan

Pagi yang menjadi malam
Bulan yang menjadi tahun
Sekian lama telah menanti
Dirinya tak jua lepas

Andai aku sang Ksatria
Aku pasti menyelamatkanya
Namun semua hanya mimpi
Dirinyalah yang harus berusaha
Untuk membawa pergi dari kegelapan abadi

39. Kembalikan Indonesia oleh Ghita Novita Sari.

Detik ini
Tak pernah melepaskan syair-syair Indonesia
Dari para sang pemuja

Konon, kala Indonesia memancarkan eksotisme
Sudah tak asing keramahan dan kesantunan
tapi tengoklah saat ini
emosi sangat cepat mengebom

Hei… jemari mereka mengusir
paru-paru kami habis membotak
Maafkan kami alam…
Kau selalu tersakiti

Burung-burung menawan, terjamah pelor dari bedilnya
Ikan-ikan mempesona, tergenangi air racun jingga
Pohon-pohon ramah, merata ke bumi.

Kami anak cucu Indonesia
Akan membangun raksasa yang terlelap
Menjaga kesatuan sanak-sanak kami
Menjamin para koruptor membangkai di rumahnya
Menjulangkan pepohonan kembali
Kelak….

Bapak…
Tuntun kami ke ujung tiang tertinggi
Bersama…

Pulangkan Indonesia yang lalu
Sejajarkan Indonesia seperti mereka
Apakah milikku?
Yang tergenggam hanya petuah kecil
Indonesia para penyair
Dan setumpuk rahmat sang pelukis Indonesiaku.

40. Gugur oleh W S Rendra.

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang

pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya

Ia sudah tua
luka-luka di badannya
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya

Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya

di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
Ketika anaknya memegang tangannya,

ia berkata:
Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.

Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.
Bumi kita adalah juwa dari jiwa.

Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang.
Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar

Kerna api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata:
Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!

Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur
kemudian akan ditanamnya benih

dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
"Alangkah gemburnya tanah di sini!"
Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya"