Halo kawan Brilio.net. Kali ini Brilio ngobrol bareng pendaki pertama Everest asal Indonesia. Penasaran dengan ceritanya ?

Clara Sumarwati tercatat di Everest Summiteer Association, sebagai orang Indonesia pertama penakluk Gunung Everest pada tahun 1997. Ia tertarik mendaki gunung sejak masih duduk di bangku SMA.

"Di Indonesia saya mulai naik gunung tahun 1987, ke gunung Rinjani. Pas liburan sekolah, saya ngisi acara apa ya liburan sekolah, eh ada tawaran dari temen Fakultas Ekonomi, mau ikut ke Rinjani gak Clar? gitu ke saya. Akhirnya saya naik ke Rinjani. Itu saya mulai tertarik dengan gunung itu setelah saya mendaki gunung Rinjani gitu. Akhirnya saya naik Rinjani" ujar Clara.

Pendakian Clara di gunung luar negeri, dimulai setelah ia lulus kuliah. Clara menjelaskan bahwa dirinya lulus dari Universitas Katolik Atmajaya, kemudian ia ditawari pendakian ke Annapurna 4. Ia mengenal tentang mountenering dari resimen mahasiswa Jayakarta dan pecinta alam Edelweis di Fakultas Ekonomi. 

Sebelum tahun 1997, Clara sudah pernah mencoba naik Everest di tahun 1994. Saat itu Clara mendaki bersama enam anggota Kopassus. Komandan Kopassus, Agum Gumelar memberikan pengarahan di pendakian pertamanya.

 "Waktu itu komandannya pak Agum Gumelar. Pas mau berangkat bapak berpesan, jangan memaksakan diri kalau memang cuaca gak bagus kalian harus turun. Lebih baik gagal daripada tidak bisa mengulangi kegagalan itu supaya berhasil gitu. Itu atas petunjuk pak Agum. Dan pada waktu itu musim badai di Everest" jelas Clara.

 Akhirnya kelompok pendakian Clara baru sampai di kamp 3 karena badai. Pulang berlatih, Clara kembali mendaki Everest di tahun 1997. Dengan berenang, fitnes, uji coba naik gunung pendek, dan latihan lainnya. Selama 20 Jam akhirnya Clara bisa mencapai puncak Everest di tahun 1997.

"Di puncak cuma 10 menit kita, ngambil fotonya susah wong badai, kita sini situ aja nggak kelihatan. Kita pegang patoknya aja mak nyos tangannya gitu. Dingin banget kan itunya (patok) kaya kesetrum gitu lo. Akhirnya sarung tangan saya diganti sama Serpa. Saya teriak kaya kesetrum ‘euuy’ gitu pegang patok yang di puncak itu. Saya teriak sini basah semua langsung diganti. Taruh ketiak kan sarung tangan cadangannya langsung diganti nggak basah gitu" ungkap Clara.

Pendakian kedua tersebut didanai oleh Panitia 50 tahun Indonesia Merdeka. Medan yang sangat sulit dan cuaca ekstrem mampu dilewati Clara dan kelompoknya.

"Yang lebih kita rasakan, kita merasa bersyukur dan bisa menikmati hasil ciptaan Tuhan. Selain temen-temen juga masih belum tahu, cuman kita diberi kesempatan bisa menikmati ciptaan Tuhan yang terindah di dunia, di samping alam lain di Indonesia dan luar negeri yang masih ada" tutup Clara.