Brilio.net - Hari gini siapa sih yang nggak mau ke Eropa? Semua orang pasti mau dong, termasuk kamu. Dan Yoyok Dwi Prastyo, seorang penulis yang banyak menelurkan buku-buku inspiratif ini ternyata menjadi salah satu orang yang beruntung bisa merasakan suasana tinggal di benua Eropa.

Ia menceritakan banyak pengalamannya ketika sedang mengeyam pendidikan di Prancis. Termasuk salah satunya adalah sifat toleransi beragama ditengah isu Islamophobia yang mencekam Eropa saat itu.

Lewat rilis yang diterima oleh brilio.net (31/5), ia bercerita, awal mula ia berada di Prancis adalah ketika ia mendapat beasiswa kuliah singkat oleh pemerintah Prancis. Saat itu, Yoyok merupakan satu dari sepuluh orang Indonesia yang beruntung mendapat beasiswa.

Belum sampai di Prancis saja ia sudah mendapat perlakuan yang tak menyenangkan. Yoyok bercerita, ketika itu ia berada di bandara Schipol, Amsterdam menuju Paris. Sialnya, ia menjadi satu-satunya orang yang diperiksa sangat lama oleh petugas keamanan.

Ternyata, hal itu terjadi karena hal sepele. Ia berjenggot. Rupanya benar, ketika sampai di Paris ia membaca koran lokal dan pada salah satu artikel tertulis betapa pada saat itu Eropa sedang tercekam Islamophobia. Islam yang terekam kuat pada ingatan mereka adalah berjenggot dan bersorban. Sangat cocok dengan penampilannya saat pertama ke Paris.

punya ipk jelek pria ini malah bisa tulis dua buku dalam waktu sebulan © 2016 brilio.net



Selama di Prancis, ia pun bercerita bagaimana beribadah di Eropa tak semudah di Indonesia. Terkadang ia harus salat di belakang bus atau di trotoar. Namun yang membuatnya terharu adalah ketika pengalaman salat di kampus.

Ketika saat pelajaran di kampus dan masuk waktunya salat, ia biasa salat di dalam kelas bersama teman-teman seiman yang lainnya.  Uniknya pintu kelas akan ditutup, kemudian teman-teman non muslim lainnya akan menjaga pintu agar tak ada orang yang masuk ke dalam kelas.

"Benar-benar sebuah tindak toleransi yang luar biasa" kata pria kelahiran Grobogan, Jawa Tengah ini.

Dari pengalaman pahit manis selama di Prancis inilah Yoyok akhirnya banyak menulis buku inspiratif. Seperti "Guru Monyet, Bukan Guru Biasa", "Beruntungnya Si Bahlul", dan banyak buku-buku lainnya.