Virus corona bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Selain masyarakat umum, nyatanya dokter yang lebih paham terhadap protokol kesehatan pun tetap bisa ikut terinfeksi.

Cerita ini terjadi pada dokter Nadya Ombara. Sekadar diketahui, Nadya Ombara adalah Dokter Residen Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Umum yang bekerja pada salah satu rumah sakit di Bali. Baru-baru ini Nadya pun membagikan pengalamannya terpapar Covid-19 kepada brilio.net.

Perjuangan dokter Nadya rawat pasien saat pandemi © 2021 brilio.net

foto: dok pribadi nadya ombara

 

Sejak awal pandemi 2020, tiap harinya ia harus bertemu dengan ratusan pasien. Sebagai Dokter Residen Bedah Umum, Nadya wajib menangani dan menerima pasien dalam kondisi apapun. Sedangkan dia tidak akan mengerti status pasien apakah terpapar Covid-19 sebelum dilakukan pemeriksaan.

Sama halnya ketika hendak menangani pasien yang dikonfirmasi Covid-19 saat di ruang operasi emergency, Nadya beserta tim medis lainnya yang berada di ruang operasi wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) level 3. Barulah setelah operasi, ruangan tersebut disterilisasi selama 2-3 jam.

Untuk pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19, ada bangsal rawat inap sendiri. Setiap harinya Nadya harus visit pasien ke bangsal tersebut dan merawat luka pasien usai operasi. Ia pun harus mengenakan pakaian APD lengkap demi menghindari paparan virus.

-

Nyeri sendi dan otot hingga demam tinggi

Perjuangan dokter Nadya rawat pasien saat pandemi © 2021 brilio.net

foto: dok pribadi nadya ombara

 

Nadya menceritakan awal mula dinyatakan positif Covid-19. Saat itu dirinya sedang perpindahan stase di bedah ortopedi/bedah tulang.

Pada 6 September 2020, Nadya merasakan myalgia yang merupakan gejala dari nyeri sendi dan otot. Gejala ini sebenarnya sudah ia rasakan sejak lima hari sebelumnya. Namun pada saat dicek oleh dokter bedah tulang, tidak ada masalah apapun terkait nyeri tersebut.

"Sudah lima harian mengeluh adanya myalgia. Bahkan saat menjelang presentasi, ada temanku tuh, bedah tulang. Ketika dicek sama dia, nggak apa-apa kok aman. Maksudnya nyeri-nyeri saya di belakang tuh nggak ada masalah," ujar Nadya ketika berbincang dengan brilio.net dengan sambungan telepon.

"Aku juga memiliki spondylosis, jadi sulit membedakan nyeri tulang belakangnya ini karena gejala Covid atau nyeri akibat spondylosis-nya," tambahnya.

Namun, di malam harinya ternyata Nadya merasa demam. Ketika dicek, suhunya di angka 39,8 derajat. Di pagi hari ketika melakukan test SWAB, Nadya dinyatakan positif. Ia pun langsung diharuskan menjalani isolasi mandiri.

"Aku langsung isolasi dengan dipantau oleh dokter spesialis yang dari rumah sakit tersebut dengan diberikan obat-obatan," ujarnya.

-

Isolasi mandiri selama 28 hari

Perjuangan dokter Nadya rawat pasien saat pandemi © 2021 brilio.net

foto: dok pribadi nadya ombara

 

Pada saat itu yang dinyatakan positif tidak hanya Nadya, ada juga sekitar 16 tim medis bedah yang terpapar Covid-19. Belum dihitung dengan perawat dan di bagian lainnya.

Nadya juga mengaku bahwa dirinya harus menjalani isolasi mandiri cukup lama yaitu 28 hari.

"Aku lama (isolasi mandiri), sampai 28 hari," sambungnya.

Para tim medis yang sudah memiliki gejala dan ketika di SWAB hasilnya positif harus menjalani isolasi. Mereka harus benar-benar dinyatakan negatif dua kali atau sudah bebas dari gejala apapun. Barulah diperbolehkan kembali bertugas di rumah sakit.

Gejala yang dialami Nadya saat itu adalah nyeri pada sendi dan otot, demam, menggigil, dan mual hebat. Masuk hari ke 5-6, ia mulai batuk kering, indra perasa hilang dan lemas. CT Value Nadya saat itu juga termasuk rendah, berada di angka 10/12.

Selama menjalani isolasi mandiri, Nadya juga mengeluhkan batuk yang tak berkesudahan sampai ngos-ngosan sehingga menyebabkan dirinya tidak kuat untuk berdiri terutama saat mandi dan salat. Untuk beribadah pun dia harus duduk.

"Selama isoman batuk-batuk terus sampai ngos-ngosan, jadi aku nggak bisa dan nggak kuat berdiri saat mandi dan salat. Jadi salatnya ya sambil duduk," ujarnya.

-

Positif Covid kedua kalinya

Perjuangan dokter Nadya rawat pasien saat pandemi foto: Istimewa

foto: dok pribadi nadya ombara

 

Setelah tiga bulan kemudian dinyatakan negatif, Nadya melakukan test SWAB dan sempat positif lagi tanpa gejala apapun. Namun diakuinya bahwa itu bukanlah re-infection Covid, melainkan sisa paparan Covid yang pertama.

"Aku itu pernah dua atau tiga bulan sesudahnya, test SWAB lagi dan sempat positif lagi. Cuma nggak ada gejala apapun. Dan aku konsultasikan ke dokter, jadi itu bisa sisa waktu yang lama, nggak mungkin re-infection," ungkap wanita asli Jogja ini.

Pada saat terpapar Covid, Nadya memang mengaku sempat stres. Namun setelah sembuh, dirinya merasa kondisi mentalnya baik-baik saja.

-

Suka duka jadi dokter spesialis bedah umum

Perjuangan dokter Nadya rawat pasien saat pandemi © 2021 brilio.net

foto: dok pribadi nadya ombara

 

Sebagai Dokter Residen Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Umum, Nadya mengaku bahwa dirinya hanya tidur selama 2-3 jam setiap hari. Para tim medis tidak mendapatkan tidur yang cukup seperti orang-orang pada umumnya, yaitu 7-8 jam.

"Apalagi pas dapat giliran jaga, ya tidak diperbolehkan tidur karena terus menerima pasien. Terhitung dari subuh hingga keesokan harinya," cerita Nadya.

Setelah mengalami pengalaman terpapar Covid-19, Nadya terus menjaga kesehatannya dengan makan teratur, konsumsi Vitamin C, Vitamin D, dan menyempatkan untuk olahraga selama 30 menit setiap harinya. Ia pun sudah menjalani vaksin dua kali lengkap pada bulan April 2021 lalu.

Menurut Nadya, tim medis yang bekerja di rumah sakit memang sangat memiliki risiko terpapar Covid-19. Belum lagi mereka tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup setiap harinya. Jika memungkinkan ada waktu luang untuk tidur, para tim medis hanya tidur sebentar di tempat mereka jaga.

Perjuangan dokter Nadya rawat pasien saat pandemi © 2021 brilio.net

foto: dok pribadi nadya ombara

 

"Saat kita bisa istirahat hanya selama 10 menit, ya kita tidur di lantai, ya di meja gitu. Saat di ruangan operasi, sambil nunggu pasien persiapan untuk operasi, kalau ada kesempatan tidur, ya kita ngglosor gitu di lantai, di ruangan operasi," tuturnya.

Dengan pengalamannya itu, Nadya sebagai tenaga kesehatan berpesan kepada masyarakat Indonesia agar jangan menganggap sepele Covid-19. Meski bisa disembuhkan, namun masyarakat tetap diimbau patuh pada protokol kesehatan.