Brilio.net - Masak di dapur, itu sih biasa banget. Tapi bagaimana kalau masak di atas pesawat terbang? Ini baru namanya sensasi. Profesi inilah yang dilakoni Ade Kurniawan, salah satu chef on board 1st class maskapai Garuda Indonesia.

Meski sudah lama berada di real kitchen, masak di pesawat memiliki tantangan tersendiri. Sebab, nggak jarang ia harus memasak saat turbulance. Dengan peralatan seadanya—biasanya hanya oven microwave—ia harus tetap menyajikan makanan dengan baik agar para penumpang tetap memiliki selera makan.

“Bagaimana caranya kita harus memanfaatkan peralatan yang seminimal mungkin dengan hasil yang maksimal. Itu sih challenge-nya,” katanya kepada brilio.net beberapa waktu lalu.

Ade berkisah, pernah ada penumpang yang ingin dibuatkan nasi goreng meski di dalam menu tak ada sajian itu. Tapi, demi kepuasan penumpang, ia harus tetap membuatkannya. “Saya tetap buatkan meski dengan peralatan yang seadanya dan bahan-bahan yang seadanya juga,” tuturnya.

Keberadaan Ade di dalam maskapai pembawa bendera (flag carrier) Indonesia itu memang untuk memanjakan penumpang. Maklum, biasanya para penumpang kerap merasa kurang berselera menyantap makanan di dalam pesawat.

Chef udara © 2016 brilio.net

foto: brilio.net/syifa fauziah.

Bisa dimaklumi sih. Hal itu disebabkan adanya tekanan udara dalam kabin dan guncangan yang membuat para penumpang tidak nafsu makan dan terasa mual. Maka tak heran jika pihak maskapai menawarkan menu istimewa yang siap dipesan.

Sebenarnya, 70% makanan yang ada di pesawat telah di masak di darat. Jadi saat di pesawat, chef hanya tinggal memanaskannya saja. Tapi, nggak jarang Ade memasak langsung di pesawat ketika ada pesanan dari penumpang.

“Ada yang kita masak di pesawat tapi sebagian besar, di darat. Masaknya pre cook jadi di atas pesawat tinggal kita panasin dan plating agar terlihat menarik,” ujarnya.

Menyajikan menu makanan di udara juga ada tantangannya lho. Ade harus membuat sajian semenarik mungkin agar bisa menggugah selera dan menarik di mata penumpang.