Brilio.net - Nama mendiang Mayjen TNI (Purn) H Andi Mattalatta mungkin di mata anak muda saat ini tidak terlalu popular. Padahal sosok pria berdarah Bugis ini adalah salah satu tokoh pejuang kemerdekaan, sekaligus tokoh olahraga nasional yang disegani. Tak heran jika namanya disematkan pada nama stadion kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) yang dulu bernama Stadion Mattoanging Makassar yang digagasnya.

Pria yang dilahirkan di Jampue-Kabupaten Barru, Sulsel, 1 September 1920 ini punya peran penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Ia adalah sosok paling berjasa yang merintis lahirnya Tentara Republik Indonesia (TRI) di Sulsel. Ia juga berperan penting dan aktif dalam barisan pejuang kemerdekaan Indonesia di Pulau Jawa.

Meski terlahir sebagai anak bangsawan, namun gaya hidupnya tetap bersahaja. Ayahnya bernama Pawiseang Daeng Ngerang Arung Mangempang Petta Pandegara, Raja Barru XVII merangkap Komandan Pasukan Kerajaan Barru. Sementara ibunya, Majjajareng Daeng Kanang Petta Indo Datu Salonro, adalah putri dari Padduppa Datu Salonro Arung Ujung, Soppeng.

Andi Mattalatta adalah bangsawan yang berjuang untuk rakyat terjajah. Dia anak Raja Bugis yang rendah hati dan merakyat. Di dunia olahraga, pejuang yang wafat pada 26 Oktober 2004 di Makassar ini juga menorehkan sejarah panjang.

Nah untuk mengenang jasa Andi Matalatta, pada 1 September 2020 akan digelar bincang sejarah secara virtual bertajuk “1 Abad Mengenang Mayjen TNI (Purn) Andi Mattalatta” yang akan menampilkan sederet pembicara ternama seperti Ilmuan Militer dan Politik, Prof Dr Salim Said, Pemerhati Iptek dan Hak Asasi Perempuan, Sjamsiah Achmad, serta Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Dr KH Nasaruddin Umar. Bahkan hari ini dilakukan peresmian dan peluncuran patung Andi Mattalatta di Anjungan Losari Makassar.

Sebagai gambaran mengenai sosok pejuang pemberani ini, berikut 9 fakta Andi Matalatta yang punya segudang jejak kisah unik dan menarik yang mewarnai perjalanan hidupnya yang jarang diketahui.

1. Sosok multitalenta dan atlet serbabisa

Selalu giat berlatih olahraga di manapun

Andi Matalatta dikenal sebagai sosok multitalenta dan atlet serbabisa karena menguasai ilmu bela diri mulai dari silat, kuntao, jujitsu, karate, dan tinju sekaligus. Tak hanya itu, dia juga mahir atraksi berkuda dan menembak. Dia sangat terlatih dalam cabang atletik, lari, lompat indah, senam, dan renang. Ayah mendiang penyanyi era 1980-an Andi Meriem Matalatta ini juga gemar olahraga dirgantara, seperti terbang layang dan layang gantung.

Dia juga menorehkan sederet prestasi olahraga perairan, ski air, jumping boat, dan jet ski. Bapak pencetus lahirnya olahraga ski air di Indonesia ini tercatat sebagai orang Asia pertama dan satu-satunya yang masuk “Hall of Fame” dari International Waterski & Wakeboard Federation (IWWF) pada 2013. Luar biasa!

2. Menggebrak meja Presiden Soekarno

Andi Mattalatta menjadi salah satu anak muda kebanggaan Presiden Soekarno

Andi Mattalatta adalah satu-satunya pemuda pejuang yang berani menggebrak meja Presiden Soekarno di Istana Kepresidenan Yogyakarta, 26 Januari 1946. Saat itu dia datang ke istana bersama rombongan pembawa petisi raja-raja Sulsel. Peristiwa itu terjadi secara spontan dan tanpa sadar dilakukan Andi Mattalatta ketika Presiden Soekarno bertanya soal keseriusan para raja-raja dan pemuda Sulsel yang menyatakan diri siap merdeka dan mau bergabung dalam negara Republik Indonesia.

Apakah raja-raja, pemuda dan rakyat Sulawesi Selatan sudah matang untuk merdeka?” tanya presiden.

“Kami tidak akan berada di sini, kalau belum siap untuk merdeka!” jawab Andi Mattalatta bersemangat, sambil tak sadar menggebrak meja di depan presiden.

Saya tidak marah. Saya senang melihat keberanianmu. Saya teringat waktu datang ke Makassar, pada bulan Mei 1945. Dalam pidato, saya mengajak seluruh masyarakat dan pemuda Sulawesi Selatan, untuk bersatu merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika itu saya kembali ‘menantang’ para pemuda: Saya tidak perlukan satu juta pemuda. Saya tidak perlukan seribu pemuda. Saya hanya perlukan seratus pemuda yang berjiwa banteng, dan saya akan berikan bangsa Indonesia kehidupan yang layak. Dari 100 pemuda yang saya perlukan itu, salah satunya adalah kamu,” ucap Presiden Soekarno.

3. Penerima mandat penting Panglima Besar Jenderal Soedirman

Andi Matalatta memberikan arahan kepada anak buahnya

Setelah peristiwa gebrak meja, Presiden Soekarno memerintahkan Andi Matalatta menghadap Panglima Soedirman, untuk menerima petunjuk dan pengarahan. Setelah itu Andi Matalatta pamit meninggalakan istana. Selanjutnya dia mempersiapkan diri menghadap Pangliima Soedirman. Panglima Besar Jenderal Soedirman juga mengakui ke tangguhannya. Dari tangan Panglima Soedirman dia menerima mandat untuk membentuk tentara Indonesia di Sulawesi.

Segala perintah dan penugasan pentingnya, tercatat dalam buku memoar setebal 644 halaman berjudul Meniti Siri dan Harga Diri. Memoar itu ditulis sendiri oleh Andi Mattalatta di usia 80 tahun. Dia menuliskan kisah sejarah semasa hidupnya dengan baik.

4. Perintis lahirnya Tentara Republik Indonesia (TRI) di Sulsel

Andi Matalatta menjadi sosok penting lahirnya TRI di Sulsel

Menurut sejarawan militer dan ilmuan politik Indonesia, Prof Dr Salim Haji Said, Andi Mattalatta adalah pelopor lahirnya tentara Indonesia di Sulawesi Selatan sekaligus panglima pertama Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST).

“Tidak sedikit peran dan jasanya bagi bangsa ini. Sangat layak dirinya dianugerahi pahlawan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia,” urai Salim Said dalam serangkaian forum seminar dan diskusi di Makassar dan Jakarta.

Beberapa tahun setelah Andi Mattalatta wafat, Salim Said, sering melontarkan imbauan ke pemerintah daerah, khususnya Kota Makassar dan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan, untuk membuat patung Andi Mattalatta dan memberi nama Jalan Andi Mattalatta di salah satu jalan raya dari kedua kota tersebut.

2 dari 3 halaman

5. Dibanggakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Andi Mattalatta adalah sosok yang selalu tak rela melihat derita rakyat di negerinya direndahkan sebagai kaum inlander. Jiwanya sering berontak terhadap segala sikap diskriminatif dan penindasan oleh pasukan KNIL Belanda. Saat waktunya tiba, Andi Mattalatta menjadi komandan pejuang Sulawesi Selatan yang paling dicari Belanda. Dia selalu bikin para meneer Belanda beserta pasukannya susah tidur.

Sikapnya yang gagah berani semasa era revolusi kemerdekaan membuat Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sahabatnya itu mengagumi sederet aksinya. Sultan Yogyakarta itu sering mengajak bercurah pikir dan meminta pendapatnya di masa perjuangan.

6. Komandan tempur di banyak palagan

Andi Matalatta selalu menjadi komandan di banyak pertempuran

Andi Matalatta juga dikenal sebagai komandan di banyak pertempuran baik di masa sebelum maupun sesudah revolusi kemerdekaan. Banyak cara dilakukan Andi Matalatta untuk mengelabui musuh. Salah satunya pada tahun 1947 saat ia berusia 27 tahun namun sudah menyandang jabatan perwira. Ia pernah menyamar sebagai tukang becak di Surabaya untuk menuju Jogja dari Kota Pahlawan itu. Setelah melewati banyaknya pos dengan penjagaan ketat, Andi Mattalatta berhasil memasuki Kota Jogja sebelum bertemu Panglima Besar Jenderal Soedirman.

Begitu panjang dan berkelok jalan perjuangan Andi Mattalatta, dalam melawan penjajah dan membasmi pemberontak, termasuk sejumlah pemberontakan di Indonesia Timur. Nama Andi Mattalatta disegani para tantara pejuang kemerdekaan seantero Nusantara, karena pemberani, merakyat, dan mencintai pasukannya melebihi cintanya pada diri sendiri.  Semua itu dia lakukan demi kemerdekaan dan keutuhan bangsanya.

7. Menjadikan tentara dan menikahkan Jenderal M Jusuf

Bersama Jenderal M Jusuf

Andi Mattalatta juga merupakan orang yang punya peran penting pada karier militer seorang pemuda tanah Bugis bernama Andi Mo’mang yang tiba di Jogja pada 11 April 1946 setelah berlayar dari Makassar dan transit di Pelabuhan Tegal. Tujuannya mencari barang dagangan apa saja di pulau Jawa, untuk dijual ke Singapura dan Filipina. Hasil penjualan itu untuk membeli senjata untuk disalurkan kepada pasukan di Sulawesi.

Andi Mo’mang pernah meminta kepada Andi Mattalatta untuk diterima menjadi ‘tentara resmi’, namun ditolak. Kemudian Andi Mo’mang menemui Kahar Muzakkar dan meminta bantuan untuk meyakinkan Andi Mattalatta. Andi Mo’mang pun diterima menjadi ‘tentara resmi’ dengan pangkat kapten.

Saat melakukan pelayaran Probolinggo menuju Sulawesi pada 2 Mei 1946, Andi Mo’mang ditangkap patrol Belanda. Ia dibawa ke penjara Kalisosok, Surabaya, sebagai tawanan perang. Ia dipenjara selama dua tahun. Bebas dari Kalisosok, Andi Mo’mang kehilangan semangat hidup. Kurang bergairah. Kahar Muzakkar lalu mengusulkan kepada Andi Mattalatta, agar menikahkan Andi Mo’mang dengan Maisaroh, putri Ibu Hilal, penasihat Presiden Soekarno.

Andi Mo’mang adalah adik kandung Petta Gappa, anggota Adat Tinggi Sulawesi Selatan. Andi Mo’mang adalah nama lain dari seorang tokoh petinggi tentara. Bahkan pernah menjabat panglima TNI di era Presiden Soeharto. Namanya kemudian berganti dan lebih populer disapa Jenderal M Jusuf. 

3 dari 3 halaman

8. Menyelematkan Bu Nas

Johanna Sunarti Nasution

Pada Januari 1949, Andi Matalatta merupakan sosok yang punya andil menyelamatkan Johanna Sunarti Nasution, istri AH Nasution yang kala itu berpangkat kolonel. Johanna yang berperawakan putih ditangkap bersama seorang lelaki yang mengaku ipar AH Nasuiton. Mereka dikira mata-mata dan hendak dibunuh. Saat diinterogasi ia mengaku isteri Kolonel TNI AH Nasution, Panglima Markas  Besar Komando Djawa (MBKD). 

Mendengar kejadian itu, Andi Mattalatta segera menulis memo kapada Kapten Alief. Isinya meminta pembebasan tahanan yang mengaku isteri Kolonel Nasution bersama seorang lelaki yang mengaku ipar Nasution itu. Andi Mattalatta menjamin dan menanggung segala resikonya. Dia menandatangani memo sebagai Komandan Resimen Hasanuddin. Akhirnya Nyonya Nasution bersama adiknya dibebaskan.

9. Pencetus dan penanggung jawab PON IV di Makassar

Beragam prestasi yang pernah diraih Andi Matalatta

Andi Mattalatta tantara pejuang dan pecinta olahraga. Dialah pemrakarsa penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) IV di Makassar pada 1957. Tujuan Andi Mattalatta menggelar PON di Makassar, selain cinta olahraga, karena ingin menjalankan taktik uitholling (penggalian). Uitholling adalah taktik untuk menarik kembali para gerilyawan yang masuk ke hutan bersama Kahar Muzakkar ketika itu. Dengan uitholling, pemuda-pemuda yang masuk ke hutan mengangkat senjata untuk memberontak, terpanggil kembali ke jalan yang benar melalui olahraga.

Ia juga sebagai penggagas didirikannya Stadion Mattoanging. stadion kebanggaan masyarakat Sulsel. Pembangunan stadion dan fasilitas nya pun dikebut, untuk perhelatan PON IV di Makassar. Awalnya pemerintah pusat menolak PON IV digelar di Makassar karena selain belum ada fasilitas memadai, juga faktor keamanan yang dianggap tidak memungkinkan.

Tapi karena desakan permintaan dan jaminan dari Andi Matralatta kepada Sri Sultan Hamengkubuono IX selaku Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI), akhirnya direstui. PON IV pun berhasil dan sukses terselenggara di Makassar.