Pete Hegseth mendadak menjadi sorotan publik setelah insiden di sidang konfirmasi Senat pada Selasa (14/1). Dalam momen ini, calon Menteri Pertahanan Amerika Serikat pilihan Presiden Donald Trump ini gagal menjawab pertanyaan tentang Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Senator Tammy Duckworth menguji pemahaman Hegseth tentang isu strategis kawasan Indo-Pasifik, dan ketidaktahuannya menjadi sorotan.

ASEAN, yang terdiri dari 10 negara termasuk Indonesia, telah menjadi mitra strategis Amerika Serikat sejak 2022. Senator Duckworth menegaskan bahwa ketidaktahuan Hegseth menunjukkan perlunya persiapan yang lebih matang sebelum menghadapi tantangan global yang kompleks.

Kejadian ini menimbulkan perdebatan luas tentang kelayakan Hegseth untuk menduduki posisi penting di pemerintahan, terutama dengan peran strategis ASEAN dalam menyeimbangkan pengaruh Tiongkok di kawasan. Mari kita telusuri perjalanan karier dan kontroversi yang melingkupi sosok Pete Hegseth.

Latar belakangpendidikan Pete Hegseth

Pete Hegseth lahir pada 6 Juni 1980 di Minneapolis, Minnesota. Ia menghabiskan masa kecilnya di Forest Lake, Minnesota, di mana ia dikenal sebagai siswa aktif yang menonjol di olahraga basket dan sepak bola. Setelah lulus dari Forest Lake Area High School, Hegseth melanjutkan pendidikannya ke Princeton University dan memperoleh gelar sarjana di bidang politik pada 2003.

Saat di Princeton, Hegseth menulis tesis tentang retorika kepresidenan selama Perang Dingin, menunjukkan minatnya pada isu-isu global sejak dini. Karier akademiknya tidak berhenti di situ; pada 2013, ia meraih gelar Master of Public Policy dari John F. Kennedy School of Government, Harvard University. Pendidikan yang ia tempuh memberikan landasan teoretis yang kuat untuk karier militernya kelak.

Karier militer dan aktivisme sipil

Hegseth memulai karier militernya sebagai perwira infanteri di Garda Nasional Minnesota pada 2003. Ia terlibat dalam misi di Guantanamo Bay, Irak, dan Afghanistan, di mana ia menerima penghargaan Bronze Star dan Army Commendation Medal atas dedikasinya. Pengalamannya di medan perang membentuk pandangannya terhadap isu pertahanan dan kebijakan militer.

Di luar militer, Hegseth aktif di berbagai organisasi veteran, seperti Vets for Freedom dan Concerned Veterans for America. Perannya sebagai direktur eksekutif di kedua organisasi tersebut sering kali mendapat sorotan, baik positif maupun negatif, terutama terkait pengelolaan keuangan dan pandangan politik konservatifnya.

Kontroversi dan kritik

Meski memiliki pengalaman luas, karier Hegseth tidak lepas dari kontroversi. Salah satu isu terbesar adalah tuduhan pelecehan seksual pada 2017, yang meski tidak berujung pada dakwaan hukum, tetap meninggalkan noda dalam reputasinya. Selain itu, pengelolaan keuangan di organisasi veteran yang ia pimpin juga sering dipertanyakan.

Di ranah publik, Hegseth dikenal sebagai komentator konservatif di Fox News. Ia sering kali melontarkan opini kontroversial tentang Islam, perubahan sosial, dan kebijakan luar negeri. Dalam bukunya yang berjudul American Crusade, ia menyerukan "perang salib" untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional Amerika.

Sidang konfirmasi yang memalukan

Pada sidang konfirmasi Senat, Hegseth diuji oleh Senator Tammy Duckworth tentang pemahamannya terhadap ASEAN. Ketika diminta untuk menyebutkan satu negara anggota ASEAN, Hegseth menyebut Jepang, Korea Selatan, dan Australia, yang sebenarnya bukan anggota ASEAN.

Insiden ini mengundang kritik tajam. Senator Demokrat menyebut bahwa seorang calon Menteri Pertahanan seharusnya memiliki pemahaman mendalam tentang mitra strategis AS di kawasan Indo-Pasifik. ASEAN sendiri memainkan peran penting dalam menangkal pengaruh Tiongkok di Laut Cina Selatan, menjadikannya aktor kunci dalam geopolitik regional.

Mengapa ASEAN penting bagi AS?

ASEAN, yang didirikan pada 1967, merupakan blok ekonomi dan politik yang terdiri dari 10 negara anggota. Dengan populasi lebih dari 650 juta orang dan PDB kolektif lebih dari 3 triliun dolar AS, ASEAN adalah mitra strategis Amerika Serikat dalam menciptakan kawasan yang aman dan sejahtera.

Sejak 2022, AS menjadi mitra strategis komprehensif ASEAN, status yang sebelumnya hanya diberikan kepada Tiongkok. Kemitraan ini mencakup kerjasama perdagangan, keamanan, dan diplomasi. Beberapa negara ASEAN, seperti Filipina dan Thailand, memiliki perjanjian pertahanan langsung dengan AS, sementara negara lain seperti Indonesia memainkan peran kunci dalam stabilitas kawasan.