Brilio.net - Merebaknya pandemi Covid-19 sejak dua tahun terakhir, berdampak pada berbagai sektor. Salah satunya adalah pariwisata. Sebab, masyarakat dilarang melakukan aktivitas di luar rumah demi memutus rantai penyebaran Covid-19. Hal itu membuat masyarakat di daerah yang hidupnya bergantung pada pariwisata ikut terdampak secara ekonomi.

Namun, seiring berjalannya waktu, pemerintah mulai melonggarkan aturan aktivitas masyarakat. Hal itu terlihat sejak setahun terakhir masyarakat sudah mulai bisa melakukan aktivitas, namun tetap harus menaati protokol kesehatan. Banyak juga masyarakat yang sudah menjalankan liburan ke beberapa destinasi wisata mulai dari Bali, Labuan Bajo, Lombok, Yogyakarta, dan masih banyak lagi.

Pemerintah, khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), terus berupaya untuk kembali memulihkan pariwisata di Indonesia, terutama Bali. Bahkan, beberapa hari yang lalu sudah ada perjalanan wisatawan mancanegara (wisman) dari Jepang untuk menikmati liburan di Bali. Mereka tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali menggunakan penerbangan inagurasi Garuda Indonesia.

Pembukaan border internasional ini tentu saja mendapat banyak pro dan kontra. Sebab, hal itu berlangsung saat kasus Covid-19 kembali naik.

Deputi Bidang Pemasaran, Kemenparekraf Nia Niscaya menjelaskan, sebenarnya penerbangan internasional sudah dibuka sejak Oktober 2021, namun baru terealisasi pada Februari 2022. Mengingat hal tersebut beriringan dengan kasus Covid-19 varian omicron, pihaknya pun terus berupaya untuk mengedepankan prinsip kehati-hatian.

"Kita buka border internasional dengan berbagai pertimbangan, kehati-hatian, dan dengan protokol kesehatan yang ketat. Kita kerjasama juga dengan para satgas yang akan bertugas untuk menjaga hotel-hotel tempat para wisman karantina dengan sangat ketat," ujar Nia kepada media dalam acara Weekly Press Media Briefing yang digelar secara virtual, Senin (7/2).

Nia menjelaskan, pihaknya juga membuat program baru yakni warm vacation. Program tersebut dibuat khusus untuk wisman atau Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang datang ke Bali.

"Jadi memang berbeda dengan karantina pada umumnya. Kita memberi banyak fasilitas untuk wisman yang ikut program ini," tambah Nia.

Lantas seperti apa ya program warm of vacation tersebut? Berikut ulasannya.

1. Karantina yang berbeda

Program warm of vacation ©

foto: Kemenparekraf

Wisman yang mengikuti program ini nantinya bisa langsung datang ke Indonesia melalui penerbangan langsung ke Bali. Program ini sebagai bentuk inovasi agar wisman tetap bisa melakukan aktivitas di dalam hotel dengan sistem bubble.

"Pengelola hotel akan menyiapkan area bubble untuk mereka tetap bisa berenang, bertemu dengan sesama wisatawan yang mendarat berbarengan, hingga bermain di pantai," jelas Nia.

2. Tujuan program ini

Program warm of vacation ©

foto: Kemenparekraf

Nia menjelaskan program warm up vacation ini bertujuan agar PPLN tidak merasa menjalani karantina di Bali. Namun lebih merasa sedang menjalani pemanasan untuk persiapan liburannya di Bali.

"Pastinya dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penyebaran Covid-19," ucap Nia.

Nia mengatakan PPLN yang datang dari Jepang ke Indonesia merupakan travel agent, sehingga sekma yang digunakan pada program ini adalah fam trip yang bertujuan untuk membangun kepercayaan pasar internasional.

3. Hotel yang mengikuti program warm of vacation

Program warm of vacation ©

foto: Kemenparekraf

Hingga saat ini sudah ada 66 hotel yang sudah diverifikasi bersama dengan GIPI Bali, PHRI serta Satgas Covid-19. Namun dari 66 hotel tersebut, baru lima hotel yang siap dengan warm up vacation. Hotel-hotel tersebut adalah Grand Hyatt Bali (Nusa Dua), Westin Resort (Nusa Dua), Griya Santrian (Sanur), Viceroy (Ubud), dan Royal Tulip (Jimbaran).

"Syarat hotel yang bisa ikut program ini pastinya harus punya dedicated area biar para PPLN tetap bisa keluar kamar. Lalu karyawannya juga harus diinapkan di hotel tersebut agar hanya bertemu orang-orang disitu. Itu cara untuk menekan penyebaran Covid-19," tutur Nia.

4. Alasan memilih Bali dilakukan program warm of vacation

Program warm of vacation ©

foto: Kemenparekraf

Dipilihnya Bali sebagai program warm of vacation karena angka vaksinasinya yang terbilang tinggi. Untuk vaksinasi dosis pertama sudah mencapai 114,62 persen, kemudian vaksinasi dosis kedua sudah 102,40 persen. Sementara, untuk vaksinasi booster baru berkisar 8,38 persen.

Selain itu, terdapat 2.212 usaha pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali yang sudah tersertifikasi CHSE dalam payung Indonesia Care, sehingga dapat dipastikan kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan sudah dalam kondisi optimal dan siap memberikan pelayanan kepada wisatawan.

"Pada intinya kami berusaha menjaga destinasi Indonesia khususnya Bali supaya tetap menjadi inspirasi bagi wisatawan, sehingga ketika keadaan memungkinkan, kita sudah siap dan Indonesia tetap menjadi top of mind dari wisatawan mancanegara," ucapnya.

5. Skema warm up vacation

Program warm of vacation ©

foto: Kemenparekraf

Semua wisman yang akan berlibur ke Bali bisa mengikuti program ini, caranya dengan melakukan tes PCR saat datang di bandara. Kemudian setelah melewati imigrasi, mereka diantar ke hotel yang mereka pilih sebelumnya. Mereka akan menunggu di kamar hotel hingga tes PCR keluar. Bila hasilnya negatif, mereka bisa beraktivitas biasa namun masih dalam wilayah bubble hotel yang telah ditentukan. Bila masa warm up vacation selesai, mereka sudah bisa berlibur seperti wisatawan umumnya di Bali.

Harga paket paketnya beragam tergantung fasilitas yang ditawarkan hotel. Harga mulai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta untuk paket 5 hari 4 malam.