Brilio.net - Jenazah Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril dimakamkan di Islamic Center Baitul Ridwan, Cimaung, Bandung pada Senin (13/6). Jenazah Eril sampai di Indonesia pada Minggu (12/6) dan disalatkan di Gedung Negara Pakuan, Kota Bandung. Proses pemakaman Eril berlangsung tertutup dan hanya dihadiri keluarga inti dan kerabat.

Usai prosesi pemakaman, Ridwan Kamil memberikan pidato singkat di samping makam putra sulungnya. Momen ini sekaligus menjadi pengesahan nama masjid yang akan dibangun di area pemakaman Eril. Dalam pembukaannya, Ridwan Kamil menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat untuk turut mendoakan Eril.

Ia turut menyampaikan kepada semua pihak yang masih memiliki urusan duniawi dengan Eril untuk segera menghubungi keluarganya agar almarhum dapat menyelesaikan tanggung jawab di dunianya dengan sempurna.

"Selama 14 hari Allah memberikan waktu kepada kita untuk bertafakur, selama 14 hari Allah memberikan petunjuk kepada kita untuk mengambil pelajaran dari apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita doakan. Eril diiringi oleh jutaan doa yang tidak hanya keluarga, berkat bekal yang Eril sudah lakukan, yaitu kebaikan-kebaikan," tutur Ridwan Kamil, dikutip brilio.net pada Senin (13/6).

Ridwan Kamil menyampaikan pesan-pesan rasa kasih dan hikmah dari kepergian Eril. Tampak ia berdiri di samping makam putranya. Ia mengenang pencarian 14 hari saat mencari putranya tersebut. Ada banyak kesulitan hingga pelajaran yang didapatkan.

Ridwan Kamil di pemakaman Eril © berbagai sumber

foto: YouTube/Humas Jabar

"Izinkan saya menyampaikan sepenggal rasa cinta siapa itu Eril dan apa hikmah dari kepergian Eril. 14 Hari bisa terasa pendek dalam hidup rutin sehari-hari. Tapi 14 hari ini menjadi begitu panjang dalam kehidupan kami. Kami bertanya-tanya, mengapa harus hidup tidak terlalu lama mengharu biru. Tapi, waktu adalah rahasia Allah yang muskil dipecahkan apalagi menyangkut tentang kelahiran dan kematian. Waktu adalah relatif, begitulah kata orang-orang yang arif. Akhirnya kami menerimanya dengan hati yang lapang. Sebab kami bisa menemukan banyak sekali petunjuk yang terang. Dalam rentang 14 hari yang sejujurnya sangat melelahkan, namun kami mendapatkan banyak pelajaran dan menerima kearifan," sambung Ridwan Kamil.

Semasa hidup, Eril merupakan sosok yang bermanfaat bagi masyarakat. Tak heran, sosoknya menjadi manusia yang dicintai oleh banyak orang. Ridwan Kamil mengaku belajar kehidupan dari putra sulungnya tersebut.

"Tentang hidup Eril yang secara kasat mata rasanya terlalu singkat. Tapi setelah dicermati ternyata kehidupannya sangat padat dan penuh manfaat. 23 Tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya-karya yang besar. Namun, terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar. Kami belajar tentang hidup yang tidak semata terdiri dari lamanya hari, tapi tentang hela napas yang dipakai berbuat baik walau kecil dalam sehari-hari," ucap Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil di pemakaman Eril © berbagai sumber

foto: YouTube/Humas Jabar

Lebih lanjut, Ridwan Kamil menyampaikan rasa ikhlas keluarga atas kepergian Eril. Meski berat, keluarga telah menyiapkan hati untuk melepas kepergian Eril dan tak melihat jasadnya untuk terakhir kali.

"Kami mengikhlaskan Eril pergi, karena kami menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amal-amalnya untuk menutupi kemungkinan bertambahnya kekhilafannya. Mungkin akan berat, mungkin kami akan menyiapkan hati kalau kami tidak akan pernah melihat jasadnya untuk terakhir kali. Bukankah Eril lahir di New York yang berada jauh di seberang. Mengapa tidak jika ia wafat di Swiss yang juga jauhnya tidak berbilang? Bukankah tiap sejengkal tanah adalah milik Allah yang menentukan segala pergi dan pulang. Luncuran doa yang dipanjatkan seluruh negeri adalah limpahan pertanda yang lebih dari cukup bagi kami untuk yakin, barangkali Allah yang menghendaki agar kepulangannya disambut baik oleh langit dan bumi," imbuh Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil dan keluarga telah melewati banyak hal atas kepergian Eril. Namun, mereka bersyukur karena diperlihatkan tanda kekuasaan Tuhan yang memberi pelajaran bagi yang beriman. Di akhir pidato, Ridwan Kamil menyampaikan rasa syukurnya telah dianugerahi seorang putra seperti Eril.

"Kematian Eril merupakan kehilangan yang sungguh dahsyat. Dalam momentum waktu yang nyaris sejajar, kami rasakan kehilangan yang paling besar. Namun seketika itu juga kami merasa dilimpahi kasih yang akbar. Terakhir, kami sangat bersyukur dianugerahi seorang putra yang dalam hidupnya dan dalam pulangnya masih mendatangkan cinta pada kami sang orang tua," pungkas Ridwan Kamil.

Di akhir, Ridwan Kamil mengumumkan nama masjid yang akan segera dibangun. Nama Masjid Al-Mumtadz yang akan segera didirikan tersebut memiliki makna "yang terbaik".