Pernikahan megah antara Jeff Bezos dan Lauren Sanchez di Venesia telah menjadi sorotan publik, bukan hanya karena kemewahan yang ditampilkan, tetapi juga karena gelombang protes yang mengikutinya. Acara yang berlangsung selama tiga hari dan menghabiskan biaya sekitar USD 55 juta, atau sekitar Rp 895 miliar, diklaim dapat meningkatkan omzet pariwisata kota hingga 68%. Namun, banyak warga setempat yang merasa keberatan dengan perayaan tersebut.
Setelah pernikahan yang berlangsung pada hari Jumat, keesokan harinya, ratusan warga Venesia turun ke jalan untuk menggelar unjuk rasa. Mereka membawa pesan yang tegas kepada pendiri Amazon dan istrinya untuk meninggalkan kota mereka. "Bezos, enyahlah! Keluarlah dari laguna kami!" teriak para demonstran dalam bahasa Italia, seperti yang dilaporkan oleh CNN.
Alih-alih menjadi simbol kemajuan ekonomi, pernikahan ini justru dianggap sebagai pamer kekayaan yang mengabaikan realitas sosial yang ada. Para demonstran menyatakan bahwa kota mereka sedang "disalahgunakan" oleh kekuatan uang dan citra, dan bukan dihormati sebagai warisan dunia yang rapuh dan sensitif.
Banyak warga melihat ironi dalam pesta tersebut. Di saat sebagian besar pekerja Amazon yang ikut berdemo mengaku kesulitan membayar sewa dan harus menempuh perjalanan jauh untuk bekerja, bos besar perusahaan itu justru menggelar pesta mewah di kota yang sedang berjuang menghadapi krisis pariwisata massal dan perubahan iklim.
Protes ini juga menyentuh aspek politik. Seorang perempuan berteriak melalui mikrofon di dekat stasiun, mengecam hubungan Bezos dengan Presiden AS Donald Trump yang dianggap memprioritaskan belanja militer. "Kami mendukung perdamaian!" serunya, disambut tepuk tangan dari kerumunan.
Dalam aksi tersebut, beragam bendera berkibar di tengah kerumunan: bendera Palestina, bendera pelangi sebagai simbol kebanggaan LGBTQ+, bendera anti-fasis, dan bendera merah khas Venesia. Beberapa demonstran bahkan mengibarkan bendera yang dimodifikasi menampilkan singa emas Venesia yang membawa pedang sambil mengenakan balaclava hitam sebagai bentuk perlawanan simbolik terhadap kekuatan modal.
Etika Publik
Kritik terhadap konsentrasi kekayaan bukanlah hal baru. Namun, pernikahan ini menunjukkan wajah kapitalisme global yang semakin kontras ketika kota-kota bersejarah menjadi panggung pribadi orang kaya, sementara warganya hanya bisa menyaksikan dari luar pagar. Meskipun Bezos mungkin tidak melanggar hukum, pertanyaan mendasarnya adalah, "Apakah ia melanggar etika publik?" Di tengah ketimpangan yang menganga, pesta glamor seperti ini tampak seperti lelucon mahal yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang, sementara banyak pihak lainnya harus menanggung beban baik secara ekonomi maupun moral.
Aksi protes di Venesia tidak hanya menolak individu, tetapi juga mencerminkan keresahan publik global tentang bagaimana uang dan kekuasaan dapat menguasai ruang publik, merusak harmoni sosial, dan mendistorsi nilai-nilai bersama.
































