Brilio.net - Mutasi virus corona Covid-19 semakin cepat. Belum usai perjuangan menangani varian delta dari SARS-CoV-2, saat ini varian tersebut telah bermutasi dengan bentuk varian delta plus atau AY.1.

Dilansir dari akun Twitter Asian News International @ANI, Rabu (23/6), Dr VK Paul dari NITI Aayog, menjelaskan varian ini delta plus ini memainkan peran utama dalam gelombang ke-2. Mutasi varian delta plus telah dikirimkan ke sistem data global. Telah terlihat di Eropa dan dibawa ke India pada 13 Juni.

 

 fakta varian delta plus di india © 2021 pixabay

foto: Pixabay.com

Mint melaporkan sejauh ini di India sudah ditemukan 22 kasus, dengan 16 kasus ditemukan di Ratnagiri dan Jalgoan. Sayangnya belum diketahui mengapa infeksi varian delta plus ditemukan di kota besar.

Nah, berikut ini fakta-fakta tentang virus corona varian delta plus, dikutip dari berbagai sumber, Rabu (23/6).

1. Pertama kali ditemukan di India.

Dilansir dari bbc.com, pihak Kementerian Kesehatan India, mengatakan varian delta plus pertama kali ditemukan di India pada April. Telah terdeteksi di sekitar 40 sampel dari enam distrik di tiga bagian, yakni Maharashtra, Kerala, dan Madhya Pradesh. Setidaknya 16 dari sampel ditemukan di Maharashtra, salah satu negara bagian yang paling parah dilanda pandemi.

2. Lebih cepat menular.

Varian ini disebut 35-60 persen lebih cepat menular daripada varian alfa yang pertama kali ditemukan di Inggris. "Ada spekulasi bahwa mutan (varian delta plus) ini 35-60 persen lebih menular dibandingkan varian alfa. Varian itu berpotensi menular," jelas Dr Subhradip Karmakar, dari Departemen Biokimia-AIIMS.

3. Varian delta plus sudah ada sejak Maret.

Anggota NITI Aayog, Dr VK Paul, mengatakan bahwa varian delta plus sebenarnya sudah ada sejak Maret lalu. Namun, saat itu varian tersebut belum terlalu mengkhawatirkan.

"Sudah terlihat di Eropa sejak Maret dan dibawa ke domain publik dua hari lalu pada 13 Juni. Varian delta memainkan peran utama dalam pandemi. Delta plus adalah varian yang menarik, tetapi bukan varian yang menjadi perhatian," kata Dr Vinod Paul, anggota NITI Aayog dan Ketua National Expert Group on Vaccine Administration for Covid-19, yang dilansir dari livemint.com.

4. Karakteristik dari varian delta plus.

Melansir dari livemint.com, pihak Kementerian Kesehatan India menyebutkan karakteristik dari varian delta plus, di antaranya, peningkatan transmisibilitas, peningkatan yang lebih kuat ke reseptor sel paru-paru, dan potensi pengurangan respons antibodi monoklonal.

"INSACOG telah mengonfirmasikan bahwa varina delta plus, yang saat ini menjadi Varian of Interest (VOI), memiliki karakteristik sebagai berikut: Peningkatan transmisi, peningkatan lebih kuat pada reseptor sel paru-paru, dan potensi pengurangan respon antibodal monoklonal," jelas pejabat di Kementerian Kesehatan India.

5. Menyebar di sejumlah negara.

Menurut Public Health England (PHE), sejauh ini terdapat 63 genom B.1.617.2 dengan mutasi K417N yang telah teridentifikasi sejauh ini oleh GISAID. Enam di antaranya berasal dari India. Sementara, di Inggris tercatat ada 36 kasus delta plus.

Angka tersebut menyumbang enam persen kasus di AS. Dua kasus di Inggris lebih ari 14 hari setelah program vaksinasi dosis kedua.

Menteri Kesehatan, Rajesh Bhushan melaporkan beberapa negara sudah melaporkan keberadaan delta plus, di antaranya Kanada, Jerman, Rusia, Nepal, Swiss, Polandia, Portugal, Jepang, dan Amerika Serikat.

6. Indikasi keparahan belum diketahui.

Anurag Agrawal, Direktur Institut CSIR-Genomics and Integrative Biology (IGIB) Delhi, meminta agar masyarakat tidak panik terhadap mutasi delta plus. Sebab, laporan mengenai varian ini masih sedikit. Indikasi terkait keparahan strain ini juga belum diketahui.

Agrawal menyarankan pengujian plasma darah kepada orang yang telah divaksinasi, untuk melihat ketahanan terhadap varian ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi penuruan efektivitas vaksin yang signifikan.

7. Belum ada kejelasan apakah delta plus kebal terhadap vaksin atau tidak.

Melansir dari India Today, Menteri Kesehatan Rajesh Bhushan mengatakan, "Di india, dua vaksin Covishield dan Covaxin, efektif melawan varian delta. Kami akan segera membagikan efek dari berbagai vaksin pada varian delta, titer antibodi," ujarnya.

Namun di sisi lain, para ahli kesehatan dan virologi telah mengisyaratkan bahwa varian delta plus dapat kebal terhadap vaksin. Dr Rommel Tickoo, direktur penyakit dalam Max Healthcare mengatakan pengobatan antibodi monoklonal yang digunakan melawan covid-19 mungkin tidak bekerja untuk varian delta plus.

"Sesuai data yang tersedia di domain publik, antibodi monoklonal mungkin tidak efektif terhadap varian Delta Plus. Tetapi kami membutuhkan lebih banyak data ilmiah untuk mendukung klaim ini," ungkapnya.